Terus Diserang, Houthi Yaman Bersumpah Beri Kejutan Militer di Laut Merah

Jum'at, 01 Maret 2024 - 19:01 WIB
loading...
Terus Diserang, Houthi Yaman Bersumpah Beri Kejutan Militer di Laut Merah
Pejuang Houthi mengikuti parade di Sanaa, Yaman. Foto/anadolu
A A A
SANAA - Kelompok Houthi Yaman berjanji memberikan “kejutan” militer dalam operasi mereka di Laut Merah. Pemimpin kelompok tersebut Abdul Malik Al-Houthi memperingatkan hal itu dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (29/2/2024), menurut laporan Reuters.

“Operasi militer kami akan terus berlanjut dan maju serta kami punya kejutan yang tidak diharapkan musuh kami sama sekali,” ujar Al-Houthi.

Dia menambahkan kelompok tersebut telah menargetkan 54 kapal dengan 384 rudal dan drone sejak dimulainya operasi mereka di Laut Merah pada 19 November 2023, untuk mendukung warga Palestina di Jalur Gaza.

Mengenai serangan Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Yaman, dia mengatakan serangan tersebut tidak mempengaruhi kemampuan militer kelompok tersebut.

“Pernyataan musuh telah mengakui kegagalan mereka untuk menghancurkan kemampuan (Yaman) atau membatasi dampak atau momentum dari kemampuan ini,” ungkap dia.

Pada November, kelompok Houthi mulai menargetkan kapal-kapal milik Israel dan kapal-kapal tujuan Israel untuk mendukung Jalur Gaza yang terkepung.

Warga Palestina di Gaza telah menghadapi perang dahsyat sangat barbar yang dilancarkan Israel dengan dukungan AS dan Inggris.



Houthi mengumumkan operasi mereka hanya akan berakhir ketika Israel mengakhiri perangnya di Gaza.

Serangan yang dilakukan kelompok ini di Laut Merah telah mengganggu pelayaran global, memaksa perusahaan-perusahaan melakukan perjalanan yang lebih lama dan lebih mahal di sekitar Afrika bagian selatan.

Aksi Houthi memicu kekhawatiran bahwa perang Israel dapat menyebar dan mengacaukan Timur Tengah secara lebih luas.

Pada Januari, AS dan Inggris mulai menyerang sasaran Houthi di Yaman, yang mendorong kelompok tersebut menyertakan kapal-kapal AS dan Inggris dalam operasi mereka.

Israel telah membunuh lebih dari 30.000 warga Palestina di Jalur Gaza. AS dan Inggris menjadi pemasok senjata utama Israel serta pelindung rezim kolonial Zionis dari sanksi internasional.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1269 seconds (0.1#10.140)