Dinilai Ampuh Obati COVID-19, AS Hendak Produksi Massal Remdesivir
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) melalui perusahaan bio farmaasinya; Gilead Sciences Inc, berencana memproduksi massal remdesivir yang dinilai efektif untuk mengobati penyakit COVID-19. Rencana itu akan melibatkan mitra internasional.
Perusahaan itu masih mengharapkan untuk memiliki lebih dari satu juta remdesivir yang diproduksi pada bulan Desember, dengan rencana untuk dapat menghasilkan beberapa juta pada tahun 2021.
Pada akhir bulan depan, Gilead mengatakan pihaknya memperkirakan telah memproduksi cukup obat untuk merawat lebih dari 140.000 pasien coronavirus disease 2019 atau COVID-19, dan berencana untuk menyumbangkan pasokan obat itu ke rumah sakit.
Perusahaan mengaku telah melakukan dialog terus-menerus dengan Food and Drug Administration (FDA) AS tentang produksi remdesivir, yang diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infus intravena, dan tersedia untuk pasien secepat mungkin.
"Ada rasa urgensi yang besar di sini," kata Kepala Eksekutif Gilead Daniel O'Day dalam sebuah telekonferensi dengan para analis, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/5/2020).
Dia mengatakan FDA dapat mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat untuk remdesivir, tetapi Gilead juga mencari persetujuan pengaturan standar dari obat tersebut.
O'Day menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apakah Gilead berencana untuk mendapatkan untung dari obat COVID-19 daripada hanya menyumbangkannya. Perusahaan itu telah menghasilkan miliaran dolar untuk obat yang digunakan untuk pasien HIV dan hepatitis C.
"Tidak ada waktu lain seperti ini dalam sejarah planet ini," katanya.
Penjualan kuartal pertama obat-obatan untuk HIV Gilead naik menjadi USD4,1 miliar dari USD3,6 miliar setahun sebelumnya.
Gilead juga melaporkan laba kuartal pertama yang datar dan sahamnya turun 2 persen dalam perdagangan yang diperpanjang.
Institut Kesehatan Nasional AS pada hari Rabu mengatakan hasil awal dari uji coba remdesivir menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang diberi obat pulih 31 persen lebih cepat daripada yang diberi plasebo.
Dalam uji coba 1.063 pasien, pasien yang menerima obat Gilead pulih dalam 11 hari dibandingkan dengan 15 hari bagi mereka yang menerima plasebo.
Pada hari Kamis, Badan Obat-obatan Eropa mengatakan telah memulai "tinjauan ulang" data tentang penggunaan obat antivirus Gilead guna mengobati pasien COVID-19.
Sebuah tinjauan bergulir memungkinkan lembaga itu untuk mempercepat penilaian obat-obatan eksperimental yang menjanjikan selama darurat kesehatan masyarakat.
Perusahaan itu masih mengharapkan untuk memiliki lebih dari satu juta remdesivir yang diproduksi pada bulan Desember, dengan rencana untuk dapat menghasilkan beberapa juta pada tahun 2021.
Pada akhir bulan depan, Gilead mengatakan pihaknya memperkirakan telah memproduksi cukup obat untuk merawat lebih dari 140.000 pasien coronavirus disease 2019 atau COVID-19, dan berencana untuk menyumbangkan pasokan obat itu ke rumah sakit.
Perusahaan mengaku telah melakukan dialog terus-menerus dengan Food and Drug Administration (FDA) AS tentang produksi remdesivir, yang diberikan kepada pasien yang dirawat di rumah sakit dengan infus intravena, dan tersedia untuk pasien secepat mungkin.
"Ada rasa urgensi yang besar di sini," kata Kepala Eksekutif Gilead Daniel O'Day dalam sebuah telekonferensi dengan para analis, seperti dikutip Reuters, Jumat (1/5/2020).
Dia mengatakan FDA dapat mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat untuk remdesivir, tetapi Gilead juga mencari persetujuan pengaturan standar dari obat tersebut.
O'Day menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apakah Gilead berencana untuk mendapatkan untung dari obat COVID-19 daripada hanya menyumbangkannya. Perusahaan itu telah menghasilkan miliaran dolar untuk obat yang digunakan untuk pasien HIV dan hepatitis C.
"Tidak ada waktu lain seperti ini dalam sejarah planet ini," katanya.
Penjualan kuartal pertama obat-obatan untuk HIV Gilead naik menjadi USD4,1 miliar dari USD3,6 miliar setahun sebelumnya.
Gilead juga melaporkan laba kuartal pertama yang datar dan sahamnya turun 2 persen dalam perdagangan yang diperpanjang.
Institut Kesehatan Nasional AS pada hari Rabu mengatakan hasil awal dari uji coba remdesivir menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang diberi obat pulih 31 persen lebih cepat daripada yang diberi plasebo.
Dalam uji coba 1.063 pasien, pasien yang menerima obat Gilead pulih dalam 11 hari dibandingkan dengan 15 hari bagi mereka yang menerima plasebo.
Pada hari Kamis, Badan Obat-obatan Eropa mengatakan telah memulai "tinjauan ulang" data tentang penggunaan obat antivirus Gilead guna mengobati pasien COVID-19.
Sebuah tinjauan bergulir memungkinkan lembaga itu untuk mempercepat penilaian obat-obatan eksperimental yang menjanjikan selama darurat kesehatan masyarakat.
(min)