Penasihat Khamenei: Mau Tak Mau AS Harus Keluar dari Suriah
A
A
A
TEHERAN - Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, mengatakan Suriah adalah prioritas utama kebijakan luar negeri Teheran. Dia menegaskan, pasukan Amerika Serikat (AS) harus hengkang dari negara yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad seperti yang direncanakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Mau atau tidak, Amerika harus meninggalkan Suriah," kata Velayati, dikutip Reuters, Kamis (7/2/2019).
Ada kekhawatiran di Barat bahwa rencana Trump untuk menarik sekitar 2.000 tentaranya dari Suriah akan membuat Iran meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah. Teheran selama ini mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara yang berlangsung hampir delapan tahun. Rencana Trump juga dikhawatirkan akan membuat para militan Islamic State atau ISIS yang terisa berkumpul lagi.
"Sekarang 90 persen tanah Suriah berada di bawah kendali pemerintah dan sisanya akan segera dibebaskan oleh tentara Suriah," kata Velayati selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moualem di Teheran.
Presiden Hassan Rouhani mengatakan kepada Moualem bahwa perdamaian di Suriah adalah prioritas. "Salah satu tujuan kebijakan regional dan luar negeri penting dari Republik Islam adalah stabilitas dan keamanan penuh Suriah," tulis kantor berita Tasnim mengutip pernyataan Rouhani.
"Membangun kondisi normal di Suriah dan mengembalikan orang-orang di negara ini ke kehidupan normal mereka," lanjut laporan media Iran tersebut.
Moualem berada di Teheran untuk negosiasi sebelum pertemuan para pemimpin Rusia, Turki dan Iran digelar di kota resort Laut Hitam Rusia, Sochi, pada 14 Februari 2019. Pertemuan ketiga pemimpin tersebut untuk membahas krisis Suriah.
Secara terpisah, Laksamana Muda Mahmoud Mousavi, seorang wakil komandan angkatan bersenjata reguler Iran, mengatakan pada hari Rabu bahwa Teheran berencana untuk memperluas jangkauan rudal land-to-sea (darat-ke-laut) menjadi lebih dari 300 kilometer.
Iran telah memperluas program misilnya, khususnya misil balistiknya. Negara para Mullah itu mengabaikan keprihatinan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Teheran menegaskan bahwa program misilnya murni defensif.
Uni Eropa mengatakan pada hari Senin bahwa mereka sangat prihatin dengan peluncuran dan uji coba rudal balistik Iran. Uni Eropa dan mendesak Teheran untuk menghentikan kegiatan yang memperdalam ketidakpercayaan dan mengganggu stabilitas kawasan.
"Mau atau tidak, Amerika harus meninggalkan Suriah," kata Velayati, dikutip Reuters, Kamis (7/2/2019).
Ada kekhawatiran di Barat bahwa rencana Trump untuk menarik sekitar 2.000 tentaranya dari Suriah akan membuat Iran meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah. Teheran selama ini mendukung Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara yang berlangsung hampir delapan tahun. Rencana Trump juga dikhawatirkan akan membuat para militan Islamic State atau ISIS yang terisa berkumpul lagi.
"Sekarang 90 persen tanah Suriah berada di bawah kendali pemerintah dan sisanya akan segera dibebaskan oleh tentara Suriah," kata Velayati selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Moualem di Teheran.
Presiden Hassan Rouhani mengatakan kepada Moualem bahwa perdamaian di Suriah adalah prioritas. "Salah satu tujuan kebijakan regional dan luar negeri penting dari Republik Islam adalah stabilitas dan keamanan penuh Suriah," tulis kantor berita Tasnim mengutip pernyataan Rouhani.
"Membangun kondisi normal di Suriah dan mengembalikan orang-orang di negara ini ke kehidupan normal mereka," lanjut laporan media Iran tersebut.
Moualem berada di Teheran untuk negosiasi sebelum pertemuan para pemimpin Rusia, Turki dan Iran digelar di kota resort Laut Hitam Rusia, Sochi, pada 14 Februari 2019. Pertemuan ketiga pemimpin tersebut untuk membahas krisis Suriah.
Secara terpisah, Laksamana Muda Mahmoud Mousavi, seorang wakil komandan angkatan bersenjata reguler Iran, mengatakan pada hari Rabu bahwa Teheran berencana untuk memperluas jangkauan rudal land-to-sea (darat-ke-laut) menjadi lebih dari 300 kilometer.
Iran telah memperluas program misilnya, khususnya misil balistiknya. Negara para Mullah itu mengabaikan keprihatinan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Teheran menegaskan bahwa program misilnya murni defensif.
Uni Eropa mengatakan pada hari Senin bahwa mereka sangat prihatin dengan peluncuran dan uji coba rudal balistik Iran. Uni Eropa dan mendesak Teheran untuk menghentikan kegiatan yang memperdalam ketidakpercayaan dan mengganggu stabilitas kawasan.
(mas)