Karier Politik Saeed Jalili, Capres Ultrakonservatif Iran yang Maju ke Putaran Kedua
loading...
A
A
A
Akan tetapi, pihak yang kontra dengannya mulai menyerang Jalili karena rekam jejak buruk dalam negosiasi nuklir. Pada akhirnya, ia harus gagal dalam pemilihan dan berada di tempat ketiga.
Tak lama setelah pemilu, Khamenei mengangkat Jalili ke Dewan Kemanfaatan. Hal ini menjadikannya agar tetap terhubung dengan relevan secara politik.
Selanjutnya, Jalili membentuk “pemerintahan bayangan” bersama kelompok garis keras lain yang memiliki koneksi dengan Khamenei dan IRGC.
Menjelang pemilihan presiden tahun 2017, Jalili menolak menolak menjadi kandidat dengan alasan perlunya faksi garis keras melakukan konsolidasi di belakang Raisi.
Selama masa jabatan kedua Presiden Rouhani, pengaruh “pemerintahan bayangan” semakin meluas. Menjelang akhir masa jabatan kedua Rouhani, Jalili mengokohkan posisinya sebagai salah satu pendukung garis keras Khamenei yang ditunjukkan dengan kesetiaan ideologis yang kuat.
Berdasarkan profilnya yang sudah dibangun, Jalili kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan 2021.
Namun, ia dan kandidat garis keras lainnya mengundurkan diri untuk mendukung Raisi sebelum pemungutan suara karena arahan Khamenei dan IRGC.
Setelah kemenangan Raisi, Jalili tetap menjadi kekuatan penting dalam pemerintahan baru. Terbaru, insiden kematian Raisi yang tak terduga memberi Jalili kesempatan mengamankan kursi kepresidenan.
Setelah mendaftar dan mengklaim dukungan Khamenei, Jalili berhasil masuk putaran kedua Pilpres Iran 2024. Ia nantinya akan beradu dengan capres reformis Masoud Pezeshkian.
Itulah sedikit ulasan mengenai karier politik Saeed Jalili, capres ultra konservatif Iran yang masuk putaran kedua.
Tak lama setelah pemilu, Khamenei mengangkat Jalili ke Dewan Kemanfaatan. Hal ini menjadikannya agar tetap terhubung dengan relevan secara politik.
Selanjutnya, Jalili membentuk “pemerintahan bayangan” bersama kelompok garis keras lain yang memiliki koneksi dengan Khamenei dan IRGC.
Menjelang pemilihan presiden tahun 2017, Jalili menolak menolak menjadi kandidat dengan alasan perlunya faksi garis keras melakukan konsolidasi di belakang Raisi.
Selama masa jabatan kedua Presiden Rouhani, pengaruh “pemerintahan bayangan” semakin meluas. Menjelang akhir masa jabatan kedua Rouhani, Jalili mengokohkan posisinya sebagai salah satu pendukung garis keras Khamenei yang ditunjukkan dengan kesetiaan ideologis yang kuat.
Berdasarkan profilnya yang sudah dibangun, Jalili kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilihan 2021.
Namun, ia dan kandidat garis keras lainnya mengundurkan diri untuk mendukung Raisi sebelum pemungutan suara karena arahan Khamenei dan IRGC.
Setelah kemenangan Raisi, Jalili tetap menjadi kekuatan penting dalam pemerintahan baru. Terbaru, insiden kematian Raisi yang tak terduga memberi Jalili kesempatan mengamankan kursi kepresidenan.
Setelah mendaftar dan mengklaim dukungan Khamenei, Jalili berhasil masuk putaran kedua Pilpres Iran 2024. Ia nantinya akan beradu dengan capres reformis Masoud Pezeshkian.
Itulah sedikit ulasan mengenai karier politik Saeed Jalili, capres ultra konservatif Iran yang masuk putaran kedua.