Rusia Gunakan Bom Luncur untuk Perang Jangka Panjang, Ini Keunggulannya

Minggu, 19 Mei 2024 - 23:23 WIB
loading...
A A A
“Selama enam bulan terakhir, kami cukup sering terkena bom luncur, mungkin lima hingga 10 bom per minggu… tapi bulan ini kami menerima lebih banyak bom dibandingkan sebelumnya,” katanya.

Rusia mampu menimbun bom luncur dalam jumlah banyak karena cukup mudah diproduksi.

“Bagian peledaknya pada dasarnya adalah bom besi konvensional yang jatuh bebas, yang Rusia punya ratusan ribu simpanannya sejak zaman Soviet,” kata Prof Justin Bronk, spesialis kekuatan udara dan teknologi militer di Royal United Services Institute (Rusi).

“Mereka dilengkapi dengan sayap pop-out yang, setelah bom dijatuhkan, akan bergerak keluar sehingga memungkinkannya meluncur dalam jarak yang lebih jauh.”

Sistem panduan satelit yang terpasang memungkinkan penargetan posisi diam dengan akurasi yang relatif tinggi.

Setara dengan Rudal AS yang Bernilai Jutaan Dolar

Menurut Bronk, mekanisme bom tersebut memberi Rusia banyak fungsi yang dimiliki rudal bernilai jutaan dolar, namun dengan biaya yang lebih murah.

Dia mengatakan bahwa peralatan luncur – yang diproduksi secara massal dan cukup sederhana secara mekanis – ditambahkan ke bom Soviet, yang pasokannya berlimpah di Rusia – yang berarti biaya per senjata bisa “berkisar antara USD20.000 hingga USD30.000.

Konsepnya bukanlah hal baru. Jerman mengerahkan Fritz-X selama Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1990-an militer AS mengembangkan Joint Attack Direct Munition, atau JDAM, yang menambahkan sirip ekor yang dapat dikemudikan dan panduan GPS pada bom jatuh bebas tradisional. Sejak saat itu, senjata ini telah digunakan secara luas, termasuk di Irak dan Afghanistan.


Efek Kehancuran yang Luar Biasa

Rusia Gunakan Bom Luncur untuk Perang Jangka Panjang, Ini Keunggulannya

Foto/Telegram/The Independent

Kehancuran yang ditimbulkan oleh bom luncur sangatlah luar biasa. Persenjataan yang dianggap paling umum digunakan untuk bom luncur adalah FAB-1500, yang berbobot 1,5 ton.

Sebagai perbandingan, peluru 152mm Rusia mengandung sekitar 6,5kg bahan peledak. Bahkan bom luncur terkecil sekalipun, FAB-500, memiliki berat lebih dari 200kg.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1022 seconds (0.1#10.140)