Sebelum Lengser, Trump Sebut Obama Siap Menyerang Korut

Minggu, 17 Februari 2019 - 10:41 WIB
Sebelum Lengser, Trump Sebut Obama Siap Menyerang Korut
Sebelum Lengser, Trump Sebut Obama Siap Menyerang Korut
A A A
WASHINGTON - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mempertimbangkan untuk menyerang Korea Utara (Korut) di akhir-akhir masa jabatannya. Hal itu diungkapkan oleh Presiden AS Donald Trump .

"Saya percaya dia akan pergi berperang dengan Korea Utara," kata Trump di Gedung Putih Rose Garden, Jumat lalu.

“Saya pikir dia siap berperang. Faktanya, dia memberi tahu saya bahwa dia sudah hampir memulai perang besar dengan Korea Utara,” imbuhnya seperti dikutip dari The New York Times, Minggu (17/2/2019).

Menurut Trump, jika Obama masih berkuasa atau bukan dirinya yang menggantikannya, AS mungkin akan berperang dengan Korut untuk menghentikan program senjata nuklirnya. Namun semua itu bisa dihindari oleh diplomasinya.

"Itu bisa menjadi Perang Dunia III, jujur saja," ujar Trump.

"Jika saya tidak terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, kami saat ini, menurut pendapat saya, akan berada dalam perang besar dengan Korea Utara dengan jutaan orang yang berpotensi terbunuh," Trump menegaskan.

Trump mendasarkan pernyataannya pada percakapan panjang yang dilakukannya dengan Obama pada November 2016. Pembicaraan selama 90 menit itu terjadi saat Obama mengundang Trump berdiskusi mengenai permasalahan yang akan dihadapi oleh pemerintahan baru AS.

Dalam percakapan itu, Obama mengatakan bahwa Korut akan menjadi tantangan kebijakan luar negeri terberat pemerintahan setelahnya.

Obama tidak memberikan komentar terkait pernyataan terbaru Trump ini. Namun sejumlah mantan pembantunya angkat suara, membantah pernyataan Trump.

"Kami tidak berada di ambang perang dengan Korea Utara pada tahun 2016," cuit Benjamin J. Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional Obama.

Bantahan juga datang dari eks Direktur CIA era Obama, John Brennan.

"Presiden Obama tidak pernah di ambang memulai perang dengan Korea Utara, besar atau kecil," Brennan mengatakan kepada NBC News.

Mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih, Jen Psaki, juga menolak anggapan bahwa Obama memberi tahu Trump bahwa dia telah siap mengirim pesawat pembom.

"Tidak ada skenario di mana saya bisa melihat dia mengatakan bahwa mengingat dia bukan orang yang khawatir dan itulah yang semua orang berusaha hindari selamanya," katanya.

Meskipun Obama tidak pernah secara resmi mengambil opsi militer, namun itu selalu menjadi alternatif yang dipertimbangkan. Dalam bukunya yang terbaru, Bob Woodward melaporkan bahwa setelah uji coba nuklir Korut pada bulan September 2016, Obama bertanya apakah serangan militer dapat menghancurkan persenjataan negara itu. Namun setelah diberitahu hal itu akan memerlukan invasi darat, Obama menolak tindakan apa pun.

Tidak seperti Afghanistan, Irak, Libya atau tempat-tempat lain di mana AS berperang dalam beberapa tahun terakhir, Korut dapat menanggapi setiap serangan terhadapnya dengan senjata nuklir yang dapat membunuh ratusan ribu orang.

Bahkan artileri konvensionalnya begitu dekat dengan Seoul, Ibu Kota Korea Selatan (Korsel), belum lagi puluhan ribu tentara Amerika yang ditempatkan di dekatnya, sehingga dapat menimbulkan kekacauan tanpa eskalasi nuklir.

Departemen Pertahanan pernah memperkirakan bahwa Korut dapat menimbulkan 250 ribu korban di Seoul saja melalui artileri konvensional, menurut laporan Rand Corporation. Ledakan nuklir seberat 100 kiloton di satu distrik kaya di Seoul akan mengakibatkan sekitar 1,5 juta korban, termasuk 400 ribu orang tewas, menurut laporan itu.

Trump sempat bersitegang dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un dan menjulukinya sebagai Rocket Man, karena upayanya untuk mendapatkan senjata nuklir. Namun, hubungan itu belakangan mencair setelah keduanya melakukan pertemuan bersejarah di Singapura pada bulan Juni tahun lalu. Keduanya pun bersiap untuk melakukan pertemuan kembali di Hanoi, Vietnam, pada akhir bulan ini.

"Itu adalah dialog yang sangat sulit di awal," kenang Trump.

"Api dan amarah. Penghancuran total. Tombol saya lebih besar dari tombol Anda dan tombol saya berfungsi. Ingat? Anda tidak ingat itu. Dan orang-orang berkata, 'Trump itu gila.' Dan tahukah Anda akhirnya? Hubungan yang sangat baik. Saya sangat menyukainya dan dia sangat menyukai saya. Tidak ada orang lain yang akan melakukan itu," tukasnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3615 seconds (0.1#10.140)