Arab Saudi Jebloskan 12 Fans Sepak Bola ke Penjara karena Yel-yel Syiah
loading...
A
A
A
RIYADH - Pengadilan Kerajaan Arab Saudi telah menjatuhkan hukuman penjara antara enam bulan hingga satu tahun kepada 12 fans atau penggemar sepak bola.
Menurut Human Rights Wacth (HRW), selusin orang itu dijebloskan ke penjara setelah mereka melakukan yel-yel terkait Syiah secara damai selama pertandingan sepak bola pada bulan Januari.
HRW, yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengatakan pihak berwenang kerajaan harus segera membatalkan putusan pengadilan tersebut, yang hanya didasarkan pada ekspresi damai dari para penggemar sepak bola yang bersemangat.
Seruan HRW itu sambil menyoroti bahwa Arab Saudi adalah satu-satunya penawar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.
“Memenjarakan penggemar sepak bola karena yel-yel di sebuah pertandingan hanyalah satu lagi alasan bahwa kecurangan FIFA terhadap proses penawaran Piala Dunia 2034 yang memungkinkan Arab Saudi menjadi satu-satunya penawar bukan hanya memalukan, tapi juga berbahaya,” kata Joey Shea, peneliti Arab Saudi di HRW.
“Bagaimana para penggemar sepak bola bisa merasa aman di Arab Saudi jika mereka bisa dengan mudah dijatuhi hukuman penjara hanya karena yel-yel yang tidak disukai pemerintah?” lanjut Shea, seperti dikutip New Arab, Senin (1/4/2024).
Kasus ini bermula ketika polisi setempat memanggil dan menangkap para penggemar setelah video mereka menyanyikan lagu religi Syiah selama pertandingan sepak bola di-posting dan disebarkan di media sosial.
Pengadilan Kriminal Arab Saudi di Dammam memvonis dua penggemar sepak bola satu tahun penjara dengan denda 10.000 Riyal Saudi (sekitar USD2.666) dan yang lainnya satu tahun penjara, dengan penangguhan enam bulan, dan denda 5.000 Riyal Saudi (sekitar USD1.333).
Pada 24 Januari, saat pertandingan sepak bola antara Klub Al Safa dan Klub Al Bukiryah di Provinsi Timur negara tersebut, tempat komunitas minoritas Syiah di Arab Saudi terkonsentrasi, sekelompok penggemar sepak bola Al Safa direkam dengan damai menyanyikan lagu religi Syiah untuk merayakan kelahiran Imam Ali, yang dianggap oleh Muslim Syiah sebagai Imam Pertama.
Menurut HRW, mengutip sumber yang mengetahui kasus tersebut, polisi Qatif memanggil dan membebaskan lebih dari 150 penggemar sepak bola untuk diinterogasi beberapa hari setelah pertandingan.
Mereka menahan 12 orang, awalnya ditahan di Penjara Qatif, dan kemudian di Penjara Umum Dammam, kata sumber tersebut.
Dalam dokumen pengadilan yang dilihat oleh HRW, termasuk daftar tuduhan, penyelidikan polisi diakhiri dengan permintaan dakwaan terhadap para terdakwa berdasarkan pasal 6 undang-undang kejahatan siber tahun 2007 yang terkenal di Arab Saudi.
Tuduhan yang diajukan kepada dua orang terdakwa adalah "mengirimkan sesuatu yang dapat mengganggu ketertiban umum dengan menggunakan internet dan alat elektronik”.
Tuduhan lain yang diajukan terhadap 12 orang tersebut adalah "merusak ketertiban umum melalui semangat intoleransi sektarian dengan menyebarkan konten sektarian di tempat-tempat pertemuan publik dan memicu perselisihan sosial".
Pasal 6 undang-undang kejahatan siber memberikan hukuman hingga lima tahun penjara dan denda hingga 3 juta Riyal Saudi (sekitar USD800.000).
Pemerintah Arab Saudi telah menghabiskan miliaran dolar untuk menjadi tuan rumah acara olahraga besar sebagai sebuah strategi yang tampaknya disengaja untuk mengalihkan citra negaranya sebagai negara yang banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dan investasinya dalam sepak bola sangatlah besar.
Pada 31 Oktober, Arab Saudi menjadi "penawar tunggal" untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, ketika Australia, satu-satunya negara yang berpotensi bersaing, keluar.
FIFA, badan sepak bola internasional, akan mengesahkan tuan rumah Piala Dunia pada pertemuan tahun 2024, namun tidak ada keraguan mengenai hasilnya karena hanya ada satu kandidat.
HRW telah lama mendokumentasikan bahwa beberapa ulama dan lembaga negara Saudi menghasut kebencian dan diskriminasi terhadap minoritas Syiah di negara tersebut.
“Institusi olahraga, musisi, atau entertainer global mana pun perlu menanyakan pertanyaan serius pada diri mereka sendiri sebelum tampil di Arab Saudi,” kata Shea.
“Mereka harus bertanya pada diri sendiri apakah penggemar mereka akan ditangkap jika mereka menyanyikan sesuatu yang tidak disukai pemerintah.”
Menurut Human Rights Wacth (HRW), selusin orang itu dijebloskan ke penjara setelah mereka melakukan yel-yel terkait Syiah secara damai selama pertandingan sepak bola pada bulan Januari.
HRW, yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengatakan pihak berwenang kerajaan harus segera membatalkan putusan pengadilan tersebut, yang hanya didasarkan pada ekspresi damai dari para penggemar sepak bola yang bersemangat.
Seruan HRW itu sambil menyoroti bahwa Arab Saudi adalah satu-satunya penawar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.
“Memenjarakan penggemar sepak bola karena yel-yel di sebuah pertandingan hanyalah satu lagi alasan bahwa kecurangan FIFA terhadap proses penawaran Piala Dunia 2034 yang memungkinkan Arab Saudi menjadi satu-satunya penawar bukan hanya memalukan, tapi juga berbahaya,” kata Joey Shea, peneliti Arab Saudi di HRW.
“Bagaimana para penggemar sepak bola bisa merasa aman di Arab Saudi jika mereka bisa dengan mudah dijatuhi hukuman penjara hanya karena yel-yel yang tidak disukai pemerintah?” lanjut Shea, seperti dikutip New Arab, Senin (1/4/2024).
Kasus ini bermula ketika polisi setempat memanggil dan menangkap para penggemar setelah video mereka menyanyikan lagu religi Syiah selama pertandingan sepak bola di-posting dan disebarkan di media sosial.
Pengadilan Kriminal Arab Saudi di Dammam memvonis dua penggemar sepak bola satu tahun penjara dengan denda 10.000 Riyal Saudi (sekitar USD2.666) dan yang lainnya satu tahun penjara, dengan penangguhan enam bulan, dan denda 5.000 Riyal Saudi (sekitar USD1.333).
Pada 24 Januari, saat pertandingan sepak bola antara Klub Al Safa dan Klub Al Bukiryah di Provinsi Timur negara tersebut, tempat komunitas minoritas Syiah di Arab Saudi terkonsentrasi, sekelompok penggemar sepak bola Al Safa direkam dengan damai menyanyikan lagu religi Syiah untuk merayakan kelahiran Imam Ali, yang dianggap oleh Muslim Syiah sebagai Imam Pertama.
Menurut HRW, mengutip sumber yang mengetahui kasus tersebut, polisi Qatif memanggil dan membebaskan lebih dari 150 penggemar sepak bola untuk diinterogasi beberapa hari setelah pertandingan.
Mereka menahan 12 orang, awalnya ditahan di Penjara Qatif, dan kemudian di Penjara Umum Dammam, kata sumber tersebut.
Dalam dokumen pengadilan yang dilihat oleh HRW, termasuk daftar tuduhan, penyelidikan polisi diakhiri dengan permintaan dakwaan terhadap para terdakwa berdasarkan pasal 6 undang-undang kejahatan siber tahun 2007 yang terkenal di Arab Saudi.
Tuduhan yang diajukan kepada dua orang terdakwa adalah "mengirimkan sesuatu yang dapat mengganggu ketertiban umum dengan menggunakan internet dan alat elektronik”.
Tuduhan lain yang diajukan terhadap 12 orang tersebut adalah "merusak ketertiban umum melalui semangat intoleransi sektarian dengan menyebarkan konten sektarian di tempat-tempat pertemuan publik dan memicu perselisihan sosial".
Pasal 6 undang-undang kejahatan siber memberikan hukuman hingga lima tahun penjara dan denda hingga 3 juta Riyal Saudi (sekitar USD800.000).
Pemerintah Arab Saudi telah menghabiskan miliaran dolar untuk menjadi tuan rumah acara olahraga besar sebagai sebuah strategi yang tampaknya disengaja untuk mengalihkan citra negaranya sebagai negara yang banyak melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dan investasinya dalam sepak bola sangatlah besar.
Pada 31 Oktober, Arab Saudi menjadi "penawar tunggal" untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034, ketika Australia, satu-satunya negara yang berpotensi bersaing, keluar.
FIFA, badan sepak bola internasional, akan mengesahkan tuan rumah Piala Dunia pada pertemuan tahun 2024, namun tidak ada keraguan mengenai hasilnya karena hanya ada satu kandidat.
HRW telah lama mendokumentasikan bahwa beberapa ulama dan lembaga negara Saudi menghasut kebencian dan diskriminasi terhadap minoritas Syiah di negara tersebut.
“Institusi olahraga, musisi, atau entertainer global mana pun perlu menanyakan pertanyaan serius pada diri mereka sendiri sebelum tampil di Arab Saudi,” kata Shea.
“Mereka harus bertanya pada diri sendiri apakah penggemar mereka akan ditangkap jika mereka menyanyikan sesuatu yang tidak disukai pemerintah.”
(mas)