Hizbullah Ungkap Satu-satunya Cara Hentikan Konflik dengan Israel
loading...
A
A
A
BEIRUT - Satu-satunya cara menghentikan eskalasi di perbatasan Israel-Lebanon adalah Israel mengakhiri genosida di Gaza, menurut Wakil Pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Kassem kepada AP pada Selasa (2/7/2024).
Genosida Israel di Gaza telah menewaskan hampir 38.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober.
Sejak awal konflik, Hizbullah, gerakan politik yang didukung Iran dan pasukan paramiliter yang kuat, telah melancarkan kampanye terbatas serangan balasan pesawat nirawak dan rudal di Israel utara.
"Jika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan berhenti tanpa diskusi apa pun," ungkap Kassem kepada AP pada Selasa, mengomentari situasi tersebut.
Dia juga menggambarkan tindakan kelompoknya sebagai "front dukungan" untuk Hamas, seraya menambahkan jika konflik di Gaza berhenti, "dukungan militer ini tidak akan ada lagi."
Wakil pemimpin Hizbullah masih memperingatkan, tidak jelas bagaimana organisasinya akan bereaksi jika tidak ada gencatan senjata resmi yang dicapai.
"Jika apa yang terjadi di Gaza adalah campuran antara gencatan senjata dan tidak ada gencatan senjata, perang dan tidak ada perang, kami tidak dapat menjawab (bagaimana kami akan bereaksi)," papar Kassem.
Dia masih meragukan Israel memiliki pasukan yang cukup untuk melancarkan perang besar-besaran terhadap Hizbullah.
Wakil kepala kelompok pejuang Lebanon itu juga memperingatkan konflik antara Israel dan Hizbullah dapat menyebabkan perang yang lebih besar.
"Jika Israel melancarkan perang, itu berarti Israel tidak mengendalikan sejauh mana perang itu atau siapa yang terlibat di dalamnya," tegas Kassem.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bulan lalu bahwa dia akan menarik beberapa unit Pasukan Pertahanan Israel keluar dari Gaza dan memindahkannya ke perbatasan Lebanon.
Washington dilaporkan memperingatkan Israel agar tidak memulai "perang terbatas" di Lebanon, sementara Iran telah menyatakan mereka akan "mendukung Hizbullah dengan segala cara" dalam konflik semacam itu.
Situasi yang memburuk juga telah menarik perhatian PBB. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bulan lalu bahwa, "Satu kesalahan perhitungan... dapat memicu bencana yang jauh melampaui batas, dan sejujurnya, di luar imajinasi."
Penjajahan Israel di Gaza telah dimulai sejak 1948. Pembunuhan dan penangkapan terhadap ribuan warga Palestina memicu perlawanan terhadap rezim penjajah Zionis.
Genosida Israel di Gaza telah menewaskan hampir 38.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober.
Sejak awal konflik, Hizbullah, gerakan politik yang didukung Iran dan pasukan paramiliter yang kuat, telah melancarkan kampanye terbatas serangan balasan pesawat nirawak dan rudal di Israel utara.
"Jika ada gencatan senjata di Gaza, kami akan berhenti tanpa diskusi apa pun," ungkap Kassem kepada AP pada Selasa, mengomentari situasi tersebut.
Dia juga menggambarkan tindakan kelompoknya sebagai "front dukungan" untuk Hamas, seraya menambahkan jika konflik di Gaza berhenti, "dukungan militer ini tidak akan ada lagi."
Wakil pemimpin Hizbullah masih memperingatkan, tidak jelas bagaimana organisasinya akan bereaksi jika tidak ada gencatan senjata resmi yang dicapai.
"Jika apa yang terjadi di Gaza adalah campuran antara gencatan senjata dan tidak ada gencatan senjata, perang dan tidak ada perang, kami tidak dapat menjawab (bagaimana kami akan bereaksi)," papar Kassem.
Dia masih meragukan Israel memiliki pasukan yang cukup untuk melancarkan perang besar-besaran terhadap Hizbullah.
Wakil kepala kelompok pejuang Lebanon itu juga memperingatkan konflik antara Israel dan Hizbullah dapat menyebabkan perang yang lebih besar.
"Jika Israel melancarkan perang, itu berarti Israel tidak mengendalikan sejauh mana perang itu atau siapa yang terlibat di dalamnya," tegas Kassem.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bulan lalu bahwa dia akan menarik beberapa unit Pasukan Pertahanan Israel keluar dari Gaza dan memindahkannya ke perbatasan Lebanon.
Washington dilaporkan memperingatkan Israel agar tidak memulai "perang terbatas" di Lebanon, sementara Iran telah menyatakan mereka akan "mendukung Hizbullah dengan segala cara" dalam konflik semacam itu.
Situasi yang memburuk juga telah menarik perhatian PBB. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bulan lalu bahwa, "Satu kesalahan perhitungan... dapat memicu bencana yang jauh melampaui batas, dan sejujurnya, di luar imajinasi."
Penjajahan Israel di Gaza telah dimulai sejak 1948. Pembunuhan dan penangkapan terhadap ribuan warga Palestina memicu perlawanan terhadap rezim penjajah Zionis.
(sya)