Diam-diam Bertemu, Maduro Undang Utusan AS Kunjungi Venezuela

Jum'at, 15 Februari 2019 - 14:22 WIB
Diam-diam Bertemu, Maduro Undang Utusan AS Kunjungi Venezuela
Diam-diam Bertemu, Maduro Undang Utusan AS Kunjungi Venezuela
A A A
CARACAS - Presiden Nicolas Maduro mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Venezuela baru-baru ini mengadakan pembicaraan rahasia dengan utusan Amerika Serikat (AS) untuk negara itu di New York. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk bisa bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk menyelesaikan krisis di Venezuela.

Dikatakan oleh Maduro, saat bertemu dengan utusan AS Elliott Abrams, Menteri Luar Negeri Venezuela mengundangnya untuk datang ke negara itu secara pribadi, secara publik atau diam-diam.

"Jika dia ingin bertemu, katakan saja padaku kapan, di mana dan bagaimana dan aku akan berada di sana," kata Maduro tanpa memberikan rincian lebih lanjut seperti dilansir dari AP, Jumat (15/2/2019).

Ia mengungkapkan bahwa kedua pertemuan itu terjadi di New York dan hanya berlangsung beberapa jam.

Pengakuan Maduro ini diperkuat oleh keterangan dua pejabat senior Venezuela yang tidak berwenang membahas pertemuan itu di depan umum. Keduanya mengatakan bahwa dua pertemuan antara Abrams dan Menteri Luar Negeri Jorge Arreaza datang atas permintaan AS.

Pertemuan pertamam terjadi pada 26 Januari yang digambarkan sebagai permusuhan. Saat itu, utusan AS mengancam Venezuela dengan pengerahan pasukan dan menghukum Venezuela karena diduga bersekutu dengan Kuba, Rusia dan Hezbullah.

Ketika mereka bertemu lagi minggu ini, suasananya kurang tegang, meskipun pertemuan 11 Februari terjadi empat hari setelah Abrams mengatakan waktu untuk berdialog dengan Maduro telah lama berlalu. Selama pertemuan itu, Abrams bersikeras bahwa sanksi keras AS akan menggulingkan Maduro bahkan jika militer Venezuela terjebak olehnya.

Abrams tidak memberikan indikasi AS siap untuk meringankan tuntutan Maduro mundur. Namun, Venezuela melihat pertemuan itu sebagai tanda ada ruang untuk diskusi dengan Amerika meskipun ada retorika publik yang keras datang dari Washington.

Krisis politik yang meningkat di Venezuela dilatarbelakangi gejolak ekonomi dan sosial. Situasi ini menyebabkan kekurangan makanan dan obat-obatan yang telah memaksa jutaan orang melarikan diri dari negara anggota OPEC itu.

Kekacauan politik Venezuela semakin dalam setelah AS meminta Maduro untuk mundur sebulan setelah memulai masa jabatan keduanya. AS dan sekutunya di Amerika Latin menilai terpilihnya Maduro dalam pemilu tidak sah. Pemimpin oposisi Juan Guaido lantas memproklamirkan diri sebagai presiden sementara Venezuela.

Sebagai kepala parlemen, Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara pada 23 Januari. Ia mengatakan memiliki hak konstitusional untuk mengambil kekuasaan presiden dari "tiran" Maduro.

Dia sejak itu telah mengumpulkan dukungan luas, menyerukan protes jalanan besar-besaran dan memenangkan pengakuan dari AS dan lusinan negara di Amerika Latin dan Eropa yang memiliki tujuan yang sama untuk menyingkirkan Maduro.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4186 seconds (0.1#10.140)