Meningkatnya Polusi Udara di China Perparah Angka Kematian Masyarakat
loading...
A
A
A
BEIJING - Polusi udara telah menyebabkan orang terpapar partikel halus di udara tercemar yang menembus jauh ke dalam paru-paru dan sistem kardiovaskular, menyebabkan berbagai penyakit termasuk stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, dan infeksi pernapasan.
Industri, transportasi, pembangkit listrik tenaga batu bara, dan penggunaan bahan bakar padat rumah tangga merupakan kontributor utama polusi udara.
Meski beberapa kemajuan telah dicapai, polusi udara tetap berada pada tingkat mengkhawatirkan di China, dan memengaruhi ekonomi serta kualitas hidup masyarakat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Masalahnya justru semakin parah karena China mulai lebih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri berat yang mencemari seperti baja, aluminium, dan semen.
Mengutip dari Vietnam Times, Rabu (26/6/2024), sekitar 2 juta orang meninggal dunia akibat polusi udara di China saat ini.
Polusi udara di China cukup parah karena negara tersebut berada di peringkat ke-13 dalam Indeks Kualitas Udara dan Kehidupan Global. China adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang menghangatkan atmosfer.
Tingkat polusi udara di China lima kali lebih tinggi dari pedoman WHO. Dengan latar belakang seperti itu, pernyataan Presiden China Xi Jinping bahwa bahan bakar fosil tetap menjadi hal "utama" dalam sistem energi China tidak terdengar menggembirakan bagi upaya memerangi polusi udara.
Konsentrasi partikel berbahaya PM2.5 di China adalah 29 ÎĽg/mÂł, jauh lebih tinggi dari batas WHO sebesar 5 ÎĽg/mÂł. Kota Hotan di China diketahui memiliki konsentrasi PM2.5 sebesar 100 ÎĽg/mÂł. Hal ini menimbulkan pertanyaan atas klaim China tentang pengurangan polusi udara.
"China memulai dengan beberapa angka yang sangat besar, dan angka tersebut terus menurun seiring berjalannya waktu," kata Christi Schroeder, manajer sains kualitas udara di IQAir, sebuah perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss.
Industri, transportasi, pembangkit listrik tenaga batu bara, dan penggunaan bahan bakar padat rumah tangga merupakan kontributor utama polusi udara.
Meski beberapa kemajuan telah dicapai, polusi udara tetap berada pada tingkat mengkhawatirkan di China, dan memengaruhi ekonomi serta kualitas hidup masyarakat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Masalahnya justru semakin parah karena China mulai lebih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara dan industri berat yang mencemari seperti baja, aluminium, dan semen.
Mengutip dari Vietnam Times, Rabu (26/6/2024), sekitar 2 juta orang meninggal dunia akibat polusi udara di China saat ini.
Polusi udara di China cukup parah karena negara tersebut berada di peringkat ke-13 dalam Indeks Kualitas Udara dan Kehidupan Global. China adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang menghangatkan atmosfer.
Tingkat polusi udara di China lima kali lebih tinggi dari pedoman WHO. Dengan latar belakang seperti itu, pernyataan Presiden China Xi Jinping bahwa bahan bakar fosil tetap menjadi hal "utama" dalam sistem energi China tidak terdengar menggembirakan bagi upaya memerangi polusi udara.
Konsentrasi partikel berbahaya PM2.5 di China adalah 29 ÎĽg/mÂł, jauh lebih tinggi dari batas WHO sebesar 5 ÎĽg/mÂł. Kota Hotan di China diketahui memiliki konsentrasi PM2.5 sebesar 100 ÎĽg/mÂł. Hal ini menimbulkan pertanyaan atas klaim China tentang pengurangan polusi udara.
"China memulai dengan beberapa angka yang sangat besar, dan angka tersebut terus menurun seiring berjalannya waktu," kata Christi Schroeder, manajer sains kualitas udara di IQAir, sebuah perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss.