Kotanya Ranking 1 Pemerkosaan, Duterte: Karena Banyak Wanita Cantik

Jum'at, 31 Agustus 2018 - 15:57 WIB
Kotanya Ranking 1 Pemerkosaan,...
Kotanya Ranking 1 Pemerkosaan, Duterte: Karena Banyak Wanita Cantik
A A A
DAVAO CITY - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali bercanda soal kasus pemerkosaan yang memicu kecaman kelompok pembela hak-hak perempuan. Duterte menyalahkan banyaknya wanita cantik yang membuat kotanya, Davo, jadi kota terbanyak dalam kasus pemerkosaan.

"Mereka mengatakan bahwa Davao memiliki banyak kasus perkosaan. Selama ada banyak wanita cantik, ada banyak kasus perkosaan juga," kata Duterte, dalam pidatonya berbahasa Tagalog pada hari Kamis, seperti dikutip Phil Star, Jumat (31/8/2018).

"Tidak ada yang setuju untuk melakukannya pada percobaan pertama. Itu adalah pemerkosaan. Bahkan ketika mereka berada di dalam bioskop, dia (wanita cantik) akan memicunya," ujarnya.

"Tidak, tidak. Ada begitu banyak wanita cantik. Tapi jika Anda kebetulan duduk di samping seseorang yang ompong, apakah Anda masih ingin melakukan itu?," imbuh Duterte.

Data Kepolisian Filipina menunjukkan Davao City memang menempati peringkat pertama dalam kasus pemerkosaan, yakni ada 42 kasus. Kemudian diikuti Quezon City dengan 41 kasus, Manila 32 kasus, Cagayan de Oro City 24 kasus, dan Zamboanga City 21 kasus.

Kepala Polisi Davao City, Inspektur Senior Alexander Tag, mengonfirmasi laporan tersebut. Menurutnya, kasus pemerkosaan yang tercatat terjadi di dalam rumah pribadi, di mana pengawasan polisi menjadi lemah.

Meski komentar Duterte itu sebagai candaan, namun Gabriela Women's Party yang dikenal sebagai partai pembela hak-hak perempuan, mengecamnya.

"Presiden Duterte mengirimkan lagi pesan yang sangat berbahaya dan terdistorsi dalam pernyataan pemerkosaan terakhirnya, bahwa kecantikan wanita adalah penyebab pemerkosaan," kata partai tersebut dalam sebuah pernyataan.

"Dengan mengatakan bahwa banyak perempuan di Davao diperkosa karena mereka cantik, Presiden Duterte menggugat wanita, memalsukan pemerkosaan sebagai sesuatu yang bisa dibanggakan dan menjatuhkan hak-hak perempuan di Davao," lanjut partai tersebut.

"Kami tegaskan bahwa pemerkosaan adalah kejahatan yang dapat dihukum di bawah undang-undang kami, dan itu terjadi hanya karena mentalitas pemerkosa yang dilakukan oleh tidak kurang dari sosok Presiden. Kami sangat mengutuk tampilan kebencian terbaru yang flamboyan ini, yang menempatkan lebih banyak perempuan Filipina yang berisiko mengalami pemerkosaan," imbuh partai tersebut.
(mas)
Berita Terkait
Larang Putrinya Nyapres,...
Larang Putrinya Nyapres, Duterte: Ini Bukan untuk Perempuan
Mundur dari Dunia Politik,...
Mundur dari Dunia Politik, Duterte Calonkan Putrinya Jadi Capres
Presiden Filipina Duterte...
Presiden Filipina Duterte Bersaing dengan Putrinya Perebutkan Kursi Wapres
PBB: Puluhan Ribu Tewas...
PBB: Puluhan Ribu Tewas dalam Perang Narkoba di Filipina
Putra Mendiang Diktator...
Putra Mendiang Diktator Marcos Maju dalam Pilpres Filipina
Sara Duterte Resmi Dilantik...
Sara Duterte Resmi Dilantik sebagai Wakil Presiden Filipina yang Baru
Berita Terkini
1.000 Prajurit Israel...
1.000 Prajurit Israel yang Meminta Perang Gaza Diakhiri, PM Netanyahu Sebut Mereka sebagai Ekstrimis Zionis
14 menit yang lalu
Kenapa Bendera Timnas...
Kenapa Bendera Timnas Afghanistan Tidak Diganti Bendera Taliban di Event Internasional?
1 jam yang lalu
Ini 4 Kehebatan Frankenjet,...
Ini 4 Kehebatan Frankenjet, Jet Tempur Siluman Daur Ulang yang Dibuat dari 2 Pesawat yang Hancur Senilai Rp1,2 Triliun
1 jam yang lalu
Siapa Ksenia Karelina?...
Siapa Ksenia Karelina? Penari Balet AS yang Dibebaskan Rusia setelah Mengakui Berkhianat karena Menyumbang Rp850.000 kepada Ukraina
2 jam yang lalu
Prancis Akan Akui Negara...
Prancis Akan Akui Negara Palestina, Israel Sebut Itu Sebagai Semangat dan Kemenangan bagi Hamas
3 jam yang lalu
5 Miliarder AS Ikut...
5 Miliarder AS Ikut Mendukung Trump, Kini Terpaksa Rugi hingga Rp30.272 Triliun
4 jam yang lalu
Infografis
Negara-negara Arab Dikecam...
Negara-negara Arab Dikecam karena Tak Berani Melawan Israel
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved