Perundingan di Parlemen Buntu, Shutdown Kembali Hantui AS

Selasa, 12 Februari 2019 - 07:16 WIB
Perundingan di Parlemen Buntu, Shutdown Kembali Hantui AS
Perundingan di Parlemen Buntu, Shutdown Kembali Hantui AS
A A A
WASHINGTON - Shutdown pemerintahan Amerika Serikat (AS) terancam kembali terjadi karena perundingan di parlemen masih buntu. Presiden AS Donald Trump akan menghadapi pilihan sulit mengenai ambisinya membangun tembok perbatasan.

Para negosiator Partai Demokrat dan Partai Republik pekan lalu hampir sepakat mengenai pendanaan untuk keamanan perbatasan. Namun, dana itu sepertinya bukan untuk pembangunan tembok perbatasan seperti diinginkan Trump.

Perundingan terhambat pada akhir pekan lalu karena Demokrat meminta sejumlah pusat penahanan imigran jauh dari wilayah perbatasan. Banyaknya perbedaan itu menutup kemungkinan Kongres mengesahkan undang-undang sebelum tenggat waktu pada Jumat mendatang.

“Saya pikir perundingan berhenti saat ini,” kata Senator Alabama, Richard Shelby, petinggi Partai Republik yang menjadi anggota komite konferensi beranggota 17 orang dalam Fox News Sunday. Jika mereka tidak mencapai kesepakatan, maka shutdown pemerintahan baru bisa saja kembali terjadi. Sebanyak 800.000 pekerja federal akan kembali bekerja tanpa gaji.

Pada shutdown sebelumnya merupakan terpanjang dalam sejarah AS, yakni selama 35 tahun. Itu menjadi kekalahan fatal bagi rump sejak pemilu pertengahan. Langkah Trump yang kerap tak bisa diprediksi dengan pergi ke El Paso, Texas, untuk berkampanye. Namun, dia tidak ingin menawarkan fleksibilitas mengenai pembangunan tembok perbatasan.

Pesimisme pada perundingan konferensi antara Demokrat dan Republik di Senat merefleksikan ketidakpastian serta ketegangan politik di Capitol Hill di tengah pemerintahan yang terbelah. Tidak ada solusi dan kompromi mengenai kebijakan imigrasi antara kedua partai. Tidak ada kompromi juga mengenai permohonan dana pembangunan tembok perbatasan senilai USD5,7 miliar.

Pekan lalu, Shelby optimistis dengan kesempatan untuk mencegah shutdown kembali. Namun, pekan ini dia justru pesimistis. “Saya tidak percaya diri kita bisa mencapai kesepakatan,” ujarnya.

Dia mengungkapkan kesepakatan bisa dicapai dengan 50:50, tetapi tidak ada jadwal perundingan lanjutan. Sebelumnya, Shelby mengindikasi belum ada kesepakatan berapa banyak dana diajukan Demokrat untuk membangun tembok perbatasan di Meksiko.

Namun, Pemimpin Mayoritad Demokrat di DPR, Steny Hoyer mengungkapkan kepada CNN, mereka menawarkan dana lebih dari USD2 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan. Sedangkan senator dari Partai Demokrat Jon Tester mengabaikan adanya kegagalan dalam perundingan. “Itu adalah sebuah negosiasi. Negosiasi jarang berjalan mulus,” katanya.

Tester yang menjadi satu dari 17 negosiator berharap kesepakatan bisa diraih. Anggota parlemen berharap bisa mencapai kesepakatan untuk memberikan waktu penyusunan legislasi untuk bisa disepakati di DPR dan Senat dan mendapatkan tanda tangan Presiden Trump pada Jumat mendatang. Sebelumnya, Trump mengakhiri shutdown selama 35 hari pada 25 Januari lalu dan itu menjadi kemenangan politik bagi Demokrat.

Trump Salahkan Demokrat

Apa yang sebenarnya dipermasalahkan Partai Demokrat? Mereka menginginkan penurunan dana bagi anggaran tempat tidur penahanan imigran. Namun, Republik justru ingin meningkatkan jumlah fasilitas tahanan untuk mendeportasi imigran dengan agresif.

Demokrat mengajukan pengurangan tempat tidur tahanan menjadi 35.520 dari sebelumnya 40.520 agar pemerintah bisa membangun tembok perbatasan. Tapi, Demokrat akhirnya justru membatasi 16.500 tempat tidur di fasilitas penahanan bagi imigran tanpa dokumen.

Trump menganggap usulan Demokrat itu sebagai bentuk perlindungan terhadap penjahat. “Mereka memberikan sedikit uang untuk tembok perbatasan,” katanya. Selanjutnya Trump juga tetap menyalahkan Partai Demokrat jika akan terjadi shutdown lanjutan.

“Saya tidak berpikir Demokrat di Komite Perbatasan akan mengizinkan pemimpin mereka membuat kesepakatan. Mereka menawarkan uang sedikit di tengah kebutuhan tembok perbatasan saat ini,” kata Trump.

Hal senada juga diungkapkan Senator Partai Republik Lindsey Graham yang memperingatkan pembatasan tempat tidur. “Donald Trump tidak bisa menandatangani legislasi yang mengurangi jumlah tempat tidur di tahanan,” katanya.

Direktur Anggaran Gedung Putih Mick Mulvaney mengungkapkan, sejumlah anggota parlemen Partai Republik tidak menginginkan shutdown. “Apakah shutdown menjadi pertimbangan? Jawabannya tidak,” katanya. Dia menegaskan semua pihak mencoba menghindari hal itu.

Sebelumnya, jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan 51% responden menyalahkan Trump karena shutdown. Hanya 32% responden menyalahkan Partai Demokrat dan 7% menyalahkan anggota Partai Republik di Kongres.

Sebelumnya, sekitar 800.000 pekerja federal harus bekerja tanpa dibayar karena shutdown separuh pemerintahan federal selama 35 hari. Dia menolak untuk mendukung legislasi menyediakan anggaran bagi lembaga pemerintah hingga Trump mendapatkan persetujuan anggaran tembok perbatasan.

Pemerintahan Trump memperkirakan shutdown akan berdampak terhadap 0,1% dari perekonomian AS. Namun, dampak perekonomian AS pada Selasa (15/1) tumbuh mencapai 0,13% karena banyak pegawai yang belum mendapatkan gaji. Bank Sentral AS menyerukan untuk menunda kenaikan bunga.

Dampak shutdown memang sudah dirasakan di seluruh AS. Antrean panjang di bandara sudah tampak karena banyak pegawai keamanan tidak bekerja. CEO Delta Air Lines Ed Bastian mengungkapkan shutdown merugikan USD25 juta selama Januari karena sedikit pejabat Pemerintah AS yang bepergian.

Inspektur obat dan makanan juga terkena dampaknya. Menurut Komisioner Badan Administrasi Obat dan Makanan (FDA) Scott Gottlieb, mereka fokus pada obat, narkoba, dan makanan yang berbahaya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5215 seconds (0.1#10.140)