AS-China Adu Kuat, Dunia Berisiko Jadi Dua Blok

Selasa, 18 Agustus 2020 - 18:12 WIB
loading...
AS-China Adu Kuat, Dunia Berisiko Jadi Dua Blok
Foto/Ilustrasi
A A A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB , Antonio Guterres mengatakan, hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China tidak pernah disfungsional seperti sekarang. Ia pun memperingatkan bahwa meningkatnya ketegangan antara kedua kekuatan tersebut berisiko membagi dua menjadi dua blok.

“Pembagian ini, yaitu pembagian ekonomi, risiko untuk menciptakan dua blok, dengan dua mata uang dominan, dengan dua perangkat aturan perdagangan, dua jaringan yang berbeda, dua strategi dalam kecerdasan buatan dan kemudian, tak terelakkan, dua strategi geo-strategis dan militer," ujar Guterres saat diskusi TIME100 Talks tentang kepemimpinan global.

“Itu adalah risiko besar bagi dunia,” sambungnya seperti dilansir dari Time, Selasa (18/8/2020).

AS dan China saat ini terlibat dalam konfrontasi multi-dimensional dan luas yang mencakup segala hal mulai dari sengketa kekayaan intelektual hingga asal-usul virus Corona hingga hak asasi manusia. Ketegangan telah membara sebelum Pemerintahan Trump, dengan Presiden Obama berusaha untuk melawan meningkatnya kehadiran militer China di Laut China Selatan dan berusaha untuk mengimbangi kekuatan ekonominya dengan kebijakan seperti Kemitraan Trans-Pasifik.

Trump meningkatkan ketegangan, terlibat dalam perang perdagangan yang merusak secara ekonomi dan, baru-baru ini, menyalahkan negara itu atas pandemi Covid-19.(Baca: Dikritik Soal Penanganan Covid-19, China: AS Jauh Lebih Buruk )

“Kita semua punya minat yang berbeda. Tidak mudah untuk membuat komunitas internasional bersatu,” kata Guterres.

“Tapi ancaman yang kita hadapi dan kerapuhan yang kita hadapi harus memaksa semua untuk memahami bahwa apa yang menyatukan kita lebih penting daripada apa yang memisahkan kita,” imbuhnya.

Dalam wawancara tersebut, Guterres juga meminta negara-negara kaya untuk membantu rekan-rekan mereka yang lebih miskin dalam memerangi Covid-19.

"Pembayaran utang harus ditangguhkan untuk negara-negara yang tidak memiliki kapasitas untuk mengakses pasar keuangan dan kreditor kaya harus mempertimbangkan restrukturisasi dan penghapusan utang negara-negara miskin yang harus meminjam uang dalam jumlah besar untuk bertahan dari pandemi dan kejatuhan ekonomi," imbaunya .

“Jika kita mengalami serangkaian kebangkrutan di tingkat nasional, kita mungkin akan bergerak ke lebih dari sekadar resesi, menjadi depresi dalam ekonomi global,” tuturnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1396 seconds (0.1#10.140)