Apa yang Membuat Pemerintah Sipil Myanmar Dikudeta? Simak Penjelasan Lengkapnya

Jum'at, 26 April 2024 - 17:15 WIB
loading...
Apa yang Membuat Pemerintah...
Demonstran memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 17 Februari 2021. Foto/REUTERS/Stringer
A A A
NAYPYIDAW - Pemerintahan sipil Myanmar dikudeta militer pada tahun 2021 silam. Hingga sampai saat ini, militer masih menjadi pemegang kekuasaan di negara tersebut.

Kudeta di Myanmar membuat militer memegang kendali di bawah keadaan darurat. Kudeta ini juga membuat pejabat pemerintahan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi dan politisi senior lainnya ditahan.

Atas kudeta militer yang dilakukan di Myanmar ini banyak orang bertanya-tanya tentang penyebab sebenarnya terjadinya kudeta.

Penyebab Kudeta di Myanmar


Sebelum kudeta, sebenarnya pemilu bulan November dimenangkan secara telak oleh partai Suu Kyi. Sedangkan partai yang didukung militer mendapat hasil yang buruk.

Akibatnya pihak militer mengklaim terdapat kecurangan dalam pemungutan suara tersebut, meskipun komisi pemilu mengatakan tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Klaim militer tersebut disokong pengumuman di Myawaddy TV milik militer yang menyebutkan jika pengambilalihan kekuasaan tersebut menyebutkan kegagalan pemerintah.

Militer bersikukuh tindakannya dibenarkan secara hukum, dan pengumuman tersebut mengutip pasal dalam konstitusi yang mengizinkan militer mengambil alih kekuasaan pada saat darurat, meskipun juru bicara partai Suu Kyi dan banyak pihak luar mengatakan tindakan tersebut sebenarnya kudeta.

Beberapa ahli menyatakan kebingungannya bahwa militer akan mengambil tindakan untuk mengacaukan status quo. Karena pada saat itu para jenderal masih memegang kekuasaan yang sangat besar di negara tersebut.

Myanmar setelah Kudeta


Dilansir dari Al Jazeera, beberapa jam setelah kudeta, militer mengumumkan keadaan darurat selama satu tahun, dengan menggunakan dalih dugaan kegagalan pemerintah.

Mereka juga menjanjikan pemilu baru, namun tidak memberikan kerangka waktu, dan mengumumkan kekuasaan telah diserahkan kepada Ming Aung Hlaing.

Jenderal Ming Aung Hlaing sendiri sebenarnya dikenal sebagai sosok yang telah lama memendam ambisi menjadi presiden, menurut Melissa Crouch, profesor di Fakultas Hukum, Universitas New South Wales di Sydney, Australia.

Min Aung Hlaing yang sebelumnya merupakan tokoh yang kurang dikenal di luar militer, diangkat sebagai panglima tertinggi pada tahun 2011, tepat ketika Myanmar mulai melakukan transisi ke pemerintahan sipil setelah 49 tahun pemerintahan militer.

Tindakan Kontroversial Suu Kyi


Salah satu hal yang sangat disoroti militer akan tindakan kudeta yang dilakukan adalah aksi kontroversial Suu Kyi yang membuat Myanmar terlihat sangat buruk di mata dunia.

Meskipun Suu Kyi adalah tokoh yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas upayanya membawa demokrasi ke Myanmar. Reputasinya langsung jatuh ketika berkaitan dengan tindakan keras yang masih dilakukan militer terhadap Muslim Rohingya.

Kudeta ini juga akan menjadi ujian bagi komunitas internasional, yang telah mengisolasi Myanmar selama beberapa dekade di era pemerintahan militer yang ketat, namun kemudian dengan antusias menyambutnya saat negara tersebut bergerak menuju demokrasi dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun Min Aung Hlaing berhasil melakukan kudeta, para pengamat mengatakan masih ada pertanyaan mengenai kemampuannya dan kemampuan militer mempertahankan kekuasaan.

NLD, dalam pernyataan yang dikaitkan dengan Aung San Suu Kyi, mendesak rakyat Myanmar “dengan sepenuh hati memprotes” kudeta tersebut.

Para analis mengatakan generasi muda, yang hidup dalam sistem yang lebih terbuka, kemungkinan besar akan bereaksi.

Itulah yang terjadi ketika kudeta militer terjadi untuk menggulingkan pemerintahan sipil Myanmar. Kudeta itu menjadikan kondisi Myanmar semakin tidak jelas.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Konvoi Ambulans Ditembaki,...
Konvoi Ambulans Ditembaki, Sentimen Anti-China Meningkat di Myanmar
Profil Ibrahim Traore,...
Profil Ibrahim Traore, Penguasa Burkina Faso yang Disebut Bakal Gratiskan Pendidikan SD hingga Kuliah
Siapa Brice Oligui Nguema?...
Siapa Brice Oligui Nguema? Presiden Terpilih Gabon yang Berani Menasionalisasi Aset Asing
Lebih dari 2.000 Orang...
Lebih dari 2.000 Orang Tewas akibat Gempa Myanmar, 700 Muslim Meninggal di Masjid
Jumlah Korban Tewas...
Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar-Thailand Melebihi 1.600 Orang
Gempa Myanmar Terjadi...
Gempa Myanmar Terjadi saat Salat Jumat, 50 Masjid Rusak, Lebih 1.000 Orang Tewas
USGS Prediksi Jumlah...
USGS Prediksi Jumlah Korban Tewas akibat Gempa Myanmar Lebih dari 10.000 Jiwa
Listrik di Portugal...
Listrik di Portugal dan Spanyol Padam, Jaringan Kereta hingga Internet Lumpuh Total
Jemaah Ditikam di Masjid...
Jemaah Ditikam di Masjid hingga Tewas, Pelaku Rekam Aksinya termasuk saat Korban Sekarat
Rekomendasi
Presiden Aspek Ungkap...
Presiden Aspek Ungkap 10 Harapan Buruh Indonesia di May Day 2025
Harga Emas Berbalik...
Harga Emas Berbalik Menguat Rp6 Ribu, Hari Ini Jadi Rp1.966.000 per Gram
Mendikdasmen Soal Siswa...
Mendikdasmen Soal Siswa Nakal di Jabar Mau Dikirim ke Barak Militer: Tanya ke Ahli Pendidikan
Berita Terkini
Kronologi Kapal Induk...
Kronologi Kapal Induk AS Mengelak dari Serangan Houthi Bikin Jet Tempur F/A-18 Jatuh ke Laut
30 menit yang lalu
10 Stasiun Metro Terdalam...
10 Stasiun Metro Terdalam di Dunia, Salah Satunya di Pyongyang Mencapai 110 Meter
38 menit yang lalu
Tentara India dan Pakistan...
Tentara India dan Pakistan Saling Tembak di Kashmir untuk Malam Kelima Berturut-turut
1 jam yang lalu
Berapa Umur Bumi?
Berapa Umur Bumi?
1 jam yang lalu
Di Ambang Perang dengan...
Di Ambang Perang dengan Pakistan, India Borong 26 Jet Tempur Rafale Prancis
1 jam yang lalu
Elon Musk: Drone Murah...
Elon Musk: Drone Murah China Bisa Hancurkan Jet Tempur Siluman F-35 AS dalam Hitungan Detik
2 jam yang lalu
Infografis
5 Kesalahan Sarapan...
5 Kesalahan Sarapan yang Bisa Membuat Perut Buncit
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved