Karier Politik Saeed Jalili, Capres Ultrakonservatif Iran yang Maju ke Putaran Kedua
loading...
A
A
A
Selain itu, tesis doktoral dan tulisan akademisnya selama bertugas juga menjadi landasan perspektif kebijakan luar negerinya yang ‘suka’ berperang.
Berbekal pengalaman yang dimiliki, Jalili semakin matang untuk mencapai tingkat kekuasaan yang lebih tinggi, khususnya dalam pelayanan kepada pemimpin tertinggi. Sekitar tahun 2000, Khamenei menunjuknya sebagai direktur penelitian di kantornya.
Pada tugas barunya itu, Jalili menjalin hubungan dengan putra pemimpin tertinggi, Mojtaba, yang memiliki pengaruh besar.
Menariknya, ikatan ini menjadi titik balik fase berikutnya dalam karier Jalili sebagai juru bicara Khamenei.
Sekitar 2005, Ahmadinejad naik sebagai Presiden Iran. Ia kemudian mengangkat Jalili sebagai wakil menteri luar negeri.
Pada perannya, relasi Jalili semakin luas. Para pengamat bahkan menyebut Jalili ini punya tugas rahasia untuk memastikan bawahan Ahmadinejad mengikuti arahan pemimpinnya.
Sekitar tahun 2007, Jalili ditunjuk menjadi Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC). Bersama tugasnya, ia harus memastikan pembuatan kebijakan sudah sejalan dengan kepentingan Khamenei.
Pada waktu berdekatan, Jalili juga dipercaya menjadi kepala negosiator nuklir Iran. Dalam kapasitasnya sebagai perunding nuklir, ia mengambil sikap tegas dalam mendukung program nuklir Iran.
Meski perannya gagal dalam mengamankan keringanan sanksi, pendekatannya justru memberi kredibilitas politik. Setelahnya, nama Jalili pun semakin dikenal luas.
Berbagai pengalaman dalam pemerintahan Ahmadinejad memberi Jalili reputasi yang lebih tinggi. Para pengamat bahkan mulai menganggapnya sebagai calon terdepan dalam pemilihan presiden 2013.
Berbekal pengalaman yang dimiliki, Jalili semakin matang untuk mencapai tingkat kekuasaan yang lebih tinggi, khususnya dalam pelayanan kepada pemimpin tertinggi. Sekitar tahun 2000, Khamenei menunjuknya sebagai direktur penelitian di kantornya.
Pada tugas barunya itu, Jalili menjalin hubungan dengan putra pemimpin tertinggi, Mojtaba, yang memiliki pengaruh besar.
Menariknya, ikatan ini menjadi titik balik fase berikutnya dalam karier Jalili sebagai juru bicara Khamenei.
Sekitar 2005, Ahmadinejad naik sebagai Presiden Iran. Ia kemudian mengangkat Jalili sebagai wakil menteri luar negeri.
Pada perannya, relasi Jalili semakin luas. Para pengamat bahkan menyebut Jalili ini punya tugas rahasia untuk memastikan bawahan Ahmadinejad mengikuti arahan pemimpinnya.
Sekitar tahun 2007, Jalili ditunjuk menjadi Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC). Bersama tugasnya, ia harus memastikan pembuatan kebijakan sudah sejalan dengan kepentingan Khamenei.
Pada waktu berdekatan, Jalili juga dipercaya menjadi kepala negosiator nuklir Iran. Dalam kapasitasnya sebagai perunding nuklir, ia mengambil sikap tegas dalam mendukung program nuklir Iran.
Meski perannya gagal dalam mengamankan keringanan sanksi, pendekatannya justru memberi kredibilitas politik. Setelahnya, nama Jalili pun semakin dikenal luas.
Berbagai pengalaman dalam pemerintahan Ahmadinejad memberi Jalili reputasi yang lebih tinggi. Para pengamat bahkan mulai menganggapnya sebagai calon terdepan dalam pemilihan presiden 2013.