China: NATO Itu Mesin Perang Berjalan, Bikin Kekacauan di Mana-mana!
loading...
A
A
A
Sebuah artikel opini yang diterbitkan pada bulan Juli oleh Global Times, sebuah tabloid yang dijalankan oleh Partai Komunis China, berpendapat bahwa NATO adalah “monster mengerikan yang harus dihindari dengan cara apa pun” dan mengancam aliansi tersebut dengan “konsekuensi serius” jika ikut campur di Asia.
“Secara lebih jelasnya, NATO harus segera menarik tangan hitamnya yang telah meluas ke kawasan Asia-Pasifik, dan NATO tidak boleh berpikir untuk mengambil alih separuh wilayahnya di masa depan,” bunyi artikel tersebut.
Pensiunan Laksamana Angkatan Laut AS James Stavridis, mantan panglima tertinggi sekutu NATO di Eropa, bulan lalu memperingatkan bahwa sengketa wilayah China dapat memicu perang dunia baru, dengan mengatakan bahwa kemungkinan ada “masa tenggang” 10 tahun untuk mempersiapkan kemungkinan tersebut.
Sementara itu, hubungan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin menguat sejak perang Ukraina dimulai, meskipun Beijing secara resmi tetap netral dalam perang tersebut.
Pada saat yang sama, NATO telah memperluas dan membangun kehadiran militer di sepanjang perbatasannya dengan Rusia. Ketegangan di kawasan ini semakin memuncak, terutama karena perang dengan anggota NATO mana pun akan mewajibkan seluruh aliansi untuk ikut serta dalam konflik tersebut.
“Secara lebih jelasnya, NATO harus segera menarik tangan hitamnya yang telah meluas ke kawasan Asia-Pasifik, dan NATO tidak boleh berpikir untuk mengambil alih separuh wilayahnya di masa depan,” bunyi artikel tersebut.
Pensiunan Laksamana Angkatan Laut AS James Stavridis, mantan panglima tertinggi sekutu NATO di Eropa, bulan lalu memperingatkan bahwa sengketa wilayah China dapat memicu perang dunia baru, dengan mengatakan bahwa kemungkinan ada “masa tenggang” 10 tahun untuk mempersiapkan kemungkinan tersebut.
Sementara itu, hubungan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin menguat sejak perang Ukraina dimulai, meskipun Beijing secara resmi tetap netral dalam perang tersebut.
Pada saat yang sama, NATO telah memperluas dan membangun kehadiran militer di sepanjang perbatasannya dengan Rusia. Ketegangan di kawasan ini semakin memuncak, terutama karena perang dengan anggota NATO mana pun akan mewajibkan seluruh aliansi untuk ikut serta dalam konflik tersebut.
(mas)