Meteor Sedahsyat 10 Kali Bom Hiroshima Meledak di Atmosfer

Selasa, 19 Maret 2019 - 22:13 WIB
Meteor Sedahsyat 10 Kali Bom Hiroshima Meledak di Atmosfer
Meteor Sedahsyat 10 Kali Bom Hiroshima Meledak di Atmosfer
A A A
MOSKOW - Sebuah meteor meledak di atmosfer Bumi, di atas Laut Bering, Rusia pada 18 Desember tahun lalu tanpa diketahui publik. Para ilmuwan mengungkap meteor yang meledak itu melepaskan energi 10 kalinya bom atom yang menghancurkan Hiroshima, Jepang.

Bola api itu merobek langit Semenanjung Kamchatka Rusia pada 18 Desember dan melepaskan energi yang setara dengan 173 kiloton TNT. Itu adalah ledakan udara terbesar sejak meteor lain meluncur ke atmosfer di atas Chelyabinsk, di barat daya Rusia, enam tahun lalu, dan terbesar kedua dalam 30 tahun terakhir.

Tidak seperti meteor yang meledak di atas Chelyabinsk, yang terekam CCTV, ponsel dan kamera dasbor mobil, kedatangan meteor pada Desember 2018 lalu tidak diketahui pada saat itu karena meledak di lokasi terpencil.

National Aeronautics and Space Administration (NASA) Amerika Serikat (AS) menerima informasi tentang ledakan tersebut dari angkatan udara AS setelah satelit militer mendeteksi cahaya inframerah dari bola api pada bulan Desember.

Lindley Johnson, seorang perwira pertahanan planet di NASA, mengatakan kepada BBC, yang dikutip Selasa (19/3/2019), bahwa ledakan sebesar ini diperkirakan hanya dua atau tiga kali seabad.

Analisis badan antariksa menunjukkan bahwa meteor itu, mungkin selebar beberapa meter, melesat ke atmosfer Bumi pada kecepatan 72.000 mph dan meledak pada ketinggian 16 mil. Manajer program pengamatan objek dekat Bumi NASA, Kelly Fast, yang berbicara pada konferensi di konferensi Lunar and Planetary Science ke-50 di dekat Houston, mengatakan bahwa ledakan itu melepaskan sekitar 40 persen energi di Chelyabinsk.

Sejak peristiwa itu terungkap, para peneliti meteor telah meminta maskapai penerbangan untuk melihat bola api yang mendekati rute yang digunakan oleh maskapai komersial yang terbang antara Amerika Utara dan Asia.

Peter Brown, spesialis meteor di Western University di Kanada, melihat ledakan itu secara independen dalam pengukuran yang dilakukan oleh stasiun pemantauan global. Ledakan meninggalkan jejaknya dalam data yang direkam oleh jaringan sensor yang mendeteksi infrasonik, yang memiliki frekuensi terlalu rendah untuk didengar oleh telinga manusia. Jaringan itu didirikan untuk mendeteksi tes bom nuklir rahasia.

Peristiwa di atas Laut Bering adalah pengingat lain bahwa meskipun ada upaya untuk mengidentifikasi dan melacak batuan ruang angkasa yang bisa menimbulkan ancaman bagi Bumi, meteor yang cukup besar masih bisa muncul tanpa peringatan. NASA sedang bekerja untuk mengidentifikasi 90 persen asteroid yang mendekati Bumi pada tahun 2020, yang ukurannya lebih besar dari 140 meter.

Pada 15 Februari 2013, meteor selebar 20 meter meledak di atas Chelyabinsk dan menerangi langit pada pagi hari. Pada puncaknya, bola api itu terbakar yang cahayanya 30 kali lebih terang daripada matahari. Kilatan cahaya itu memunculkan gelombang kejut yang membuat orang jatuh bangun dan menghancurkan jendela di ribuan apartemen. Tidak ada yang terbunuh, tetapi lebih dari 1.200 orang terluka, di mana banyak dari mereka terkena pecahan kaca. Beberapa orang menderita luka bakar pada retina mata karena menonton kilatan cahaya tersebut.

Pada tahun 1908 ledakan meteor paling kuat di zaman modern mengguncang tanah di Rusia. Batu itu meledak di atas Tunguska, sebuah daerah berpenduduk jarang di Siberia, dan meratakan sekitar 80 juta pohon di atas area seluas 770 mil persegi.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3978 seconds (0.1#10.140)