Klaim Ancaman Nuklir Luar Biasa, Trump Sanksi Korut 1 Tahun Lagi
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump memperpanjang sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Korea Utara (Korut) selama setahun lagi dengan alasan ancaman senjata nuklir Pyongyang tidak biasa dan luar biasa.
Keputusan ini kontra dengan pertemuan bersejarah Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura yang sukses mencairkan ketegangan.
"Tindakan dan kebijakan pemerintah Korea Utara, termasuk mengejar program nuklir dan rudal; dan tindakan dan kebijakan provokatif, tidak stabil, dan represif lainnya terus menjadi ancaman yang tidak biasa dan luar biasa bagi Amerika Serikat," bunyi pernyataan Gedung Putih pada hari Jumat yang dikutip SINDOnews, Sabtu (23/6/2018).
Padahal, Trump sebelumnya berjanji mencabut sanksi Washington terhadap Pyongyang usai pertemuannya dengan Kim Jong-un di Singapura awal bulan ini. "Ketika kami yakin bahwa nuklir tidak lagi menjadi faktor (ancaman), saya berharap untuk menghapus (sanksi) mereka," ujar Trump beberapa waktu lalu.
Dalam perjalanan pulang dari pertemuan di Singapura, Trump juga menyatakan bahwa Korea Utara tidak lagi menimbulkan ancaman nuklir terhadap AS.
"Tidak ada lagi ancaman nuklir dari Korea Utara," tulis dia di Twitter."Bertemu dengan Kim Jong-un adalah pengalaman yang menarik dan sangat positif. Korea Utara memiliki potensi besar untuk masa depan!."Pengumuman Presiden Trump soal perpanjangan sanksi pada Korut 1 tahun lagi. Foto/White House
Pengumuman Gedung Putih pada hari Jumat menandakan kembali kebijakan keras AS terhadap Korut. Dengan menganggap ancaman Korea Utara sebagai "darurat nasional", Trump dengan mudah menerapkan kembali sanksi yang telah dijatuhkan pada Pyongyang setiap tahun sejak 2008.
Sanksi AS terhadap Korea Utara adalah salah satu sanksi paling berat di dunia. Trump, bagaimanapun, memberikan Kim beberapa konsesi setelah pertemuan di Singapura pada 12 Juni lalu, salah satunya membekukan sementara latihan militer dua tahunan dengan Korea Selatan.
Sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani antara kedua pemimpin di Singapura, Kim membuat komitmen samar untuk bekerja menuju denuklirisasi. Namun, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo berharap bahwa denuklirisasi Korut tercapai dalam 2,5 tahun.
Keputusan ini kontra dengan pertemuan bersejarah Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura yang sukses mencairkan ketegangan.
"Tindakan dan kebijakan pemerintah Korea Utara, termasuk mengejar program nuklir dan rudal; dan tindakan dan kebijakan provokatif, tidak stabil, dan represif lainnya terus menjadi ancaman yang tidak biasa dan luar biasa bagi Amerika Serikat," bunyi pernyataan Gedung Putih pada hari Jumat yang dikutip SINDOnews, Sabtu (23/6/2018).
Padahal, Trump sebelumnya berjanji mencabut sanksi Washington terhadap Pyongyang usai pertemuannya dengan Kim Jong-un di Singapura awal bulan ini. "Ketika kami yakin bahwa nuklir tidak lagi menjadi faktor (ancaman), saya berharap untuk menghapus (sanksi) mereka," ujar Trump beberapa waktu lalu.
Dalam perjalanan pulang dari pertemuan di Singapura, Trump juga menyatakan bahwa Korea Utara tidak lagi menimbulkan ancaman nuklir terhadap AS.
"Tidak ada lagi ancaman nuklir dari Korea Utara," tulis dia di Twitter."Bertemu dengan Kim Jong-un adalah pengalaman yang menarik dan sangat positif. Korea Utara memiliki potensi besar untuk masa depan!."Pengumuman Presiden Trump soal perpanjangan sanksi pada Korut 1 tahun lagi. Foto/White House
Pengumuman Gedung Putih pada hari Jumat menandakan kembali kebijakan keras AS terhadap Korut. Dengan menganggap ancaman Korea Utara sebagai "darurat nasional", Trump dengan mudah menerapkan kembali sanksi yang telah dijatuhkan pada Pyongyang setiap tahun sejak 2008.
Sanksi AS terhadap Korea Utara adalah salah satu sanksi paling berat di dunia. Trump, bagaimanapun, memberikan Kim beberapa konsesi setelah pertemuan di Singapura pada 12 Juni lalu, salah satunya membekukan sementara latihan militer dua tahunan dengan Korea Selatan.
Sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani antara kedua pemimpin di Singapura, Kim membuat komitmen samar untuk bekerja menuju denuklirisasi. Namun, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo berharap bahwa denuklirisasi Korut tercapai dalam 2,5 tahun.
(mas)