Lagi, Anak Palestina Meninggal karena Kelaparan di Gaza

Selasa, 05 Maret 2024 - 20:01 WIB
loading...
Lagi, Anak Palestina Meninggal karena Kelaparan di Gaza
Yazan al-Kafarna meninggal karena kelaparan di Jalur Gaza. Foto/X
A A A
JALUR GAZA - Seorang anak di Gaza, yang diidentifikasi bernama Yazan al-Kafarna, adalah salah satu korban terbaru yang meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi di Jalur Gaza sejak perang pada 7 Oktober.

Menurut pemberitaan media lokal, Kafarna meninggal di Rumah Sakit al-Najjar di Rafah pada Senin (4/3/2024), sehingga jumlah total anak yang meninggal karena kekurangan gizi sejak Oktober menjadi 16 orang.

Gambar dan video yang dibagikan tentang Kafarna pada tanggal 2 Maret menunjukkan dia terbaring di ranjang rumah sakit dengan pipi cekung.

Dalam salah satu video, sang ayah memperlihatkan foto putranya sebelum perang tampak sehat.

“Sebelum perang, dia dalam keadaan sehat, dia memiliki akses terhadap semua makanan dan perawatan medis yang dia butuhkan. Ketika perang dimulai, semuanya terputus… hal ini terjadi pada dia karena kekurangan gizi dan dia tidak memiliki makanan penting,” papar dia, seraya menambahkan foto dirinya diambil hanya sepekan sebelum perang dimulai.

Keluarga Kafarana mengungsi dari Beit Hanoun di Gaza ke Rafah di selatan.

Anggota keluarga mengatakan kepada Al Jazeera Arab dalam wawancara bahwa Kafarna mencapai tahap di mana dia bertahan hidup hanya dengan beberapa potong roti.

“Dia hidup dari sisa-sisa roti yang kami temukan dengan susah payah dan harganya sangat mahal. Jika kami tidak dapat menemukan makanan, kami akan memberinya gula supaya dia bisa tetap hidup. Alasan utama dia sampai pada titik di mana dia hanya terlihat seperti tulang, adalah karena kurangnya nutrisi,” ujar salah satu anggota keluarga, Mohammed al-Kafarna.



Menurut Mohammed, Yazan al-Kafarna mencapai titik di mana dia membutuhkan makanan dan nutrisi khusus untuk membuatnya tetap hidup setelah kehilangan banyak berat badannya, namun keluarga tersebut tidak dapat memperoleh apa pun yang mereka butuhkan.

Kafarna menderita Cerebral Palsy sejak lahir, sehingga dia harus mengikuti diet khusus dan mengonsumsi suplemen.

Namun, keluarganya mengatakan sejak awal perang, dia tidak memiliki akses terhadap hal-hal tersebut.

Jurnalis di Gaza telah mendokumentasikan kematian anak-anak lain akibat kekurangan gizi dan kelaparan.

Perang Kelaparan


Hossam Shabat, jurnalis di Gaza, mengatakan seorang gadis muda meninggal karena tidak memiliki akses terhadap susu, sementara seorang anak lainnya, yang bernama Heba Ziadeh, meninggal di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara karena dehidrasi dan kekurangan gizi.

Pekan lalu, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan, “Pendudukan Israel melancarkan perang baru terhadap penduduk Gaza, perang kelaparan.”

Dia menambahkan, “Jumlah orang yang meninggal karena kelaparan meningkat dan gizi buruk semakin meningkat, terutama anak-anak.”

Dia menjelaskan, sistem kesehatan di Gaza utara kini sama sekali tidak mampu memenuhi kebutuhan wilayah yang terkepung, terutama setelah Rumah Sakit Kamal Adwan direbut pasukan Israel.

Gaza berada di ambang kelaparan, menurut kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (Unrwa) pada akhir Februari lalu.

“Terakhir kali Unwra bisa mengantarkan bantuan pangan ke Gaza utara adalah pada 23 Januari,” tulis Philippe Lazzarini di media sosial.

Sebanyak 500.000 orang menghadapi kelaparan sementara hampir seluruh penduduk Gaza, 2,3 juta orang, mengalami kekurangan pangan akut, menurut angka dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.

Pada akhir Februari, dua bayi meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi di Gaza.

Organisasi-organisasi bantuan telah memperingatkan penolakan Israel memberikan makanan dan air ke daerah kantong Palestina mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Randa Ghazy, dari Save the Children, mengatakan, “Gaza sedang menyaksikan tingkat malnutrisi terburuk di seluruh dunia.”

“Wanita hamil tidak mendapatkan nutrisi dan layanan kesehatan yang mereka butuhkan, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit dan meningkatkan risiko kematian saat melahirkan,” pungkas dia kepada Middle East Eye.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)