Sebut IQ Tergantung Ras, Pelopor DNA Pemenang Nobel Dicopot Gelarnya

Senin, 14 Januari 2019 - 16:01 WIB
Sebut IQ Tergantung Ras, Pelopor DNA Pemenang Nobel Dicopot Gelarnya
Sebut IQ Tergantung Ras, Pelopor DNA Pemenang Nobel Dicopot Gelarnya
A A A
NEW YORK - Ilmuwan pelopor DNA dan pemenang Hadiah Nobel, James Watson, telah dilucuti gelar kehormatannya oleh bekas laboratoriumnya di Amerika Serikat (AS) setelah membuat komentar kontroversial. Dia mengatakan intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual seseorang tergantung pada ras dan genetika.

Komentar itu dibuat tahun 2007. Dia menolak menarik argumennya dan mengulangnya lagi pada tahun 2018. Cold Spring Harbor Laboratory (CSHL), laboratorium yang pernah dia pimpin di New York, mengatakan komentar terbaru Watson dalam film dokumenter 2018 adalah sama sekali tidak kompatibel dengan misinya.

Watson telah menimbulkan kontroversi di antara para ahli genetika karena keyakinannya bahwa ada hubungan antara kecerdasan dengan genetika dan ras.

Pada 2007, dia mengatakan bahwa dia secara inheren suram tentang prospek Afrika karena kebijakan Barat terhadap benua itu menganggap orang Afrika sama cerdasnya dengan orang Eropa.

Ilmuwan yang membantu mengidentifikasi struktur double-helix dari molekul DNA tersebut menyatakan dalam film dokumenter bahwa dia masih berpegang pada pandangannya itu.

CSHL membebaskan Watson dari tugasnya setelah komentar kontroversialnya keluar pertama kali tahun 2007. Mengutip Al Jazeera, Senin (14/1/2019), gelar-gelar kehormatannya resmi dicopot pada hari Jumat pekan lalu. CSHL menyebut pendapatnya "tidak berdasar dan ceroboh".

Berbagai gelarnya yang dicopot antara lain Chancellor Emeritus, Oliver R Grace Professor Emeritus, dan Honorary Trustee.

Watson telah lama dikaitkan dengan CSHL, di mana dia menjadi direkturnya pada tahun 1968. Pada tahun 1994 dia menjadi presiden CSHL dan gelar Chancellor Emeritus diraih 10 tahun kemudian. Bahkan, sebuah sekolah di laboratorium dinamai berdasarkan namanya.

Watson memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang fisiologi dan kedokteran pada tahun 1962 bersama dengan Francis Crick dan Maurice Wilkins karena menemukan pada tahun 1953 bahwa DNA adalah heliks ganda, berbentuk seperti tangga yang panjang, memutar dengan lembut.

Gagasan bahwa ada hubungan antara ras dan kecerdasan tersebar luas pada awal abad 20, tetapi setelah ada kemajuan dalam genetika, konsensus ilmiah modern menolak hubungan apa pun soal itu.

Mereka yang terus melambungkan gagasan tentang hubungan antara ras dan kecerdasan dituduh oleh komunitas ilmiah terlibat dalam pseudosain dan "rasisme ilmiah".

Saat ini, ada konsensus di antara para ilmuwan bahwa ras adalah konstruksi sosial murni, tidak terbukti menunjukkan perbedaan genetika yang berbeda antara individu dari populasi yang berbeda.

Dalam sebuah studi 2009, data genetika Watson sendiri digunakan untuk membantah gagasan bahwa ada hubungan genetika antara dua orang yang berkulit putih, dibandingkan dengan orang keturunan Asia Timur.

Sampel dari Watson dan ilmuwan Craig Venter dibandingkan dengan ilmuwan Korea, Seong-Jin Kim. Baik Watson dan Venter ditemukan memiliki lebih banyak kesamaan genetika dengan Seong daripada yang mereka miliki satu sama lain.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2653 seconds (0.1#10.140)