Eks Panglima Militer Israel Serukan Diakhirinya Perang Gaza, Akui Gagal Bunuh 2 Bos Hamas
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Mantan Panglima Militer atau Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Aviv Kochavi menyerukan diakhirinya perang di Gaza, Palestina. Dia mengakui bahwa militer Zionis sudah gagal membunuh dua pemimpin utama Hamas; Yahya Sinwar dan Mohammed al-Deif.
Kochavi, yang pangkat terakhirnya adalah letnan jenderal, meninggalkan jabatannya sekitar sembilan bulan sebelum operasi militer Badai al-Aqsa dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kochavi mengatakan bahwa menghentikan perang di Gaza adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan para sandera Israel yang ditawan Hamas di Gaza.
Dia juga mengakui kegagalan upaya Israel untuk membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Panglima Brigade al-Qassam Mohammed al-Deif.
“Kami mencoba, dan itu sulit. Di daerah padat penduduk dan banyak bangunan, hal ini sangat sulit dilakukan. Jadi kami telah bekerja berbulan-bulan untuk (melaksanakan) operasi tersebut, namun kami tidak bisa,” kata Kochavi.
Pengakuan langka Kochavi disampaikan ketika dia berbicara dengan orang-orang Yahudi Amerika dan dibocorkan oleh Channel 12 Israel pada Rabu malam, sebagaimana dikutip Palestine Chronicle, Jumat (10/5/2024).
Banyak orang di Israel melihat sosoknya sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas kegagalan keamanan yang menyebabkan peristiwa 7 Oktober 2023 di Israel.
“Sampai dua atau tiga bulan (lalu), kedua tujuan ini (melenyapkan Hamas dan menyelamatkan sandera) tidak kontradiksi. Saat ini, saya khawatir hal itu terjadi,” kata Kochavi.
"Sudah terlambat. Saya rasa tidak ada cara untuk membawa kembali para sandera tanpa menghentikan perang untuk saat ini,” imbuh dia.
Kochavi mengakui Iran, bukan Gaza, yang menjadi ancaman nyata bagi Israel.
“Kami tidak menganggap Gaza sebagai ancaman nyata; Iran adalah prioritas utama kami,” paparnya.
Meskipun demikian, Kochavi mengatakan bahwa pada tahun 2021, mereka melihat perubahan dalam Hamas dan menunjukkan bahwa sesuatu yang baru sedang terjadi.
Saat ini diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 34.904 warga Palestina telah terbunuh, dan 78.514 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, sebagian besar di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.
Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Badai al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023. Namun, investigasi media Israel mengungkapkan bahwa banyak warga Israel terbunuh pada hari itu karena insiden "friendly-fire" oleh tank tempur dan helikopter militer Zionis.
Kochavi, yang pangkat terakhirnya adalah letnan jenderal, meninggalkan jabatannya sekitar sembilan bulan sebelum operasi militer Badai al-Aqsa dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kochavi mengatakan bahwa menghentikan perang di Gaza adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan para sandera Israel yang ditawan Hamas di Gaza.
Dia juga mengakui kegagalan upaya Israel untuk membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Panglima Brigade al-Qassam Mohammed al-Deif.
“Kami mencoba, dan itu sulit. Di daerah padat penduduk dan banyak bangunan, hal ini sangat sulit dilakukan. Jadi kami telah bekerja berbulan-bulan untuk (melaksanakan) operasi tersebut, namun kami tidak bisa,” kata Kochavi.
Pengakuan langka Kochavi disampaikan ketika dia berbicara dengan orang-orang Yahudi Amerika dan dibocorkan oleh Channel 12 Israel pada Rabu malam, sebagaimana dikutip Palestine Chronicle, Jumat (10/5/2024).
Banyak orang di Israel melihat sosoknya sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab atas kegagalan keamanan yang menyebabkan peristiwa 7 Oktober 2023 di Israel.
“Sampai dua atau tiga bulan (lalu), kedua tujuan ini (melenyapkan Hamas dan menyelamatkan sandera) tidak kontradiksi. Saat ini, saya khawatir hal itu terjadi,” kata Kochavi.
"Sudah terlambat. Saya rasa tidak ada cara untuk membawa kembali para sandera tanpa menghentikan perang untuk saat ini,” imbuh dia.
Kochavi mengakui Iran, bukan Gaza, yang menjadi ancaman nyata bagi Israel.
“Kami tidak menganggap Gaza sebagai ancaman nyata; Iran adalah prioritas utama kami,” paparnya.
Meskipun demikian, Kochavi mengatakan bahwa pada tahun 2021, mereka melihat perubahan dalam Hamas dan menunjukkan bahwa sesuatu yang baru sedang terjadi.
Saat ini diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 34.904 warga Palestina telah terbunuh, dan 78.514 lainnya terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, sebagian besar di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.
Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas dalam Operasi Badai al-Aqsa Hamas pada 7 Oktober 2023. Namun, investigasi media Israel mengungkapkan bahwa banyak warga Israel terbunuh pada hari itu karena insiden "friendly-fire" oleh tank tempur dan helikopter militer Zionis.
(mas)