Ekspor Mesir, UEA dan Yordania ke Israel Meningkat Seiring Genosida di Gaza
loading...
A
A
A
KAIRO - Ekspor Mesir ke Israel meningkat dua kali lipat pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya meskipun Israel telah melakukan perang yang menghancurkan di Gaza sejak Oktober.
Kabar itu diungkap dalam laporan baru oleh Biro Statistik Pusat Israel.
Data yang dipublikasikan pada Kamis (20/6/2024) menunjukkan ekspor Mesir pada bulan Mei 2024 mencapai USD25 juta, dua kali lipat dari periode yang sama pada tahun 2023.
Meskipun hubungan semakin tegang, kerja sama energi dan keamanan antara kedua negara telah meningkat sejak Oktober, dengan ekspor gas alam Israel ke Mesir meningkat tajam pada tahun lalu.
Sementara itu, ekspor dari Uni Emirat Arab (UEA) ke Israel juga meningkat menjadi USD242 juta pada bulan Mei 2024, dibandingkan dengan USD238,5 juta pada bulan Mei 2023, menurut laporan tersebut.
Ekspor Yordania ke Israel juga terus meningkat pada tahun 2024, mencapai USD35,7 juta pada bulan Mei 2024 dibandingkan dengan USD32,3 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Berbeda dengan Mesir, UEA, dan Yordania, statistik Israel menemukan ekspor Turki ke Israel turun lebih dari setengahnya pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya di tengah pembatasan ekspor oleh Kementerian Perdagangan Turki ke negara tersebut selama perang di Gaza.
Pada bulan Mei 2023, ekspor Turki ke Israel berjumlah USD376,6 juta, nilai yang anjlok menjadi USD116,8 juta pada bulan Mei 2024.
Perdagangan Israel dengan Mesir tumbuh sebesar 56% pada tahun 2023 dan naik 168% dari tahun ke tahun pada kuartal keempat, menurut laporan Abraham Accords Peace Institute.
Pada tahun 2022, kedua negara menetapkan target perdagangan tahunan sekitar USD700 juta pada tahun 2025, naik dari sekitar USD300 juta pada tahun 2021.
Kairo telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas dalam perang saat ini di Gaza dan telah menjaga hubungan damai dengan Israel selama 45 tahun terakhir sejak perjanjian damai 1979.
Namun, hubungan antara kedua negara menjadi semakin tegang sejak Oktober karena kekhawatiran Mesir akan pemindahan massal warga Palestina ke Semenanjung Sinai, gagasan yang telah digembar-gemborkan para politisi Israel.
Pada Mei, ketegangan perbatasan meningkat ketika pasukan Israel merebut perbatasan Rafah yang strategis, satu-satunya terminal darat antara Gaza dan negara Arab.
Dua tentara Mesir tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel di perbatasan Rafah bulan lalu, tetapi tanggapan Kairo sejauh ini tidak terlalu keras pada rezim penjajah Zionis.
Kabar itu diungkap dalam laporan baru oleh Biro Statistik Pusat Israel.
Data yang dipublikasikan pada Kamis (20/6/2024) menunjukkan ekspor Mesir pada bulan Mei 2024 mencapai USD25 juta, dua kali lipat dari periode yang sama pada tahun 2023.
Meskipun hubungan semakin tegang, kerja sama energi dan keamanan antara kedua negara telah meningkat sejak Oktober, dengan ekspor gas alam Israel ke Mesir meningkat tajam pada tahun lalu.
Sementara itu, ekspor dari Uni Emirat Arab (UEA) ke Israel juga meningkat menjadi USD242 juta pada bulan Mei 2024, dibandingkan dengan USD238,5 juta pada bulan Mei 2023, menurut laporan tersebut.
Ekspor Yordania ke Israel juga terus meningkat pada tahun 2024, mencapai USD35,7 juta pada bulan Mei 2024 dibandingkan dengan USD32,3 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Berbeda dengan Mesir, UEA, dan Yordania, statistik Israel menemukan ekspor Turki ke Israel turun lebih dari setengahnya pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya di tengah pembatasan ekspor oleh Kementerian Perdagangan Turki ke negara tersebut selama perang di Gaza.
Pada bulan Mei 2023, ekspor Turki ke Israel berjumlah USD376,6 juta, nilai yang anjlok menjadi USD116,8 juta pada bulan Mei 2024.
Perdagangan Israel dengan Mesir tumbuh sebesar 56% pada tahun 2023 dan naik 168% dari tahun ke tahun pada kuartal keempat, menurut laporan Abraham Accords Peace Institute.
Pada tahun 2022, kedua negara menetapkan target perdagangan tahunan sekitar USD700 juta pada tahun 2025, naik dari sekitar USD300 juta pada tahun 2021.
Kairo telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas dalam perang saat ini di Gaza dan telah menjaga hubungan damai dengan Israel selama 45 tahun terakhir sejak perjanjian damai 1979.
Namun, hubungan antara kedua negara menjadi semakin tegang sejak Oktober karena kekhawatiran Mesir akan pemindahan massal warga Palestina ke Semenanjung Sinai, gagasan yang telah digembar-gemborkan para politisi Israel.
Pada Mei, ketegangan perbatasan meningkat ketika pasukan Israel merebut perbatasan Rafah yang strategis, satu-satunya terminal darat antara Gaza dan negara Arab.
Dua tentara Mesir tewas dalam baku tembak dengan pasukan Israel di perbatasan Rafah bulan lalu, tetapi tanggapan Kairo sejauh ini tidak terlalu keras pada rezim penjajah Zionis.
(sya)