Dianggap Mengancam, Gerakan Keagamaan Falun Dafa Terus Ditekan China
loading...
A
A
A
Beberapa analis meyakini bahwa banyak pengunjuk rasa ini kemudian dituduh sebagai bagian dari Falun Dafa, dan kemudian dianiaya.
Skema tuduhan ini telah berulang kali digunakan China sebagai alat menghukum inisiator petisi, aktivis, atau individu pro-demokrasi. China biasanya dengan mudah menuduh mereka semua memiliki hubungan dengan Falun Gong.
Situasi saat ini merupakan bagian dari pertarungan untuk legitimasi dan ideologi. CCP tidak mau berbagi posisi tertinggi, yang bahkan Tuhan dan agama pun dianggap berada di bawah partai. Ini merupakan bentuk Konfusianisme modern, di mana raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi.
Pengikut Falun Dafa tidak hanya terbatas pada anggota partai, tetapi juga telah menyusup ke dalam militer, dan itulah yang paling ditakuti oleh Beijing.
Persoalan agama selalu menjadi tantangan besar bagi negara komunis seperti China. Ini bak sebuah panji (banner) di mana banyak revolusi telah terjadi di masa silam. Beberapa orang meyakini bahwa Falun Dafa bahkan terkesan menantang rasa nasionalisme China.
Xi Jinping sama sekali tidak ingin memberikan ruang sedikit pun pada sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelompok mana pun yang tidak dapat dikendalikan CCP akan dianggap sebagai ancaman terhadap partai dan ideologinya.
Dugaan praktik pengambilan organ yang tidak manusiawi dari praktisi sekte oleh CCP juga mengungkap “wajah terburuk” di China. Pada Juni 2019, Tribunal China yang diketuai Sir Geoffrey Nice QC, mantan jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional (ICT), menyimpulkan bahwa Falun Gong masih menjadi sumber utama pengambilan organ secara paksa di China.
Menurut Ethan Gutmann, seorang jurnalis investigasi, sekitar 65.000 praktisi Falun Gong dibunuh untuk diambil organnya antara tahun 2000 hingga 2008. Sedangkan, menurut pengacara hak asasi manusia David Matas dan mantan Menteri Luar Negeri Kanada David Kilgour, 41.500 transplantasi di China dipertanyakan dan dikaitkan dengan Falun Dafa antara tahun 2000 dan 2005.
Pada tahun 2014, China mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pengambilan organ dari tahanan yang dieksekusi, namun praktik ini pada kenyataannya tidak pernah berhenti. Ini berarti bahwa industri pengambilan organ telah berkembang sedemikian rupa sehingga Xi Jinping tidak mampu menghentikannya, atau dianggap sangat menguntungkan sehingga ia tidak ingin menghentikannya.
Banyak laporan yang mengeklaim bahwa organ-organ ini telah diberikan tidak hanya kepada elite yang membutuhkan di dalam militer dan CCP, tetapi juga diekspor oleh segelintir anggota partai yang korup.
Skema tuduhan ini telah berulang kali digunakan China sebagai alat menghukum inisiator petisi, aktivis, atau individu pro-demokrasi. China biasanya dengan mudah menuduh mereka semua memiliki hubungan dengan Falun Gong.
Pertarungan Ideologi
Situasi saat ini merupakan bagian dari pertarungan untuk legitimasi dan ideologi. CCP tidak mau berbagi posisi tertinggi, yang bahkan Tuhan dan agama pun dianggap berada di bawah partai. Ini merupakan bentuk Konfusianisme modern, di mana raja adalah pemegang kekuasaan tertinggi.
Pengikut Falun Dafa tidak hanya terbatas pada anggota partai, tetapi juga telah menyusup ke dalam militer, dan itulah yang paling ditakuti oleh Beijing.
Persoalan agama selalu menjadi tantangan besar bagi negara komunis seperti China. Ini bak sebuah panji (banner) di mana banyak revolusi telah terjadi di masa silam. Beberapa orang meyakini bahwa Falun Dafa bahkan terkesan menantang rasa nasionalisme China.
Xi Jinping sama sekali tidak ingin memberikan ruang sedikit pun pada sesuatu yang tidak dapat dia kendalikan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelompok mana pun yang tidak dapat dikendalikan CCP akan dianggap sebagai ancaman terhadap partai dan ideologinya.
Dugaan praktik pengambilan organ yang tidak manusiawi dari praktisi sekte oleh CCP juga mengungkap “wajah terburuk” di China. Pada Juni 2019, Tribunal China yang diketuai Sir Geoffrey Nice QC, mantan jaksa di Pengadilan Kriminal Internasional (ICT), menyimpulkan bahwa Falun Gong masih menjadi sumber utama pengambilan organ secara paksa di China.
Menurut Ethan Gutmann, seorang jurnalis investigasi, sekitar 65.000 praktisi Falun Gong dibunuh untuk diambil organnya antara tahun 2000 hingga 2008. Sedangkan, menurut pengacara hak asasi manusia David Matas dan mantan Menteri Luar Negeri Kanada David Kilgour, 41.500 transplantasi di China dipertanyakan dan dikaitkan dengan Falun Dafa antara tahun 2000 dan 2005.
Pada tahun 2014, China mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan pengambilan organ dari tahanan yang dieksekusi, namun praktik ini pada kenyataannya tidak pernah berhenti. Ini berarti bahwa industri pengambilan organ telah berkembang sedemikian rupa sehingga Xi Jinping tidak mampu menghentikannya, atau dianggap sangat menguntungkan sehingga ia tidak ingin menghentikannya.
Banyak laporan yang mengeklaim bahwa organ-organ ini telah diberikan tidak hanya kepada elite yang membutuhkan di dalam militer dan CCP, tetapi juga diekspor oleh segelintir anggota partai yang korup.