Pandangan Capres AS dalam Pemilu 2024 tentang Konflik Palestina dan Israel
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Perang Israel-Hamas telah mendorong Israel dan Palestina kembali ke garis depan kebijakan Amerika Serikat (AS). Isu itu pun memecah belah para pemilih dan calon presiden (capres) dalam pemilu presiden 2024.
Baik Presiden AS Joe Biden maupun mantan Presiden Donald Trump menyatakan dukungan dasar untuk Israel, tetapi mereka berbeda secara signifikan dalam solusi dua negara, permukiman, dan pertanyaan-pertanyaan penting lainnya.
Berikut perbandingan posisi dan rekam jejak mereka:
Biden secara umum melanjutkan apa yang selama beberapa dekade telah menjadi pendekatan bipartisan terhadap Israel: dukungan yang kuat tetapi selalu dengan berbagai tingkat keterlibatan dan bantuan untuk Palestina.
Presiden Biden telah menggunakan kekuatan AS pada beberapa kesempatan untuk mencoba memengaruhi perilaku Israel, seperti dalam pelaksanaan perang saat ini atau dalam menolak perubahan kontroversial pada peradilan Israel, yang oleh banyak orang dianggap tidak demokratis.
Dia belum bertindak sejauh Presiden Barack Obama, misalnya, yang bersikeras agar Israel menghentikan pembangunan permukiman di wilayah yang diklaim Palestina.
Namun, ketika keadaan semakin mendesak, Biden berpihak pada Israel, menolak menahan bantuan militer secara signifikan dan memveto langkah-langkah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ditentang oleh Israel, termasuk yang baru-baru ini dilakukan untuk secara resmi mengakui negara Palestina.
Meski begitu, Biden seperti kebanyakan pemimpin AS sebelumnya, telah berupaya untuk menjaga keseimbangan dan dukungan bagi Palestina serta menghadirkan Amerika Serikat sebagai mediator potensial dalam konflik Israel-Palestina.
Sebaliknya, Trump adalah kepala eksekutif AS pertama yang memberikan dukungan hampir mutlak dan tanpa syarat kepada Israel.
Trump telah memberikan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu semua yang dimintanya dan bahkan lebih.
Baik Presiden AS Joe Biden maupun mantan Presiden Donald Trump menyatakan dukungan dasar untuk Israel, tetapi mereka berbeda secara signifikan dalam solusi dua negara, permukiman, dan pertanyaan-pertanyaan penting lainnya.
Berikut perbandingan posisi dan rekam jejak mereka:
1. Israel
Biden secara umum melanjutkan apa yang selama beberapa dekade telah menjadi pendekatan bipartisan terhadap Israel: dukungan yang kuat tetapi selalu dengan berbagai tingkat keterlibatan dan bantuan untuk Palestina.
Presiden Biden telah menggunakan kekuatan AS pada beberapa kesempatan untuk mencoba memengaruhi perilaku Israel, seperti dalam pelaksanaan perang saat ini atau dalam menolak perubahan kontroversial pada peradilan Israel, yang oleh banyak orang dianggap tidak demokratis.
Dia belum bertindak sejauh Presiden Barack Obama, misalnya, yang bersikeras agar Israel menghentikan pembangunan permukiman di wilayah yang diklaim Palestina.
Namun, ketika keadaan semakin mendesak, Biden berpihak pada Israel, menolak menahan bantuan militer secara signifikan dan memveto langkah-langkah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ditentang oleh Israel, termasuk yang baru-baru ini dilakukan untuk secara resmi mengakui negara Palestina.
Meski begitu, Biden seperti kebanyakan pemimpin AS sebelumnya, telah berupaya untuk menjaga keseimbangan dan dukungan bagi Palestina serta menghadirkan Amerika Serikat sebagai mediator potensial dalam konflik Israel-Palestina.
Sebaliknya, Trump adalah kepala eksekutif AS pertama yang memberikan dukungan hampir mutlak dan tanpa syarat kepada Israel.
Trump telah memberikan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu semua yang dimintanya dan bahkan lebih.