Takut Diinvasi Rusia, 3 Sekutu NATO Ingin Bangun 600 Bunker
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Tiga sekutu NATO di Baltik; Latvia, Lithuania, dan Estonia, telah menyetujui rencana untuk membangun jaringan 600 bunker. Tujuannya, untuk menghalau dan mengalahkan invasi Rusia pada jam pertama jika benar-benar terjadi.
Ketiga negara itu telah lamatakut akan menjadi target invasi berikutnya oleh Rusia setelah Ukraina.
Mengingat perbatasan negara mereka dengan Rusia sepanjang 210 mil—sebagian besar dianggap hampir tidak dapat dilewati karena luasnya hutan dan lahan basah—para pejabat Estonia mengatakan pemerintah berencana membangun sekitar 600 bunker yang mereka harapkan dapat mencegah invasi dan pendudukan oleh Moskow.
“Perang di Ukraina telah menunjukkan bahwa merebut kembali wilayah yang telah ditaklukkan sangatlah sulit dan memerlukan banyak korban jiwa, waktu dan sumber daya material,” kata Susan Lilleväli, Wakil Menteri Kesiapan Pertahanan di Kementerian Pertahanan Estonia.
Dia telah berbicara tentang proyek senilai 60 juta euro (USD64,7 juta) dalam briefing dengan para jurnalis pada Kamis lalu.
“Selain peralatan, amunisi dan tenaga kerja, kita memerlukan instalasi fisik untuk mempertahankan negara kita secara efisien,” kata Lilleväli.
Batalyon multinasional Enhanced Forward Presence milik NATO—yang dikerahkan secara bergilir ke negara-negara Baltik setelah aneksasi Crimea oleh Rusia pada tahun 2014—sampai KTT aliansi tersebut di Madrid pada tahun 2023, dipandang sebagaipasukan “trip-wire”, dirancang untuk menarik negara-negara sekutu ke dalam konflik daripada menghentikan pasukan invasi Rusia.
Para pemimpin sipil dan militer di Baltik mengecam status mereka sebagai negara sekutu NATO. Invasi dahsyat Rusia dan pendudukan wilayah Ukraina pada tahun 2022 memicu perubahan strategis bagi aliansi tersebut, ketika negara-negara Baltik melihat kengerian yang menimpa warga Ukraina di Mariupol, di pinggiran kota Kyiv, dan di tempat lain.
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan pada 2022 bahwa negaranya akan "dihapus dari peta" jika menyerang pasukan Rusia berdasarkan rencana trip-wire NATO.
Ketiga negara itu telah lamatakut akan menjadi target invasi berikutnya oleh Rusia setelah Ukraina.
Mengingat perbatasan negara mereka dengan Rusia sepanjang 210 mil—sebagian besar dianggap hampir tidak dapat dilewati karena luasnya hutan dan lahan basah—para pejabat Estonia mengatakan pemerintah berencana membangun sekitar 600 bunker yang mereka harapkan dapat mencegah invasi dan pendudukan oleh Moskow.
“Perang di Ukraina telah menunjukkan bahwa merebut kembali wilayah yang telah ditaklukkan sangatlah sulit dan memerlukan banyak korban jiwa, waktu dan sumber daya material,” kata Susan Lilleväli, Wakil Menteri Kesiapan Pertahanan di Kementerian Pertahanan Estonia.
Dia telah berbicara tentang proyek senilai 60 juta euro (USD64,7 juta) dalam briefing dengan para jurnalis pada Kamis lalu.
“Selain peralatan, amunisi dan tenaga kerja, kita memerlukan instalasi fisik untuk mempertahankan negara kita secara efisien,” kata Lilleväli.
Batalyon multinasional Enhanced Forward Presence milik NATO—yang dikerahkan secara bergilir ke negara-negara Baltik setelah aneksasi Crimea oleh Rusia pada tahun 2014—sampai KTT aliansi tersebut di Madrid pada tahun 2023, dipandang sebagaipasukan “trip-wire”, dirancang untuk menarik negara-negara sekutu ke dalam konflik daripada menghentikan pasukan invasi Rusia.
Para pemimpin sipil dan militer di Baltik mengecam status mereka sebagai negara sekutu NATO. Invasi dahsyat Rusia dan pendudukan wilayah Ukraina pada tahun 2022 memicu perubahan strategis bagi aliansi tersebut, ketika negara-negara Baltik melihat kengerian yang menimpa warga Ukraina di Mariupol, di pinggiran kota Kyiv, dan di tempat lain.
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan pada 2022 bahwa negaranya akan "dihapus dari peta" jika menyerang pasukan Rusia berdasarkan rencana trip-wire NATO.