4 Isu Penting Pemilu Prancis, dari Ancaman Kekalahan Macron hingga Kejayaan Partai Sayap Kanan

Selasa, 02 Juli 2024 - 14:40 WIB
loading...
A A A
“Saya mengatakan ini dengan segala kekuatan yang harus dikerahkan oleh setiap pemilih kita. Tidak ada satu suara pun yang harus diikutsertakan dalam Rapat Umum Nasional,” kata Perdana Menteri Gabriel Attal dalam pidatonya pada hari Minggu.

Anggota koalisi presiden lainnya telah meminta pemilih mereka untuk tidak mendukung anggota LFI, dengan mengatakan bahwa baik RN maupun partai Jean-Luc Mélenchon, yang merupakan bagian dari koalisi sayap kiri, tidak boleh mendapatkan suara.

Bagi Mathias Bernard, pakar sejarah politik Prancis dan presiden Universitas Clermont Auvergne, “pengunduran diri atau, sebaliknya, persaingan segitiga adalah kunci pemilu.”

“Jika masing-masing dari tiga blok maju sendirian dalam pertarungan putaran kedua, RN kemungkinan akan memenangkan mayoritas absolut. Jika ada semacam ‘front Partai Republik’, maka akan lebih sulit bagi RN,” katanya kepada Euronews.

“Namun, tidak ada kepastian bahwa “front Partai Republik” ini akan terwujud,” katanya, seraya menyebut Ensemble dan Partai Republik sebagai dua partai di mana kandidat peringkat ketiga mungkin paling menolak jika diminta mundur.

4. Jumlah Pemilih yang Tinggi

Melansir Euro News, ada minat yang besar terhadap jajak pendapat cepat yang diadakan oleh Macron, dimana beberapa pemilih mengatakan kepada Euronews sebelum pemungutan suara bahwa mereka kecewa dengan kebijakan presiden dan menginginkan perubahan.

Jumlah pemilih, yang seringkali rendah di Perancis, meningkat secara signifikan selama pemilu ini.

Pada putaran pertama pemilu legislatif tahun 2017 dan 2022, tingkat partisipasi tidak mencapai 50%, menurut angka Kementerian Dalam Negeri. Putaran pertama jajak pendapat ini menunjukkan peningkatan partisipasi menjadi 66,7%.

“Jumlah pemilih yang tinggi dan kandidat yang lebih sedikit menyebabkan jumlah kontestan tiga arah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada putaran kedua,” menurut Célia Belin, kepala kantor Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa di Paris.

Namun, penolakan koalisi presiden untuk mundur secara sistematis karena kehadiran kandidat LFI, dapat “meningkatkan kebingungan pemilih anti-RN tentang tindakan terbaik,” katanya.

Manon Aubry, seorang anggota parlemen sayap kiri Uni Eropa, mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa dia bertemu dengan banyak pemilih muda pertama kali ketika dia pergi untuk memilih di Paris.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0908 seconds (0.1#10.140)