Pelosi Hina Warga AS dengan Tuding Rusia Terkait Demo Pro-Palestina
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Mantan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi menghina warga Amerika dengan mencoba menyalahkan Rusia atas gelombang protes pro-Palestina di seluruh Negeri Paman Sam.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menjelaskan hal itu pada Jumat (26/4/2024).
Politisi senior Partai Demokrat itu mengaitkan protes pro-Palestina di AS dengan dugaan pengaruh asing dalam beberapa kesempatan.
Yang terbaru adalah dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik Irlandia, Raidio Teilifis Eireann (RTE) pekan ini.
Pelosi juga mempermasalahkan julukan 'Genosida Joe' yang dicapkan pada Presiden AS Joe Biden atas kegagalannya menekan Israel agar lebih menahan diri dalam kampanye militer barbarnya di Gaza.
Pelosi mengakui sentimen pro-Palestina dapat berdampak pada dukungan Biden selama pemilu presiden AS pada bulan November.
Dia mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, untuk terpilih.
“Ini demi kepentingan Putin, siapa namanya? untuk menang. Oleh karena itu, saya melihat adanya dorongan dari pihak Rusia atas apa yang sedang terjadi,” ujar dia mengenai demonstrasi tersebut.
Aktivis pro-Palestina memiliki perasaan yang tulus, akunya, namun “beberapa di antaranya bernuansa Rusia.”
Menanggapi pernyataan Pelosi di postingan media sosial, Zakharova mengatakan pernyataan tersebut “hanya dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap warga Amerika dan mengabaikan demokrasi.”
Pada Januari, mantan ketua DPR itu meminta FBI menyelidiki pendanaan kelompok pro-Palestina, mengklaim tuntutan mereka untuk gencatan senjata di Gaza adalah “pesan Putin.”
Pelosi juga tertangkap kamera sedang menyerang orang-orang yang mengejek di luar rumahnya, menyuruh mereka “kembali ke China,” yang diduga merupakan tempat “markas” mereka berada.
Tingkat dukungan terhadap Biden mendapat pukulan telak di kalangan pemilih Partai Demokrat karena sikapnya yang pro-Israel, meskipun Pelosi bersikeras presiden tersebut telah menjadi “pendukung terbesar bantuan kemanusiaan untuk Palestina” di tengah konflik di Gaza.
“Kelompok-kelompok di luar yang melakukan protes menyalahkannya, padahal hanya dia yang melakukan advokasi pada tingkat tersebut,” ujar dia.
Pekan ini, otoritas lokal di seluruh AS menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi pro-Palestina di kampus-kampus universitas, dan dalam beberapa kasus dilaporkan terjadi penangkapan massal.
Para pengunjuk rasa menjadi sasaran di Univeristas Yale, Universitas Harvard, Universitas Texas di Austin, Universitas Southern California, dan institusi lainnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik tindakan keras AS, mencap para aktivis tersebut sebagai “gerombolan anti-Semit” dan membandingkan mereka dengan simpatisan Nazi pada tahun 1930-an.
Putin secara terbuka menyatakan dia akan lebih nyaman dengan Biden yang “dapat diprediksi” dan “kuno” dibandingkan Trump sebagai presiden AS berikutnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menjelaskan hal itu pada Jumat (26/4/2024).
Politisi senior Partai Demokrat itu mengaitkan protes pro-Palestina di AS dengan dugaan pengaruh asing dalam beberapa kesempatan.
Yang terbaru adalah dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik Irlandia, Raidio Teilifis Eireann (RTE) pekan ini.
Pelosi juga mempermasalahkan julukan 'Genosida Joe' yang dicapkan pada Presiden AS Joe Biden atas kegagalannya menekan Israel agar lebih menahan diri dalam kampanye militer barbarnya di Gaza.
Pelosi mengakui sentimen pro-Palestina dapat berdampak pada dukungan Biden selama pemilu presiden AS pada bulan November.
Dia mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin menginginkan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, untuk terpilih.
“Ini demi kepentingan Putin, siapa namanya? untuk menang. Oleh karena itu, saya melihat adanya dorongan dari pihak Rusia atas apa yang sedang terjadi,” ujar dia mengenai demonstrasi tersebut.
Aktivis pro-Palestina memiliki perasaan yang tulus, akunya, namun “beberapa di antaranya bernuansa Rusia.”
Menanggapi pernyataan Pelosi di postingan media sosial, Zakharova mengatakan pernyataan tersebut “hanya dapat dianggap sebagai penghinaan terhadap warga Amerika dan mengabaikan demokrasi.”
Pada Januari, mantan ketua DPR itu meminta FBI menyelidiki pendanaan kelompok pro-Palestina, mengklaim tuntutan mereka untuk gencatan senjata di Gaza adalah “pesan Putin.”
Pelosi juga tertangkap kamera sedang menyerang orang-orang yang mengejek di luar rumahnya, menyuruh mereka “kembali ke China,” yang diduga merupakan tempat “markas” mereka berada.
Tingkat dukungan terhadap Biden mendapat pukulan telak di kalangan pemilih Partai Demokrat karena sikapnya yang pro-Israel, meskipun Pelosi bersikeras presiden tersebut telah menjadi “pendukung terbesar bantuan kemanusiaan untuk Palestina” di tengah konflik di Gaza.
“Kelompok-kelompok di luar yang melakukan protes menyalahkannya, padahal hanya dia yang melakukan advokasi pada tingkat tersebut,” ujar dia.
Pekan ini, otoritas lokal di seluruh AS menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi pro-Palestina di kampus-kampus universitas, dan dalam beberapa kasus dilaporkan terjadi penangkapan massal.
Para pengunjuk rasa menjadi sasaran di Univeristas Yale, Universitas Harvard, Universitas Texas di Austin, Universitas Southern California, dan institusi lainnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut baik tindakan keras AS, mencap para aktivis tersebut sebagai “gerombolan anti-Semit” dan membandingkan mereka dengan simpatisan Nazi pada tahun 1930-an.
Putin secara terbuka menyatakan dia akan lebih nyaman dengan Biden yang “dapat diprediksi” dan “kuno” dibandingkan Trump sebagai presiden AS berikutnya.
(sya)