Uni Eropa Awasi Praktik Subsidi Berlebihan China yang Mendistorsi Pasar Global

Kamis, 02 Mei 2024 - 13:02 WIB
loading...
A A A
China memproduksi secara berlebihan—pasar domestiknya tidak mampu menyerap kelebihan pasokan karena situasi deflasi dalam perekonomian, dan oleh karena itu, Beijing mencoba merebut pasar luar negeri dengan menggunakan cara yang tidak adil untuk memenuhi "kelebihan produksi struktural."

Terlebih lagi, China sedang berusaha untuk mendorong perekonomiannya dengan ekspor yang tidak berkelanjutan dan menjadikan China sensitif terhadap guncangan internasional.

Subsidi Berlebihan China


Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, dalam kunjungannya baru-baru ini ke China, juga menyatakan keprihatinan atas praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan Beijing dan potensi konsekuensi dari kelebihan kapasitas industri terhadap pasar global dan AS dalam industri-industri utama perekonomian abad ke-21 seperti panel surya, kendaraan listrik, dan baterai.

Menyebut kebijakan perdagangan China sebagai "praktik ekonomi non-pasar”, Blinken berkata: "China sendiri memproduksi lebih dari 100 persen permintaan global untuk produk-produk ini, membanjiri pasar, melemahkan persaingan, membahayakan mata pencaharian dan bisnis di seluruh dunia."

Situasi saat ini adalah hasil dari upaya UE selama bertahun-tahun untuk berdialog dengan China mengenai masalah subsidi negara yang besar dan kelebihan kapasitas pada sektor baja, aluminium, dan teknologi ramah lingkungan. UE kini menunjukkan komitmen politik dan ekonomi yang ketat demi melindungi teknologi intinya.

Sebelumnya, UE telah meluncurkan penyelidikan terhadap dukungan berlebihan China terhadap kendaraan listrik, turbin angin, dan peralatan rumah sakit.

Kini, UE menggunakan langkah-langkah yang lebih ketat, termasuk FSR dan Instrumen Pengadaan Internasional (IPI), yang bukan lagi merupakan ancaman kosong, namun lebih merupakan cara konfrontasi langsung.

IPI adalah "instrumen untuk membatasi akses ke pasar internal UE, termasuk bidang kontrak publik, bagi negara ketiga yang telah membatasi akses ke pasar mereka bagi operator UE”.

Dengan menggunakan beberapa tools ini, Brussels telah memutuskan untuk menunjukkan ancaman nyata dan efektif serta menandakan intoleransi terhadap malapraktik China yang menghambat stabilitas perekonomian UE.

Seperti yang diungkapkan Gunnar Wiegand, mantan diplomat senior Asia di European External Action Service: "Tidak ada yang terkejut bahwa instrumen yang telah diciptakan melalui proses yang cukup panjang selama beberapa tahun terakhir kini akhirnya benar-benar digunakan."
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1219 seconds (0.1#10.140)