Regulasi Lemah, AS Terancam Ledakan Dahsyat yang Dipicu Bahan Kimia

Selasa, 18 Agustus 2020 - 00:05 WIB
loading...
Regulasi Lemah, AS Terancam Ledakan Dahsyat yang Dipicu Bahan Kimia
Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Keputusan Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (AS) atau EPA untuk melemahkan standar yang mengatur bagaimana perusahaan menyimpan bahan kimia berbahaya pada tahun lalu, membuat AS berpotensi menghadapi risiko ledakan seperti di Beirut. Ledakan Beirut meninggalkan kawah sedalam 43 meter dan menewaskan hampir 200 orang.

Pada 2013, sebuah ledakan di kota West di Texas menewaskan 15 orang dan melukai 260 lainnya setelah pembakaran 40 hingga 50 ribu kilogram amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman. Bahan kimia yang sama yang bertanggung jawab atas ledakan mematikan di Pelabuhan Beirut.

(Baca: Kebakaran 'Ekstrim' Landa California, Ratusan Orang Mengungsi )

Menyusul ledakan di Texas, undang-undang baru diadopsi oleh EPA di bawah pemerintahan Barack Obama. Reformasi serius yang didorong oleh produsen bahan kimia tentang bagaimana perusahaan menyimpan bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar dan bagaimana mereka mengembangkan rencana manajemen risiko akan mulai berlaku pada Juni 2017.

Tetapi pada November 2019, EPA, dengan Scott Pruitt di pucuk pimpinan, menangguhkan pedoman era Obama di bulan pertamanya bekerja. Dia mengatakan bahwa peraturan tahun 2017 terlalu membebani perusahaan kimia dan bahwa beberapa perusahaan kimia dan kilang telah mengeluhkannya.

Sejak Maret 2019, enam ledakan kimia besar telah menghantam daerah Houston di Texas. Tapi, gudang Texas tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan 2.750 kilogram yang bertanggung jawab atas ledakan di Beirut yang turut melukai 6.000 orang dan membuat 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

(Baca: Para Pengemudi Bus Sekolah Tuntut Sekolah Kembali Buka di Los Angeles )

Walikota West, Tommy Muska mengatakan, dia tidak tahu apa yang orang pikirkan tentang menyimpan bahan-bahan kimia berbahaya tersebut. Muska adalah petugas pemadam kebakaran sukarela pada saat ledakan di ota West.

"Kami tampaknya tidak mengetahui bahwa bahan kimia itu mematikan. Saya merasa iba untuk orang-orang di Beirut itu, saya pasti menyukainya. Itu membawa kembali banyak kenangan," ucap Muska, seperti dilansir Al Arabiya.

Sementara itu, administrator EPA, Andrew Wheeler mengatakan bahwa keputusan Program Manajemen Risiko yang direvisi menjawab kekhawatiran bahwa merilis lokasi penyimpanan bahan kimia negara dapat memberikan peta jalan bagi teroris. Wheeler mengatakan, pembatalan peraturan akan menghemat USD 88 juta setahun dalam biaya kepatuhan.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0817 seconds (0.1#10.140)