Komandan Pasukan Elite Iran Minta Milisi Irak Berhenti Serang Tentara AS, Mengapa?
loading...
A
A
A
BAGHDAD - Seorang komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah meminta kelompok milisi Irak menghentikan serangan terhadap pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak.
Sumber-sumber Iran dan Irak mengungkap hal itu kepada Reuters pada hari Minggu (18/2/2024).
Menurut para sumber tersebut, komandan Pasukan Quds—pasukan elite IRGC—Esmail Qaani telah mengunjungi Baghdad kurang dari 48 jam setelah tiga tentara AS terbunuh dalam serangan drone di Yordania pada 28 Januari. Qaani menyampaikan permintaan itu selama kunjungannya.
Sumber-sumber tersebut mengatakan kunjungan Qaani menandai keinginan Teheran untuk mencegah konflik yang lebih luas di Timur Tengah setelah kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran meningkatkan serangan terhadap sasaran-sasaran AS di Irak dan Suriah terkait perang Israel di Gaza.
Qaani bertemu dengan perwakilan beberapa kelompok milisi bersenjata di bandara Baghdad pada 29 Januari, dua hari setelah Washington menyalahkan kelompok tersebut atas serangan yang menewaskan tiga tentara AS.
Serangan terhadap pangkalan militer AS yang dikenal sebagai Tower 22 di wilayah terpencil di timur laut Yordania mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Washington, karena ini menandai kematian publik pertama tentara AS sejak serangan terhadap pasukan AS dimulai, menyusul pecahnya perang di Gaza pada bulan Oktober.
Qaani mengatakan kepada faksi-faksi Irak bahwa membunuh orang Amerika berisiko menimbulkan respons keras dari AS, menurut laporan Reuters mengutip 10 sumber termasuk politisi, pejabat keamanan, diplomat, dan anggota kelompok bersenjata.
Menurut salah satu sumber, Qaani mengatakan para milisi harus bersembunyi untuk menghindari serangan AS terhadap komandan senior mereka, penghancuran infrastruktur utama, atau bahkan pembalasan langsung terhadap Iran.
Meskipun salah satu faksi pada awalnya tidak menyetujui permintaan Qaani, sebagian besar faksi lainnya menyetujuinya.
Sumber-sumber Iran dan Irak mengungkap hal itu kepada Reuters pada hari Minggu (18/2/2024).
Menurut para sumber tersebut, komandan Pasukan Quds—pasukan elite IRGC—Esmail Qaani telah mengunjungi Baghdad kurang dari 48 jam setelah tiga tentara AS terbunuh dalam serangan drone di Yordania pada 28 Januari. Qaani menyampaikan permintaan itu selama kunjungannya.
Sumber-sumber tersebut mengatakan kunjungan Qaani menandai keinginan Teheran untuk mencegah konflik yang lebih luas di Timur Tengah setelah kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran meningkatkan serangan terhadap sasaran-sasaran AS di Irak dan Suriah terkait perang Israel di Gaza.
Qaani bertemu dengan perwakilan beberapa kelompok milisi bersenjata di bandara Baghdad pada 29 Januari, dua hari setelah Washington menyalahkan kelompok tersebut atas serangan yang menewaskan tiga tentara AS.
Serangan terhadap pangkalan militer AS yang dikenal sebagai Tower 22 di wilayah terpencil di timur laut Yordania mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh Washington, karena ini menandai kematian publik pertama tentara AS sejak serangan terhadap pasukan AS dimulai, menyusul pecahnya perang di Gaza pada bulan Oktober.
Qaani mengatakan kepada faksi-faksi Irak bahwa membunuh orang Amerika berisiko menimbulkan respons keras dari AS, menurut laporan Reuters mengutip 10 sumber termasuk politisi, pejabat keamanan, diplomat, dan anggota kelompok bersenjata.
Menurut salah satu sumber, Qaani mengatakan para milisi harus bersembunyi untuk menghindari serangan AS terhadap komandan senior mereka, penghancuran infrastruktur utama, atau bahkan pembalasan langsung terhadap Iran.
Meskipun salah satu faksi pada awalnya tidak menyetujui permintaan Qaani, sebagian besar faksi lainnya menyetujuinya.