Dokter Gaza yang Diinterogasi Shin Bet Tewas dalam Tahanan Israel
loading...
A
A
A
Pada tanggal 10 Mei, CNN melaporkan tiga pelapor Israel yang bekerja di kamp penahanan Sde Teiman di Israel telah mengungkap pelanggaran sistematis oleh militer, termasuk tahanan yang dikekang, ditutup matanya, dan dipaksa memakai popok.
Para pelapor tersebut menggambarkan kondisi mengerikan yang dihadapi para tahanan Palestina di Sde Teiman, yang terletak di gurun Naqab (Negev), dengan menyatakan mereka tidak diizinkan untuk bergerak, berbicara, atau bahkan mengintip di balik penutup mata mereka.
Pada tanggal 6 Juni, investigasi New York Times menggambarkan kebijakan penyiksaan sistematis di pangkalan militer Sde Teiman, yang dilakukan pasukan Israel.
Salah satu jurnalis juga mengunjungi lokasi tersebut, memberikan wawasan tambahan tentang kebijakan penyiksaan dan penganiayaan sistematis Israel sejak 7 Oktober, menantang klaim berulang pemerintah Israel bahwa mereka beroperasi sesuai dengan praktik dan hukum internasional yang diakui.
Sde Teiman, yang sebagian besar digunakan sebagai "pusat interogasi darurat", telah menjadi "fokus utama tuduhan bahwa militer Israel telah menganiaya para tahanan, termasuk orang-orang yang kemudian dipastikan tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok bersenjata lainnya," ungkap laporan New York Times.
Israel telah menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Israel telah membunuh lebih dari 37.350 warga Palestina di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Rezim kolonial itu juga melukai lebih dari 85.400 orang lainnya di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat.
Selama delapan bulan lebih dalam genosida oleh Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur. Rezim penjajah Israel juga memblokade makanan, air bersih, dan obat-obatan di Gaza.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam putusan terbarunya telah memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelumnya. Israel menyerbu Rafah pada tanggal 6 Mei.
Para pelapor tersebut menggambarkan kondisi mengerikan yang dihadapi para tahanan Palestina di Sde Teiman, yang terletak di gurun Naqab (Negev), dengan menyatakan mereka tidak diizinkan untuk bergerak, berbicara, atau bahkan mengintip di balik penutup mata mereka.
Pada tanggal 6 Juni, investigasi New York Times menggambarkan kebijakan penyiksaan sistematis di pangkalan militer Sde Teiman, yang dilakukan pasukan Israel.
Salah satu jurnalis juga mengunjungi lokasi tersebut, memberikan wawasan tambahan tentang kebijakan penyiksaan dan penganiayaan sistematis Israel sejak 7 Oktober, menantang klaim berulang pemerintah Israel bahwa mereka beroperasi sesuai dengan praktik dan hukum internasional yang diakui.
Sde Teiman, yang sebagian besar digunakan sebagai "pusat interogasi darurat", telah menjadi "fokus utama tuduhan bahwa militer Israel telah menganiaya para tahanan, termasuk orang-orang yang kemudian dipastikan tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok bersenjata lainnya," ungkap laporan New York Times.
Israel telah menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Israel telah membunuh lebih dari 37.350 warga Palestina di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Rezim kolonial itu juga melukai lebih dari 85.400 orang lainnya di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat.
Selama delapan bulan lebih dalam genosida oleh Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur. Rezim penjajah Israel juga memblokade makanan, air bersih, dan obat-obatan di Gaza.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam putusan terbarunya telah memerintahkan Tel Aviv segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelumnya. Israel menyerbu Rafah pada tanggal 6 Mei.