5 Gebrakan Rusia Menjadi Mediator untuk Mempersatukan Faksi-faksi Palestina
loading...
A
A
A
GAZA - Dari tanggal 29 Februari hingga 2 Maret, akan diadakan pertemuan intra- Palestina di Moskow di bawah naungan pemerintah Rusia. Pejabat yang mewakili Hamas, Jihad Islam, Fatah, dan sekitar sepuluh faksi Palestina lainnya menerima undangan dan akan berpartisipasi.
“Tujuan Moskow adalah membantu berbagai kekuatan Palestina sepakat untuk menyatukan barisan mereka secara politik,” kata Mikhail Bogdanov, utusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Timur Tengah dan Afrika, dilansir Arab News.
Meskipun Israel, AS, dan negara-negara Barat lainnya mengakui sejumlah organisasi Palestina ini sebagai entitas teroris, Moskow tidak mengakuinya.
Foto/Reuters
Dengan menjadi tuan rumah bagi faksi-faksi ini, Rusia mempromosikan narasi bahwa Moskow adalah pembela perjuangan Palestina, yang mengirimkan pesan kuat kepada dunia Arab-Islam dan negara-negara Selatan pada umumnya.
Hal ini tentu saja terjadi pada saat dukungan kuat Washington terhadap kejahatan perang Israel di Gaza telah mengikis pengaruh soft power AS di luar negara-negara Barat.
Foto/Reuters
Rusia memiliki rekam jejak dalam melibatkan Hamas. Selama bertahun-tahun, perwakilan Hamas telah melakukan kunjungan ke Moskow, yang menjadi sumber ketegangan dalam hubungan Rusia dengan Israel.
Meskipun demikian, pemerintahan Putin telah berhasil menghindari keterlibatannya dengan Hamas untuk menciptakan krisis besar dalam hubungan Moskow-Tel Aviv. Dari sudut pandang Kremlin, Hamas adalah aktor yang harus dihadapi Rusia seiring upaya Moskow untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di Timur Tengah dan, khususnya, dalam konflik Israel-Palestina.
Pada akhir Oktober 2023, Rusia mengundang perwakilan Hamas ke Moskow. Saat itu, Kremlin fokus pada pembebasan warga negara Israel-Rusia yang disandera Hamas di Gaza. Upaya tersebut membuahkan hasil positif.
Setelah anggota Hamas tiba di Moskow, mereka menerima daftar sandera berkewarganegaraan Rusia yang pemerintah Rusia ingin agar kelompok Palestina segera dibebaskan.
“Tujuan Moskow adalah membantu berbagai kekuatan Palestina sepakat untuk menyatukan barisan mereka secara politik,” kata Mikhail Bogdanov, utusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Timur Tengah dan Afrika, dilansir Arab News.
Meskipun Israel, AS, dan negara-negara Barat lainnya mengakui sejumlah organisasi Palestina ini sebagai entitas teroris, Moskow tidak mengakuinya.
5 Gebrakan Rusia Menjadi Mediator untuk Mempersatukan Faksi-faksi Palestina
1. Menarasikan Rusia Membela Perjuangan Palestina
Foto/Reuters
Dengan menjadi tuan rumah bagi faksi-faksi ini, Rusia mempromosikan narasi bahwa Moskow adalah pembela perjuangan Palestina, yang mengirimkan pesan kuat kepada dunia Arab-Islam dan negara-negara Selatan pada umumnya.
Hal ini tentu saja terjadi pada saat dukungan kuat Washington terhadap kejahatan perang Israel di Gaza telah mengikis pengaruh soft power AS di luar negara-negara Barat.
Baca Juga
2. Membangun Rekam Jejak dengan Hamas
Foto/Reuters
Rusia memiliki rekam jejak dalam melibatkan Hamas. Selama bertahun-tahun, perwakilan Hamas telah melakukan kunjungan ke Moskow, yang menjadi sumber ketegangan dalam hubungan Rusia dengan Israel.
Meskipun demikian, pemerintahan Putin telah berhasil menghindari keterlibatannya dengan Hamas untuk menciptakan krisis besar dalam hubungan Moskow-Tel Aviv. Dari sudut pandang Kremlin, Hamas adalah aktor yang harus dihadapi Rusia seiring upaya Moskow untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di Timur Tengah dan, khususnya, dalam konflik Israel-Palestina.
Pada akhir Oktober 2023, Rusia mengundang perwakilan Hamas ke Moskow. Saat itu, Kremlin fokus pada pembebasan warga negara Israel-Rusia yang disandera Hamas di Gaza. Upaya tersebut membuahkan hasil positif.
Setelah anggota Hamas tiba di Moskow, mereka menerima daftar sandera berkewarganegaraan Rusia yang pemerintah Rusia ingin agar kelompok Palestina segera dibebaskan.