AS Berhasil Tembak Jatuh Beberapa Rudal dengan Senjata Laser
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menggunakan sistem senjata laser untuk menembak jatuh beberapa rudal saat dalam penerbangan. Sistem ini dirancang untuk bisa dipasang di pesawat sebagai pelindung dari serangan.
Laboratorium Penelitian Angkatan Udara melakukan pengujian di White Sands Missile Range Angkatan Darat AS di New Mexico pada bulan April. Sistem, yang dinamai Self-Protect High Energy Laser Demonstrator (SHiELD), digunakan dari darat. "Digunakan untuk menembak beberapa rudal yang diluncurkan dalam penerbangan," kata komandan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara Mayor Jenderal William Cooley.
"Tes tersebut adalah langkah besar ke depan untuk sistem energi terarah dan perlindungan terhadap ancaman musuh," ujarnya, seperti dikutip dari The Verge, Senin (6/5/2019).
SHiELD nantinya akan dipasang pada pesawat terbang, sehingga dapat digunakan untuk menembak jatuh rudal yang diluncurkan dari permukaan ke udara atau dari udara ke udara. Sistem ini mencakup tiga komponen utama, yakni sistem laser, sistem kontrol untuk mengarahkan laser tersebut, dan pod yang akan memberi daya segalanya.
Laboratorium menyoroti beberapa keuntungan dari sistem senjata laser ini, seperti sangat akurat dan langsung mengenai sasaran, tidak akan memiliki keterbatasan dalam magazine, akan memungkinkan pilot untuk kembali membidik sasaran tambahan dengan cepat, dan tidak rentan terhadap tindakan balasan seperti dari suar atau alat pengacau. Karena itu, sistem kemungkinan tidak akan "bodoh" terhadap cuaca yang berpotensi mengganggu efektivitasnya.
Angkatan Udara telah bekerja pada sistem seperti itu selama beberapa tahun sejak proyek dimulai pada tahun 2016. Layanan militer tersebut telah menyodorkan kontrak untuk Lockheed Martin pada tahun 2017 agar merancang SHiELD dengan tujuan untuk mengujinya pada pesawat pada tahun 2021 mendatang.
SHiELD bukan satu-satunya teknologi laser yang sedang diuji oleh militer AS. Angkatan Darat AS juga menguji sistem serupa yang dipasang pada helikopter serang AH-64 Apache musim panas lalu. Sedangkan Angkatan Laut AS juga sedang bekerja dengan Lockheed Martin untuk menerapkan sistem itu pada kapal perang.
Laboratorium Penelitian Angkatan Udara melakukan pengujian di White Sands Missile Range Angkatan Darat AS di New Mexico pada bulan April. Sistem, yang dinamai Self-Protect High Energy Laser Demonstrator (SHiELD), digunakan dari darat. "Digunakan untuk menembak beberapa rudal yang diluncurkan dalam penerbangan," kata komandan Laboratorium Penelitian Angkatan Udara Mayor Jenderal William Cooley.
"Tes tersebut adalah langkah besar ke depan untuk sistem energi terarah dan perlindungan terhadap ancaman musuh," ujarnya, seperti dikutip dari The Verge, Senin (6/5/2019).
SHiELD nantinya akan dipasang pada pesawat terbang, sehingga dapat digunakan untuk menembak jatuh rudal yang diluncurkan dari permukaan ke udara atau dari udara ke udara. Sistem ini mencakup tiga komponen utama, yakni sistem laser, sistem kontrol untuk mengarahkan laser tersebut, dan pod yang akan memberi daya segalanya.
Laboratorium menyoroti beberapa keuntungan dari sistem senjata laser ini, seperti sangat akurat dan langsung mengenai sasaran, tidak akan memiliki keterbatasan dalam magazine, akan memungkinkan pilot untuk kembali membidik sasaran tambahan dengan cepat, dan tidak rentan terhadap tindakan balasan seperti dari suar atau alat pengacau. Karena itu, sistem kemungkinan tidak akan "bodoh" terhadap cuaca yang berpotensi mengganggu efektivitasnya.
Angkatan Udara telah bekerja pada sistem seperti itu selama beberapa tahun sejak proyek dimulai pada tahun 2016. Layanan militer tersebut telah menyodorkan kontrak untuk Lockheed Martin pada tahun 2017 agar merancang SHiELD dengan tujuan untuk mengujinya pada pesawat pada tahun 2021 mendatang.
SHiELD bukan satu-satunya teknologi laser yang sedang diuji oleh militer AS. Angkatan Darat AS juga menguji sistem serupa yang dipasang pada helikopter serang AH-64 Apache musim panas lalu. Sedangkan Angkatan Laut AS juga sedang bekerja dengan Lockheed Martin untuk menerapkan sistem itu pada kapal perang.
(mas)