Mismanajemen Partai Komunis Perburuk Krisis Pasar Properti China
loading...
A
A
A
Namun, keengganan bank untuk mematuhinya, ditambah kurangnya dukungan CCP, telah menghambat efektivitas langkah-langkah tersebut.
Keterlambatan Beijing dalam mengambil tindakan tegas membuat krisis properti ini semakin meluas, sehingga menimbulkan konsekuensi parah terhadap pasar properti, kekayaan rumah tangga, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
CCP juga telah meluncurkan program senilai 350 miliar yuan (sekitar USD48,8 miliar) untuk membangun perumahan terjangkau, sebuah langkah kecil di sektor yang pernah menyumbang hampir sepertiga perekonomian.
Beijing telah melonggarkan aturan mengenai berapa banyak orang harus mengeluarkan uang untuk membeli tempat tinggal di Beijing dan Shanghai. Langkah-langkah seperti ini mungkin bisa mengatasi masalah ketika isu ini pertama kali muncul hampir tiga tahun lalu.
Berdasarkan data di bulan Desember, langkah semacam itu sudah tidak lagi memadai.
Ada tiga hal yang jelas. Pertama, China perlu mengambil langkah lebih berani untuk memperbaiki situasi, semakin cepat semakin baik.
Kedua, bahkan jika pihak berwenang bertindak berani dan cepat, dibutuhkan waktu untuk menahan penurunan sektor properti dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memulihkan kondisi perekonomian secara umum.
Ketiga, prospek perekonomian China akan menurun hingga sektor properti stabil, dan mungkin untuk beberapa waktu setelahnya.
Kesimpulannya, terpuruknya pasar properti China tidak bisa semata-mata disebabkan mismanajemen yang dilakukan masing-masing pengembang. Kegagalan CCP untuk bertindak cepat, strategis, dan tegas di berbagai tahap krisis telah memberikan kontribusi signifikan terhadap semakin buruknya perekonomian.
Mulai dari promosi pengembangan real estate yang terlalu aktif hingga pengakuan krisis yang terlambat, tindakan keras dan tanggapan yang tak memadai serta mismanajemen CCP telah memainkan peran penting dalam memperburuk tantangan yang dihadapi pasar properti China.
Keterlambatan Beijing dalam mengambil tindakan tegas membuat krisis properti ini semakin meluas, sehingga menimbulkan konsekuensi parah terhadap pasar properti, kekayaan rumah tangga, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
CCP juga telah meluncurkan program senilai 350 miliar yuan (sekitar USD48,8 miliar) untuk membangun perumahan terjangkau, sebuah langkah kecil di sektor yang pernah menyumbang hampir sepertiga perekonomian.
Mismanajemen CCP
Beijing telah melonggarkan aturan mengenai berapa banyak orang harus mengeluarkan uang untuk membeli tempat tinggal di Beijing dan Shanghai. Langkah-langkah seperti ini mungkin bisa mengatasi masalah ketika isu ini pertama kali muncul hampir tiga tahun lalu.
Berdasarkan data di bulan Desember, langkah semacam itu sudah tidak lagi memadai.
Ada tiga hal yang jelas. Pertama, China perlu mengambil langkah lebih berani untuk memperbaiki situasi, semakin cepat semakin baik.
Kedua, bahkan jika pihak berwenang bertindak berani dan cepat, dibutuhkan waktu untuk menahan penurunan sektor properti dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memulihkan kondisi perekonomian secara umum.
Ketiga, prospek perekonomian China akan menurun hingga sektor properti stabil, dan mungkin untuk beberapa waktu setelahnya.
Kesimpulannya, terpuruknya pasar properti China tidak bisa semata-mata disebabkan mismanajemen yang dilakukan masing-masing pengembang. Kegagalan CCP untuk bertindak cepat, strategis, dan tegas di berbagai tahap krisis telah memberikan kontribusi signifikan terhadap semakin buruknya perekonomian.
Mulai dari promosi pengembangan real estate yang terlalu aktif hingga pengakuan krisis yang terlambat, tindakan keras dan tanggapan yang tak memadai serta mismanajemen CCP telah memainkan peran penting dalam memperburuk tantangan yang dihadapi pasar properti China.