5 Fakta Mengejutkan Hubungan Iran - Israel, Pernah Bersahabat di Masa Lalu
loading...
A
A
A
TEHERAN - Hubungan Iran - Israel kini tengah mengeruh setelah masing-masing pihak saling berbalas serangan secara langsung. Memburuknya hubungan kedua negara ini ditakutkan akan menimbulkan konflik regional yang lebih luas.
Konflik kedua negara bermula setelah Israel melancarkan serangan udara tanggal 1 April di konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal IRGC.
Dari situ Iran langsung melancarkan serangan secara langsung yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya Teheran melakukan tindakan secara langsung setelah sebelumnya hanya bertindak di balik kelompok milisi.
Namun pada dasarnya konflik negara yang dianggap musuh bebuyutan ini sebenarnya berpusat di Palestina. Menurut Al Jazeera, masalah Palestina telah menjadi pusat konflik selama beberapa dekade, dan Teheran telah memperingatkan Israel dan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, bahwa perang dengan Hamas dapat menyebar ketika Tel Aviv meningkatkan serangan di luar Gaza.
Terlepas dari hubungan buruk antara Iran dan Israel belakangan ini, sebenarnya kedua negara ini sempat menjadi sahabat di masa lalu.
Era Dinasti Pahlavi di Iran sendiri terjadi di sekitar tahun 1953 hingga 1979. Pada masa ini juga Teheran adalah salah satu dari 11 anggota yang membentuk Komite Khusus Palestina (UNSCOP) yang bertugas menyelidiki penyebab konflik Mandat Palestina.
Israel memiliki delegasi tetap di Teheran yang berfungsi sebagai kedutaan de facto, sebelum pertukaran Duta Besar pada akhir tahun 1970an.
Padahal terdapat sekitar 30.000 warga Iran di Teheran berkumpul untuk memprotes pendirian Israel. Melihat kondisi ini, Ayotallah Abol-Ghasem Kashani mengkritik keputusan pemerintahnya untuk mengakui Israel.
Ayatollah Khomeini menyatakan Israel sebagai "musuh Islam" dan "Setan Kecil". Amerika Serikat disebut "Setan Besar" sedangkan Uni Soviet disebut "Setan Kecil".
Permusuhan ini lantas membuat kedua negara tersebut tak pernah akur selama beberapa dekade. Terlebih apabila Israel mengambil tindakan tegas pada Palestina, Iran akan jadi garda terdepan yang melancarkan dukungan pada palestina dan kritik terhadap Israel.
Serangkaian serangan sabotase berlanjut hingga tahun 2020-an, ketika Israel berupaya merusak fasilitas nuklir Iran. Ilmuwan nuklir juga menjadi sasaran. Keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018 dipandang sebagai pukulan bagi Teheran dan kemenangan bagi Israel.
Tindakan tersebut dilakukan oleh Israel dan AS lantaran khawatir akan apa yang akan diciptakan Iran di masa depan. Terlebih untuk negeri Yahudi yang tak pernah bersahabat dengan Teheran.
Kini Iran mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di beberapa negara, seperti Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, yang juga mendukung perjuangan Palestina dan memandang Israel sebagai musuh besar.
Sementara itu, Israel telah mendukung berbagai kelompok yang menentang keras pendirian Iran. Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya terbatas pada ideologi atau kelompok proksi.
Keduanya diduga berada di balik serangkaian serangan panjang terhadap kepentingan satu sama lain di dalam dan di luar wilayah mereka, namun mereka secara terbuka menyangkalnya.
Konflik kedua negara bermula setelah Israel melancarkan serangan udara tanggal 1 April di konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Iran, termasuk dua jenderal IRGC.
Dari situ Iran langsung melancarkan serangan secara langsung yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya Teheran melakukan tindakan secara langsung setelah sebelumnya hanya bertindak di balik kelompok milisi.
Namun pada dasarnya konflik negara yang dianggap musuh bebuyutan ini sebenarnya berpusat di Palestina. Menurut Al Jazeera, masalah Palestina telah menjadi pusat konflik selama beberapa dekade, dan Teheran telah memperingatkan Israel dan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, bahwa perang dengan Hamas dapat menyebar ketika Tel Aviv meningkatkan serangan di luar Gaza.
Terlepas dari hubungan buruk antara Iran dan Israel belakangan ini, sebenarnya kedua negara ini sempat menjadi sahabat di masa lalu.
5 Fakta Mengejutkan Hubungan Iran - Israel
1. Hubungan Harmonis Pada Era Dinasti Pahlavi
Dilansir dari NPR, meskipun Iran diperintah oleh dinasti Pahlavi selama lebih dari setengah abad, hubungan bilateral Iran-Israel sama sekali tidak bermusuhan.Era Dinasti Pahlavi di Iran sendiri terjadi di sekitar tahun 1953 hingga 1979. Pada masa ini juga Teheran adalah salah satu dari 11 anggota yang membentuk Komite Khusus Palestina (UNSCOP) yang bertugas menyelidiki penyebab konflik Mandat Palestina.
2. Iran Menjadi Negara Mayoritas Muslim yang Dukung Kemerdekaan Israel
Iran adalah negara mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel sebagai negara berdaulat setelah Turki. Setelah berdirinya Negara Israel pada Mei 1948, hubungan kedua negara ini menjadi semakin dekat.Israel memiliki delegasi tetap di Teheran yang berfungsi sebagai kedutaan de facto, sebelum pertukaran Duta Besar pada akhir tahun 1970an.
Padahal terdapat sekitar 30.000 warga Iran di Teheran berkumpul untuk memprotes pendirian Israel. Melihat kondisi ini, Ayotallah Abol-Ghasem Kashani mengkritik keputusan pemerintahnya untuk mengakui Israel.
3. Revolusi Iran Mengubah Hubungan Iran dengan Israel
Setelah Revolusi Iran dan jatuhnya dinasti Pahlavi pada tahun 1979, Iran mengambil sikap tajam anti-Israel. Iran memutuskan semua hubungan resmi dengan Israel. Kedutaan Besar Israel di Teheran ditutup dan diserahkan kepada PLO.Ayatollah Khomeini menyatakan Israel sebagai "musuh Islam" dan "Setan Kecil". Amerika Serikat disebut "Setan Besar" sedangkan Uni Soviet disebut "Setan Kecil".
Permusuhan ini lantas membuat kedua negara tersebut tak pernah akur selama beberapa dekade. Terlebih apabila Israel mengambil tindakan tegas pada Palestina, Iran akan jadi garda terdepan yang melancarkan dukungan pada palestina dan kritik terhadap Israel.
4. Israel dan AS Mengincar Nuklir Iran
Setelah Iran menemukan sumber utama pembuatan senjata nuklir di awal tahun 2000-an, Israel dan AS langsung bergerak memperkenalkan virus komputer Stuxnet untuk untuk menargetkan mesin sentrifugal yang memperkaya uranium untuk program nuklir Iran.Serangkaian serangan sabotase berlanjut hingga tahun 2020-an, ketika Israel berupaya merusak fasilitas nuklir Iran. Ilmuwan nuklir juga menjadi sasaran. Keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada tahun 2018 dipandang sebagai pukulan bagi Teheran dan kemenangan bagi Israel.
Tindakan tersebut dilakukan oleh Israel dan AS lantaran khawatir akan apa yang akan diciptakan Iran di masa depan. Terlebih untuk negeri Yahudi yang tak pernah bersahabat dengan Teheran.
5. Permusuhan Terus Tumbuh Selama Beberapa Dekade
Permusuhan ini tumbuh selama beberapa dekade ketika kedua belah pihak berusaha untuk memperkuat dan mengembangkan kekuatan dan pengaruh mereka di wilayah tersebut.Kini Iran mendukung jaringan “poros perlawanan” yang terdiri dari kelompok-kelompok politik dan bersenjata di beberapa negara, seperti Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman, yang juga mendukung perjuangan Palestina dan memandang Israel sebagai musuh besar.
Sementara itu, Israel telah mendukung berbagai kelompok yang menentang keras pendirian Iran. Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya terbatas pada ideologi atau kelompok proksi.
Keduanya diduga berada di balik serangkaian serangan panjang terhadap kepentingan satu sama lain di dalam dan di luar wilayah mereka, namun mereka secara terbuka menyangkalnya.
(ahm)