Bonsai Berusia Lebih dari 400 Tahun Senilai Rp1,7 Miliar Dicuri

Rabu, 13 Februari 2019 - 06:40 WIB
Bonsai Berusia Lebih dari 400 Tahun Senilai Rp1,7 Miliar Dicuri
Bonsai Berusia Lebih dari 400 Tahun Senilai Rp1,7 Miliar Dicuri
A A A
TOKYO - Bonsai-bonsai berusia lebih dari 400 tahun yang nilainya USD118.000 (Rp1,6 miliar) digondol pencuri. Bonsai-bonsai tersebut milik dua seniman bonsai asal Jepang, Seiji Iimura, 54, dan istrinya, Fuyumi.

Mereka akhirnya hanya bisa memohon kepada pencuri agar merawat tersebut. Sebab, mereka menganggap bahwa bonsai tersebut adalah “anak-anak” mereka. Iimura merupakan master bonsai generasi kelima, yang mana keluarga telah membudidayakan bonsai sejak zaman Edo yang berakhir pada 1868.

Iimura mengungkapkan, bonsai-bonsai tersebut dicuri dari kebunnya di Saitama, di dekat Tokyo. “Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan kita,” ungkap Iimura dilansir BBC. Dia mengungkapkan, bonsai tersebut sangat berharga bagi mereka. Melansir CNN, nilai bonsai yang dicuri itu mencapai 13 juta yen atau USD118.000 (Rp1,7 miliar).

Bonsai merupakan tradisi mengerdilkan tanaman yang berasal dari Asia Timur dan diasosiasikan dengan Jepang. Bonsai sendiri merupakan seni yang membutuhkan keahlian tingkat tinggi. Biasanya, dalam teknik bonsai, tanaman akan ditanam di pot dan mendapatkan perawatan spesial.

Salah satu bonsai yang dicuri adalah Shimpaku Juniper. Itu merupakan salah satu jenis bonsai yang bernilai 10 juta yen (1,2 miliar). “Shimpaku telah tumbuh selama 400 tahun. Itu selalu membutuhkan perawatan. Jika tidak disiram selama sepekan, tanaman itu akan mati,” kata Iimura.

Dia mengungkapkan, Shimpaku bisa tumbuh abadi meskipun dirinya dan pasangannya sudah meninggal. “Saya meminta siapa pun yang mengambilnya agar tanaman itu selalu disiram,” paparnya. Melansir The Washington Post, jika bonsai itu adalah Iimura, Shimpaku merupakan anak kesayangannya.

“Bonsai itu seperti anak-anak kita,” kata Fuyumi Iimura, istri Iimura. “Mereka anak kita yang sudah hidup 400 tahun. Saya merasa seperti anggota tubuh saya yang diambil dan saya merindukan mereka setiap hari,” paparnya.

Shimpaku merupakan tanaman yang langka. Berdasarkan informasi World Bonsai Friendship Federation, biasanya tanaman itu berada di wilayah tebing. Kisah tentang Shimpaku biasanya bernilai mistik dalam dunia dongeng di Jepang.

Iimura juga sepakat dengan hal tersebut. Dia memiliki cerita yang sama. Pohon Shimpaku diambil dari sebuah pegunungan sejak empat abad lalu. Keluarga Iimura merawat pohon tersebut dari tahun ke tahun. Polisi belum bisa mengungkapkan kasus pencurian bonsai tersebut. Bukti seperti kamera pengintai sangat minim sehingga mereka kesulitan untuk mengungkap siapa pencurinya.

Iimura mengungkapkan kebunnya terdapat 3.000 bonsai dan selalu terbuka. Dia dan sang istri tak pernah berpikir bahwa ada orang yang akan mencuri. “Setelah insiden ini, kita akan memasang beberapa kamera pengawas. Kita juga akan memasak kawat berduri dan menambah sirene,” katanya.

Mereka, imbuh Iimura, tetap bersedih. Namun, mereka akan terus melindungi bonsai mereka. “Kita akan terus menanam pohon-pohon yang bisa dipuji semua orang,” tuturnya. Semua keluhannya disampaikan melalui laman Facebook-nya.

Di Facebook, sesama pemilik kebun dan kolektor bonsai berusaha menghibur pasangan suami-istri itu serta mengungkapkan simpati dan solidaritas mereka. "Tidak bisa dimaafkan," kata salah seorang di antara mereka.

"Para pencuri ini tidak tahu apa artinya mencuri bonsai, apalagi tujuh pohon. Upaya perawatan penuh kasih sayang, jadi raib begitu saja karena tindakan pencurian itu." "Merawat pohon bonsai dilakukan dengan penuh kehormatan, dirayakan sepenuh hati dan harus mampu melampaui keserakahan manusia. Saya sedih membaca ini," tulis yang lain.

Meskipun berstatus selebritas, keluarga Iimura tidak menyembunyikan bonsai yang berharga. Melansir harian ternama di Jepang, Asahi Shimbun, koran nasional di Jepang, mereka membuka kebun bonsai mereka ke publik. Itu memberikan kesempatan bagi para penggemarnya untuk mempelajari bonsai tersebut.

Sayangnya, Iimura tidak mengimplementasikan langkah-langkah keamanan khusus untuk menjaga kebun mereka. Itu memberikan kesempatan bagi pencuri untuk memudahkan langkah jahat mereka. Sementara itu, Iimura juga masih merawat Shimpaku yang langka lainnya. “Orang yang paham bonsai sepertinya terlibat dalam pencurian tersebut,” kata Iimura.

Sayangnya, tidak ada data Interpol mengenai pencurian bonsai. Namun, pencurian bonsai memang kerap terjadi di Jepang. November silam, delapan bonsai dicuri di sebuah perkebunan di Saitaman, Jepang. Enam bulan sebelumnya, pencurian bonsai juga pernah terjadi. Padahal, perkebunan itu dilengkapi dengan delapan kamera pengintai.

Pada Mei lalu, seseorang menerobos Artisans Bonsai di Florida dan mencuri bonsai yang bernilai USD7.500. Setelah pencurian tersebut, pemilik Artisans Bonsai, Joe Cain, langsung meningkatkan prosedur keamanan dan menyewa penjaga keamanan. Pada 2018 lalu, Jepang mengekspor bonsai senilai 12 miliar yen. Itu meningkat 4,5 miliar yen dibandingkan satu dekade lalu.

Tradisi Kuno yang Tetap Dirawat

Bonsai merupakan seni tanaman paling indah di dunia yang memiliki nilai jual tinggi. Tanaman tersebut berumur panjang hingga ratusan tahun. Uniknya, bonsai bisa tumbuh seumur hidup, bahkan tetap hidup meski pemiliknya sudah meninggal selama dirawat baik. Fokus utama bonsai adalah pemeliharaan jangka panjang, bukan menghasilkan buah.

Bonsai berasal dari seni miniaturisasi tanaman yang disebut penjing dari periode Dinasti Tang. Banyak bangsawan di Jepang mulai mengenal penjing sekitar akhir zaman Heian. Aksara kanji untuk penjing dilafalkan orang Jepang sebagai bonkei.

Menanam bonsai adalah pekerjaan sambilan samurai zaman Edo, saat bonsai mencapai puncak kepopuleran. Sejak zaman Meiji, bonsai dianggap sebagai hobi yang bergaya. Namun, pemeliharaan bonsai dan penyiraman memakan banyak waktu.

Membonsai dianggap seperti melukis. Pemilik menggunakan kawat atau tali untuk membentuk tanaman, yang bisa memakan waktu beberapa dekade hingga ratusan tahun. Bentuk bonsai bisa seperti rumah atau mobil.

“Bonsai bukan berkaitan dengan uang. Tanaman itu juga seperti anak bagi saya,” kata Suzanne Berv, seniman bonsai dari New York, dilansir The New York Times pada 1978, setelah delapan bonsainya dicuri. Hal senada juga diungkapkan, Fred Miyahara, seniman bonsai. “Pencurian bonsai itu seperti penculikan terhadap anak saya,” katanya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5110 seconds (0.1#10.140)