Bela Palestina, Irlandia Tarik Investasi Rp50,7 Miliar dari 6 Perusahaan Israel
loading...
A
A
A
DUBLIN - Badan Manajemen Perbendaharaan Nasional(NTMA) Irlandia mengonfirmasi bahwa mereka memutuskan untuk mendivestasi hampir €2,95 juta (Rp50,7 miliar) dari enam perusahaan Israel. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang getol membela Palestina.
NTMA mengonfirmasi bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk menarik sekitar €3 miliar dari portofolio saham globalnya di Dana Investasi Strategis Irlandia (ISIF).
Keputusan divestasi tersebut menyangkut kepemilikan saham dengan nilai total €2,95 juta di enam perusahaan Israel: Bank Hapoalim BM, Bank Leumi-le Israel BM, Israel Discount Bank, Mizrahi Tefahot Bank Ltd, First International Bank, dan Rami Levi CN Stores.
Menteri Keuangan Irlandia Michael McGrath menjelaskan bahwa ini adalah keputusan yang tepat.
"ISIF telah menetapkan bahwa profil risiko dari investasi ini tidak lagi berada dalam parameter investasinya dan bahwa tujuan komersial dari investasi ini dapat dicapai melalui investasi lain," katanya, seperti dilansir dari media Inggris; PA Media, Minggu (7/4/2024).
"Keputusan tersebut akan dilaksanakan sesegera mungkin dalam beberapa minggu mendatang," katanya lagi.
Irlandia selama ini dikenal sebagai salah satu negara Eropa yang getol membela Palestina dari pendudukan Israel.
Pada petengahan Maret lalu, Perdana Menteri (PM) Irlandia Leo Varadkar menyampaikan permohonan yang berapi-api untuk gencatan senjata di Gaza saat berbicara di depan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih.
Seolah menyindir Biden yang selalu memberikan bantuan senjata kepada Israel, Varadkar saat itu mengatakan warga Gaza "membutuhkan bom untuk menghentikan serangan".
"Rakyat Gaza sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan tempat berlindung," kata Varadkar. "Terutama mereka membutuhkan bom untuk menghentikan serangan.
Dia mengatakan aspirasi rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan negara yang utuh di tanah nenek moyang mereka setara dengan keinginan Israel. Karenanya, ujar Varadkar, rakyat Irlandia sangat prihatin dengan bencana yang "terjadi di depan mata" di Gaza.
"Kami melihat sejarah kami di mata mereka, sebuah kisah tentang pengungsian, perampasan, dan (yang mana) pertanyaan tentang identitas nasional ditolak," paparnya merujuk perjuangan Irlandia menentang pemerintahan Inggris.
"Emigrasi paksa, diskriminasi, dan sekarang kelaparan," katanya.
"Selalu percaya Amerika adalah kekuatan untuk kebaikan di dunia....untuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan dan menciptakan ruang bagi perdamaian abadi," imbuh Varadkar yang telah memutuskan untuk mengundurkan diri.
NTMA mengonfirmasi bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk menarik sekitar €3 miliar dari portofolio saham globalnya di Dana Investasi Strategis Irlandia (ISIF).
Keputusan divestasi tersebut menyangkut kepemilikan saham dengan nilai total €2,95 juta di enam perusahaan Israel: Bank Hapoalim BM, Bank Leumi-le Israel BM, Israel Discount Bank, Mizrahi Tefahot Bank Ltd, First International Bank, dan Rami Levi CN Stores.
Menteri Keuangan Irlandia Michael McGrath menjelaskan bahwa ini adalah keputusan yang tepat.
"ISIF telah menetapkan bahwa profil risiko dari investasi ini tidak lagi berada dalam parameter investasinya dan bahwa tujuan komersial dari investasi ini dapat dicapai melalui investasi lain," katanya, seperti dilansir dari media Inggris; PA Media, Minggu (7/4/2024).
"Keputusan tersebut akan dilaksanakan sesegera mungkin dalam beberapa minggu mendatang," katanya lagi.
Irlandia selama ini dikenal sebagai salah satu negara Eropa yang getol membela Palestina dari pendudukan Israel.
Pada petengahan Maret lalu, Perdana Menteri (PM) Irlandia Leo Varadkar menyampaikan permohonan yang berapi-api untuk gencatan senjata di Gaza saat berbicara di depan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Gedung Putih.
Seolah menyindir Biden yang selalu memberikan bantuan senjata kepada Israel, Varadkar saat itu mengatakan warga Gaza "membutuhkan bom untuk menghentikan serangan".
"Rakyat Gaza sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan tempat berlindung," kata Varadkar. "Terutama mereka membutuhkan bom untuk menghentikan serangan.
Dia mengatakan aspirasi rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan negara yang utuh di tanah nenek moyang mereka setara dengan keinginan Israel. Karenanya, ujar Varadkar, rakyat Irlandia sangat prihatin dengan bencana yang "terjadi di depan mata" di Gaza.
"Kami melihat sejarah kami di mata mereka, sebuah kisah tentang pengungsian, perampasan, dan (yang mana) pertanyaan tentang identitas nasional ditolak," paparnya merujuk perjuangan Irlandia menentang pemerintahan Inggris.
"Emigrasi paksa, diskriminasi, dan sekarang kelaparan," katanya.
"Selalu percaya Amerika adalah kekuatan untuk kebaikan di dunia....untuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan dan menciptakan ruang bagi perdamaian abadi," imbuh Varadkar yang telah memutuskan untuk mengundurkan diri.
(mas)