China Simulasikan Rudal-rudal Hipersonik Hujani Kapal Perang AS
loading...
A
A
A
BEIJING - Sebuah laboratorium rahasia di China telah melakukan simulasi di mana rudal-rudal hipersonik yang didukung menghujani kapal perang Amerika Serikat (AS) dari langit.
Rincian simulasi tersebut—di mana misil-misil diluncurkan dari jarak sekitar 1.200 kilometer dan naik lebih dari 120 mil ke langit sebelum menghujani kapal perang AS—muncul dalam sebuah makalah bulan Desember yang sebagian ditulis oleh Liu Shichang.
Mengutip laporan dari South China Morning Post, Selasa (23/1/2024), Liu adalah ilmuwan yang bekerja di sebuah fasilitas rahasia di Chengdu yang memiliki hubungan dengan militer Beijing.
“Memerintah ketinggian selalu menjadi taktik penting dalam perang sejak zaman kuno,” kata Liu, menurut laporan tersebut.
"Seiring dengan evolusi konsep perang dan kemajuan teknologi, ruang angkasa telah menjadi sebuah hal yang sangat diperebutkan oleh kekuatan militer dunia.”
Laporan itu menyebutkan bahwa, dalam simulasi komputer, rudal-rudal hipersonik China mendapat bantuan dari sejumlah satelit peperangan elektronik orbit rendah yang ditempatkan di atas kapal Amerika.
Satelit-satelit tersebut, sambung South China Morning Post, menemukan sinyal radar yang berasal dari kapal AS dan kemudian menembakkan sinyal serupa untuk menciptakan kebisingan di latar belakang dan membantu menutupi lokasi rudal.
"Ketika rudal-rudal tersebut mencapai jarak 30 mil dari target mereka, satelit menyelesaikan misi gangguan mereka, jammer yang dibawa oleh rudal diaktifkan, dan rudal melakukan manuver terminal untuk penetrasi lebih lanjut sampai mereka menghancurkan target,” imbuh laporan surat kabar tersebut.
Makalah yang disusun Liu dan rekan-rekannya mendasarkan kemampuan deteksi AS pada radar SPY-1D yang dikembangkan oleh Lockheed Martin yang digunakan pada kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut Amerika dan menyatakan bahwa hanya dua atau tiga satelit orbit rendah akan cukup untuk menyerang kelompok kapal induk.
Jenis rudal hipersonik yang digunakan dalam simulasi tersebut tidak teridentifikasi, namun jangkauan rudal tersebut mirip dengan rudal YJ-21 milik China.
Militer Amerika belum berkomentar atas laporan tentang simulasi serangan rudal hipersonik China.
Rincian simulasi tersebut—di mana misil-misil diluncurkan dari jarak sekitar 1.200 kilometer dan naik lebih dari 120 mil ke langit sebelum menghujani kapal perang AS—muncul dalam sebuah makalah bulan Desember yang sebagian ditulis oleh Liu Shichang.
Mengutip laporan dari South China Morning Post, Selasa (23/1/2024), Liu adalah ilmuwan yang bekerja di sebuah fasilitas rahasia di Chengdu yang memiliki hubungan dengan militer Beijing.
“Memerintah ketinggian selalu menjadi taktik penting dalam perang sejak zaman kuno,” kata Liu, menurut laporan tersebut.
"Seiring dengan evolusi konsep perang dan kemajuan teknologi, ruang angkasa telah menjadi sebuah hal yang sangat diperebutkan oleh kekuatan militer dunia.”
Laporan itu menyebutkan bahwa, dalam simulasi komputer, rudal-rudal hipersonik China mendapat bantuan dari sejumlah satelit peperangan elektronik orbit rendah yang ditempatkan di atas kapal Amerika.
Satelit-satelit tersebut, sambung South China Morning Post, menemukan sinyal radar yang berasal dari kapal AS dan kemudian menembakkan sinyal serupa untuk menciptakan kebisingan di latar belakang dan membantu menutupi lokasi rudal.
"Ketika rudal-rudal tersebut mencapai jarak 30 mil dari target mereka, satelit menyelesaikan misi gangguan mereka, jammer yang dibawa oleh rudal diaktifkan, dan rudal melakukan manuver terminal untuk penetrasi lebih lanjut sampai mereka menghancurkan target,” imbuh laporan surat kabar tersebut.
Makalah yang disusun Liu dan rekan-rekannya mendasarkan kemampuan deteksi AS pada radar SPY-1D yang dikembangkan oleh Lockheed Martin yang digunakan pada kapal perusak kelas Arleigh Burke Angkatan Laut Amerika dan menyatakan bahwa hanya dua atau tiga satelit orbit rendah akan cukup untuk menyerang kelompok kapal induk.
Jenis rudal hipersonik yang digunakan dalam simulasi tersebut tidak teridentifikasi, namun jangkauan rudal tersebut mirip dengan rudal YJ-21 milik China.
Militer Amerika belum berkomentar atas laporan tentang simulasi serangan rudal hipersonik China.
(mas)