6 Alasan Israel Tetap Ngotot Rebut Rafah meski Dikecam Banyak Pihak
loading...
A
A
A
3. Israel Berniat Hancurkan Gaza Secara Total
Serangan di Rafah membahayakan harapan tercapainya kesepakatan antara Israel dan Hamas, yang telah ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat selama berhari-hari, dengan William Burns, kepala Badan Intelijen Pusat (CIA), yang sangat terlibat dalam hal ini.
Israel mengatakan persyaratan gencatan senjata Hamas berbeda dari proposal sebelumnya. Namun para analis percaya masalah yang lebih luas adalah Israel tidak bersedia menyetujui gencatan senjata permanen, bahkan setelah Hamas membebaskan tawanan Israel.
“Beberapa hari terakhir telah membuktikan Israel tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik. Saat Hamas menyetujui kesepakatan, Israel bersedia meledakkannya dengan memulai serangan mereka di Rafah,” ungkap Omar Rahman, pakar Israel-Palestina di Dewan Urusan Global Timur Tengah, wadah pemikir di Doha, Qatar.
“Tujuannya adalah untuk menghancurkan Gaza secara total,” katanya kepada Al Jazeera.
4. Netanyahu Ingin Jual Kemenangan
Rafah telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di wilayah utara dan tengah wilayah tersebut.
Wilayah ini tidak sepenuhnya terhindar dari serangan, namun tentara Israel hingga hari Senin belum mengirimkan pasukan darat untuk menduduki wilayah di sana.
Namun setelah melakukan operasi darat di seluruh Gaza, dan dengan Hamas yang masih beroperasi serta puluhan tawanan Israel yang masih ditahan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memulai serangannya di Rafah.
Teka-teki yang dihadapi Netanyahu adalah dia menjanjikan kemenangan publik Israel melawan Hamas dan sebagian besar warga Yahudi Israel mendukung invasi ke Rafah, menurut survei yang dilakukan pada bulan Maret oleh Institut Demokrasi Israel.
Namun Amerika Serikat (AS), meskipun memberikan dukungan besar kepada Israel selama perang di Gaza, telah menegaskan mereka tidak akan mendukung invasi besar-besaran.
Kabinet perang Israel mungkin berusaha memuaskan opini publik dengan melanjutkan serangan Rafah dan awalnya menolak gencatan senjata, menurut Hugh Lovatt, pakar Israel-Palestina di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR).