Netanyahu Tolak Gencatan Senjata Hamas, Setujui Invasi Rafah

Sabtu, 16 Maret 2024 - 08:41 WIB
loading...
Netanyahu Tolak Gencatan...
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Foto/REUTERS
A A A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata dan pertukaran tahanan terbaru yang diajukan Gerakan Perlawanan Palestina Hamas.

Sebaliknya, dia menyetujui rencana militer Israel melancarkan operasi di kota Rafah, Gaza selatan, menurut media Israel pada Jumat (15/3/2024).

“IDF (tentara Israel) bersiap untuk operasi tersebut dan mengevakuasi penduduk (sipil),” ungkap kantor Netanyahu yang dikutip Times of Israel.

Sebelumnya, Hamas mengumumkan di media sosial bahwa mereka telah menyampaikan visinya tentang pertukaran tahanan dengan Israel kepada mediator Qatar dan Mesir dan sedang mempertimbangkan perjanjian gencatan senjata yang akan melibatkan penarikan pasukan Israel dari Gaza.

Menurut Reuters, yang telah melihat proposal tersebut, kelompok Palestina mengusulkan pembebasan perempuan Israel, termasuk tentara perempuan, anak-anak, orang tua, dan sandera yang sakit, dengan imbalan Israel membebaskan antara 700 dan 1.000 tahanan Palestina.

Setelah pertukaran tahanan selesai, Hamas mengatakan pihaknya siap merundingkan tanggal gencatan senjata permanen.

Namun Tel Aviv menolak usulan tersebut dan menuduh Hamas membuat “tuntutan yang tidak realistis.”



Pada Kamis, Netanyahu juga menegaskan kembali tekad Israel menyelesaikan misinya “menghilangkan” Hamas.

Keputusan Israel melanjutkan serangan darat ke Rafah terjadi setelah peringatan berulang kali dari komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Mesir, untuk tidak memasuki kota tempat sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina berlindung.

Saat ini diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 31.490 warga Palestina telah dibunuh Israel, dan 73.439 orang terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza mulai tanggal 7 Oktober.

Selain itu, 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.

Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir.

Ini menjadi eksodus massal terbesar di Palestina sejak Nakba 1948.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1193 seconds (0.1#10.140)