Rudal Israel Serang Suriah, Netanyahu: Garis Merah Kami Tajam

Senin, 17 September 2018 - 08:31 WIB
Rudal Israel Serang Suriah, Netanyahu: Garis Merah Kami Tajam
Rudal Israel Serang Suriah, Netanyahu: Garis Merah Kami Tajam
A A A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa militernya memiliki tekad kuat untuk mencegah musuh-musuhnya dalam memperoleh persenjataan canggih. Komentar itu disampaikan menyusul serangan rudal militer Tel Aviv dengan target area di dekat Bandara Internasional Damaskus pada Sabtu malam.

Militer Republik Arab Suriah mengklaim bahwa sistem pertahanan udaranya berhasil menembak jatuh rudal Israel tersebut. Tak dirinci berapa banyak misil Tel Aviv yang menyerang area di dekat bandara dan jenis sistem pertahanan yang digunakan untuk menghalau serangan tersebut.Baca Juga: Pertahanan Udara Israel Tembak Jatuh Rudal Israel
Netanyahu dalam pernyataannya tidak mengakui maupun menolak laporan serangan rudal tersebut. Aksi bungkam seperti itu sudah menjadi praktik diplomasi Israel selama ini.

"Israel terus bekerja untuk mencegah musuh kita mempersenjatai diri dengan persenjataan canggih. Garis merah kami setajam sebelumnya dan tekad kami untuk menegakkannya lebih kuat dari sebelumnya," kata Netanyahu dalam rapat kabinet mingguan, sebagaimana dikutip Sputnik, Senin (17/9/2018) dari layanan pers pemerintah Netanyahu.

Israel, musuh bebuyutan Iran, telah berulang kali menyatakan kekhawatiran akan keamanan wilayahnya terkait kehadiran militer Teheran di dekat wilayah perbatasan Suriah-Israel. Militer Tel Aviv sudah beberapa kali meluncurkan serangan terhadap wilayah Suriah dengan klaim menargetkan ases-aset militer Iran.

Sedangkan Teheran berulang kali mengatakan bahwa kehadirannya di Suriah sebagai bagian dari bantuan kontraterorisme yang dikoordinasikan dengan Damaskus dan tidak butuh persetujuan Tel Aviv.

Dalam rapat kabinet menjelang peringatan 45 tahun Perang Yom Kippur, PM Netanyahu mengatakan kepada kabinetnya bahwa Israel tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang dibuat pada tahun 1973, yakni tidak mendahului serangan musuh.

"Empat puluh lima tahun yang lalu, intelijen kami salah menilai niat perang Mesir dan Suriah," kata Netanyahu, mengacu pada penilaian intelijen pada saat itu yang "mendiskon" serangan kejutan Mesir dan Suriah.

“Ketika niat ini menjadi jelas tanpa keraguan, dan ketika bahaya sudah di tangan, eselon politik melakukan kesalahan besar karena tidak menyetujui serangan pre-emptive. Kami tidak akan pernah mengulangi kesalahan ini," katanya.

Menurut dokumen rapat kabinet enam jam sebelum perang pecah saat Yom Kippur pada tahun 1973, perdana menteri saat itu Golda Meir dan menteri pertahanan Moshe Dayan menentang serangan pre-emptive. Padahal, saat itu Israel memiliki informasi intelijen yang jelas dari orang Mesir terkait rencana serangan dari Mesir dan Suriah.

Kepala Staf Militer kala itu Letnan Jenderal David "Dado" Elazar mengangkat ide serangan pre-emptive dan mengatakan bahwa serangan itu akan memberi Israel keuntungan besar dan menyelamatkan banyak nyawa.

"Kami dapat menghapus seluruh Angkatan Udara Suriah pada siang hari," katanya. “Kami membutuhkan 30 jam lagi untuk menghancurkan misil. Jika mereka berencana menyerang pukul 17.00 sore, angkatan udara akan beroperasi secara bebas melawan tentara Suriah. Inilah yang kami mampu."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6330 seconds (0.1#10.140)