Macron Ingin Senjata Nuklir Prancis Jadi Tameng Uni Eropa Melawan Ancaman Rusia
loading...
A
A
A
PARIS - Presiden Emmanuel Macron ingin senjata nuklir Prancis menjadi bagian dari pertahanan Uni Eropa yang kredibel terhadap ancaman dari Rusia.
Dia menyatakan siap membuka perdebatan perihal penggunaaan senjata nuklir Uni Eropa yang mandiri.
“Saya mendukung pembukaan perdebatan ini, yang harus mencakup pertahanan rudal, penembakan senjata jarak jauh, senjata nuklir bagi mereka yang memilikinya atau yang memiliki senjata nuklir Amerika Serikat di wilayah mereka,” kata Macron dalam sebuah wawancara dengan outlet regional dari kelompok pers Ebra.
“Prancis akan mempertahankan kekhususannya, namun siap berkontribusi lebih banyak untuk pertahanan tanah Eropa,” ujarnya.
Prancis, yang memiliki sekitar 300 hulu ledak nuklir, adalah satu-satunya negara yang memiliki kekuatan nuklir di Uni Eropa.
Presiden Prancis tersebut dalam beberapa pekan terakhir mengambil sikap yang semakin keras terhadap Rusia sehubungan dengan invasi besar-besaran mereka ke Ukraina. Ini bukan pertama kalinya dia menyarankan penggunaan senjata nuklir Prancis untuk pertahanan Uni Eropa.
Macron pertama kali mengisyaratkan kemungkinan langkah tersebut pada tahun 2020, ketika dia menyerukan dialog strategis mengenai peran penangkal nuklir Prancis dalam keamanan kolektif Eropa, dalam upaya untuk membuka diskusi mengenai masalah ini dengan Jerman, yang menjadi tuan rumah senjata nuklir AS di wilayahnya.
Prancis kemudian mengulangi tawaran tersebut pada tahun 2022.
Sejauh ini, Berlin belum menerima tawaran presiden Prancis tersebut.
Namun pada bulan Januari, Manfred Weber, pemimpin Partai Rakyat Eropa (EPP) yang berhaluan kanan-tengah dan anggota CSU Bavaria, yang saat ini menjadi bagian dari oposisi Jerman, mengatakan kepada Politico bahwa Eropa harus "menerima tawaran Macron" mengingat membangun dimensi pertahanan nuklir Eropa sebagai tujuan jangka panjang.
Komentar Macron memicu kecaman dari partai oposisi Prancis.
“Ketika Anda menjadi kepala negara, pertama-tama Anda harus belajar untuk tetap diam tentang inti dari model keamanan kami,” kata François-Xavier Bellamy, kandidat utama dari partai sayap kanan Les Républicains untuk pemilu Uni Eropa yang akan datang di televisi Prancis, yang dilansir Senin (29/4/2024).
Kelompok sayap kiri France Unbowed di Majelis Nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa komentar Macron adalah kesalahan besar yang telah memberikan pukulan baru terhadap kredibilitas penangkal nuklir Prancis.
Dia menyatakan siap membuka perdebatan perihal penggunaaan senjata nuklir Uni Eropa yang mandiri.
“Saya mendukung pembukaan perdebatan ini, yang harus mencakup pertahanan rudal, penembakan senjata jarak jauh, senjata nuklir bagi mereka yang memilikinya atau yang memiliki senjata nuklir Amerika Serikat di wilayah mereka,” kata Macron dalam sebuah wawancara dengan outlet regional dari kelompok pers Ebra.
“Prancis akan mempertahankan kekhususannya, namun siap berkontribusi lebih banyak untuk pertahanan tanah Eropa,” ujarnya.
Prancis, yang memiliki sekitar 300 hulu ledak nuklir, adalah satu-satunya negara yang memiliki kekuatan nuklir di Uni Eropa.
Presiden Prancis tersebut dalam beberapa pekan terakhir mengambil sikap yang semakin keras terhadap Rusia sehubungan dengan invasi besar-besaran mereka ke Ukraina. Ini bukan pertama kalinya dia menyarankan penggunaan senjata nuklir Prancis untuk pertahanan Uni Eropa.
Macron pertama kali mengisyaratkan kemungkinan langkah tersebut pada tahun 2020, ketika dia menyerukan dialog strategis mengenai peran penangkal nuklir Prancis dalam keamanan kolektif Eropa, dalam upaya untuk membuka diskusi mengenai masalah ini dengan Jerman, yang menjadi tuan rumah senjata nuklir AS di wilayahnya.
Prancis kemudian mengulangi tawaran tersebut pada tahun 2022.
Sejauh ini, Berlin belum menerima tawaran presiden Prancis tersebut.
Namun pada bulan Januari, Manfred Weber, pemimpin Partai Rakyat Eropa (EPP) yang berhaluan kanan-tengah dan anggota CSU Bavaria, yang saat ini menjadi bagian dari oposisi Jerman, mengatakan kepada Politico bahwa Eropa harus "menerima tawaran Macron" mengingat membangun dimensi pertahanan nuklir Eropa sebagai tujuan jangka panjang.
Komentar Macron memicu kecaman dari partai oposisi Prancis.
“Ketika Anda menjadi kepala negara, pertama-tama Anda harus belajar untuk tetap diam tentang inti dari model keamanan kami,” kata François-Xavier Bellamy, kandidat utama dari partai sayap kanan Les Républicains untuk pemilu Uni Eropa yang akan datang di televisi Prancis, yang dilansir Senin (29/4/2024).
Kelompok sayap kiri France Unbowed di Majelis Nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa komentar Macron adalah kesalahan besar yang telah memberikan pukulan baru terhadap kredibilitas penangkal nuklir Prancis.
(mas)