8 Alasan Orang Masih Menghindari Angka 13, dari Takhayul hingga Mitologi

Kamis, 13 Juni 2024 - 12:12 WIB
loading...
A A A
“Saya menganggap sejarah di balik takhayul menarik karena memberi kita wawasan tentang bagaimana orang menghubungkan peristiwa tertentu dengan aktivitas sehari-hari.”

Beberapa bangunan paling terkenal di Inggris masih mempertahankan takhayul.

Ketika Canary Wharf di London dibangun kembali dan menara One Canada Square yang khas dibangun pada tahun 1990 - yang pada saat itu merupakan gedung tertinggi di Inggris - pintunya dibuka tanpa lantai 13 dan tetap sama hingga saat ini.

Dan jika Anda ingin mencoba salah satu dari 32 pod London Eye, Anda mungkin akan terkejut mengetahui bahwa Anda dapat memesan nomor 33. Yang tentu saja menggantikan nomor 13 yang hilang.

3. Dipengaruhi Doktrin Agama

Melansir BBC, kebijaksanaan konvensional menyalahkan sejumlah sumber atas dugaan nasib buruk 13.

Salah satunya terkait dengan agama Kristen - ada 13 orang pada perjamuan terakhir Yesus Kristus yang terjadi tepat sebelum dia dikhianati oleh Yudas Iskariot, orang ke-13 yang duduk, dan ditangkap karena penodaan agama.

4. Dikonstruksi Mitologi

8 Alasan Orang Masih Menghindari Angka 13, dari Takhayul hingga Mitologi

Foto/Planetizen

Demikian pula dalam mitologi Nordik, Loki, dewa kenakalan dan penipuan, adalah tamu ke-13 dalam jamuan makan malam para dewa di mana ia menipu salah satu putra Odin untuk membunuh yang lain.

Ketakutan akan tanggal 13 - yang secara resmi disebut triskaidekaphobia - menjadi semakin besar jika digabungkan dengan hari Jumat, yang juga sering dikaitkan dengan nasib buruk karena pada hari itu adalah hari kematian Kristus.

5. Dipopulerkan Media Modern

Namun mengapa masyarakat yang dianggap tercerahkan masih berpegang teguh pada keyakinan seperti itu?

Mungkin karena, yang mengejutkan, ini adalah kepercayaan yang cukup modern dan tidak memiliki tradisi berabad-abad, menurut dosen Universitas Cardiff, Dr Juliette Wood, seorang pakar mitologi dan cerita rakyat.

"Ini bukan cerita rakyat dalam artian bukan tradisi lama. Ini tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa ada 13 orang pada perjamuan terakhir," ujarnya.

Sebaliknya, ia percaya bahwa ini pada dasarnya adalah ciptaan media yang menjadi populer sekitar pergantian abad ke-20, yang telah menjadi semacam cerita rakyat modern dan diperkuat melalui media, termasuk film seperti Friday the 13th.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1666 seconds (0.1#10.140)