Para Miliarder Yahudi Pro-Israel Berkomplot Menindak Aksi Mahasiswa Bela Palestina di AS

Sabtu, 18 Mei 2024 - 11:48 WIB
loading...
Para Miliarder Yahudi...
Polisi menahan para pengunjuk rasa di kampus Universitas Columbia, New York City, 30 April 2024. Foto/REUTERS/David Dee Delgado
A A A
WASHINGTON - Sekelompok miliarder Yahudi Amerika Serikat (AS) dan pemimpin bisnis terkemuka pro-Israel telah secara pribadi menekan Wali Kota New York, Eric Adams, untuk mengerahkan polisi melawan mahasiswa pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Para miliarder itu bahkan menawarkan membayar penyelidik swasta untuk membantu Departemen Kepolisian New York dalam menangani aksi bela Palestina, menurut laporan The Washington Post.

Pengungkapan tersebut, berdasarkan log obrolan WhatsApp yang diperoleh surat kabar tersebut.

Dalam chat itu, kelompok miliarder tersebut berupaya membentuk opini publik dan mempengaruhi tindakan pemerintah agar berpihak pada Israel.

Adapun pada saat yang sama, para miliarder itu mengklaim kampanye mengungkap pengaruh Zionis Amerika adalah tindakan rasis karena hal ini mengulangi kiasan anti-Semit yang umum mengenai kekuatan Yahudi.

Grup WhatsApp, bertajuk “Israel Current Events”, dimulai tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober dan akhirnya berkembang hingga mencakup sekitar 100 anggota, banyak di antaranya masuk dalam daftar miliarder tahunan Forbes.

Peserta obrolan termasuk pendiri perusahaan makanan ringan Daniel Lubetzky, manajer dana lindung nilai Daniel Loeb, miliarder Len Blavatnik, investor real estate Joseph Sitt, mantan CEO Starbucks Howard Schultz, Pendiri dan CEO Dell Michael Dell, manajer dana lindung nilai Bill Ackman dan Joshua Kushner, pendiri Thrive Capital dan saudara laki-laki Jared Kushner, menantu mantan Presiden AS Donald Trump.



Laporan The Post menyoroti komunikasi pribadi kelompok tersebut dengan Wali Kota Adams, termasuk panggilan video Zoom pada tanggal 26 April, di mana beberapa peserta mendiskusikan pemberian sumbangan politik kepada Wali Kota dan menekan presiden serta pengawas Universitas Columbia untuk mengizinkan polisi di kampus menangani pengunjuk rasa.

Ironisnya, ketika ditanya tentang pertemuan tersebut, kantor Wali Kota menjawab dengan menyatakan, “Sindiran yang diam-diam direncanakan oleh para donor Yahudi untuk mempengaruhi operasi pemerintah adalah suatu kiasan anti-Semit yang sangat familiar sehingga Washington Post seharusnya malu untuk bertanya, apalagi menganggap hal ini sebagai hal yang normal di media cetak.”

Namun, log obrolan mengungkapkan aktivitas kelompok tersebut melampaui Kota New York, dengan beberapa anggota menghadiri pertemuan pribadi dengan para pejabat tinggi Israel, termasuk mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, anggota kabinet perang Benny Gantz dan duta besar Israel untuk Amerika Serikat Michael Herzog.

Kelompok ini juga berkolaborasi dengan pemerintah Israel untuk memutar film yang menampilkan rekaman yang dikumpulkan militer Israel, yang kemudian ditayangkan di Universitas Harvard dengan bantuan anggota chat, Bill Ackman.

Ackman adalah juru kampanye terkemuka melawan Rektor Universitas Harvard Profesor Claudine Gay atas penanganan mahasiswa yang melakukan protes.

Claudine Gay yang menjadi presiden kulit hitam pertama di Universitas Harvard tahun lalu, kehilangan posisinya setelah sidang kongres di mana dia membela hak mahasiswa untuk melakukan protes.

Misi grup WhatsApp tersebut, sebagaimana diuraikan staf miliarder Barry Sternlicht, adalah untuk “mengubah narasi” demi kepentingan Israel dan “membantu memenangkan perang” opini publik AS dengan mendanai kampanye informasi melawan Hamas.

Staf tersebut menekankan perlunya anonimitas, dengan menulis, “Saya sensitif terhadap kekhawatiran akan kurang efektifnya jika tampaknya ini adalah inisiatif Yahudi.”

Pengungkapan ini telah memicu kekhawatiran mengenai pengaruh orang-orang kaya terhadap tindakan pemerintah dan penindasan terhadap kebebasan berpendapat di kampus-kampus.

Log obrolan menunjukkan anggota kelompok itu tidak hanya membahas sumbangan untuk kampanye pemilihan kembali Wali Kota Adams tetapi juga menawarkan membayar penyelidik swasta untuk membantu Departemen Kepolisian New York dalam menangani protes.

Meskipun para anggota kelompok tersebut mengklaim mengungkap aktivitas mereka merupakan tindakan anti-Semit, para kritikus berpendapat tindakan para miliarder itu merupakan upaya membungkam perbedaan pendapat politik yang sah dan memanipulasi opini publik demi kepentingan rezim penjajah Israel.

Pengungkapan rencana rahasia para miliarder pro-Israel itu kemungkinan akan menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang peran uang dan pengaruh dalam membentuk kebijakan pemerintah dan wacana publik yang berpihak pada kekuatan asing, seperti Israel.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1146 seconds (0.1#10.140)