100 Tahun setelah Kematian Vladimir Lenin, Apakah Warga Rusia Mengabaikan Legasinya?
loading...
A
A
A
MOSKOW - Selama hampir satu abad setelah kematiannya, jenazah Vladimir Lenin yang diawetkan dengan hati-hati dibaringkan di sebuah mausoleum yang dibangun khusus di Lapangan Merah – sebuah pengingat akan masa lalu komunis Rusia .
Namun bapak revolusi Bolshevik tahun 1917 yang mendirikan Uni Soviet – dan peringatan 100 tahun wafatnya – sebagian besar diabaikan oleh masyarakat awam Rusia.
Hanya sedikit acara resmi yang dijadwalkan untuk memperingati ulang tahun keseratus pada Minggu (22/1/2024), selain upacara Partai Komunis di makamnya di bawah bayang-bayang Kremlin.
Bagi Presiden Vladimir Putin, yang secara terbuka mencaci-maki Lenin atas perannya dalam membagi Kekaisaran Rusia menjadi negara-negara seperti Ukraina, hal ini merupakan sebuah kemudahan.
Putin, yang kini terperosok dalam serangan selama hampir dua tahun terhadap Kyiv, malah membela Joseph Stalin – orang yang memimpin Uni Soviet menuju kemenangan dalam Perang Dunia II, dan yang menyingkirkan semua lawan politiknya dalam teror selama bertahun-tahun.
Foto/Reuters
Melansir Channel News Asia, ketika Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin) meninggal pada tanggal 21 Januari 1924, otoritas Soviet atas perintah Stalin mulai membalsem tubuhnya dan membangun sebuah mausoleum.
Kuil batu berpelitur merah dan hitam ini berdiri di jantung Lapangan Merah sejak Oktober 1930, dan sempat menjadi tempat tinggal jenazah Stalin hingga tahun 1961.
Kerumunan besar orang mengantri untuk memberikan penghormatan kepada Lenin pada masa Soviet, namun saat ini, upacara untuk menghormati sang revolusioner kebanyakan dihadiri oleh mereka yang merindukan era komunis, dengan membawa bendera dan anyelir merah di tangan.
Tubuhnya yang dibalsem terutama menjadi daya tarik wisata. Setiap 18 bulan sekali, mausoleum ditutup untuk memungkinkan para ilmuwan membalsem kembali tubuhnya dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh waktu.
"Hanya 23 persen jenazah Lenin yang masih utuh, ditempatkan di sarkofagus kaca dengan suhu konstan 16 derajat Celsius," demikian laporan kantor berita TASS.
Namun bapak revolusi Bolshevik tahun 1917 yang mendirikan Uni Soviet – dan peringatan 100 tahun wafatnya – sebagian besar diabaikan oleh masyarakat awam Rusia.
Hanya sedikit acara resmi yang dijadwalkan untuk memperingati ulang tahun keseratus pada Minggu (22/1/2024), selain upacara Partai Komunis di makamnya di bawah bayang-bayang Kremlin.
Bagi Presiden Vladimir Putin, yang secara terbuka mencaci-maki Lenin atas perannya dalam membagi Kekaisaran Rusia menjadi negara-negara seperti Ukraina, hal ini merupakan sebuah kemudahan.
Putin, yang kini terperosok dalam serangan selama hampir dua tahun terhadap Kyiv, malah membela Joseph Stalin – orang yang memimpin Uni Soviet menuju kemenangan dalam Perang Dunia II, dan yang menyingkirkan semua lawan politiknya dalam teror selama bertahun-tahun.
100 Tahun setelah Kematian Vladimir Lenin, Apakah Warga Rusia Mengabaikan Legasinya?
1. Hanya Jadi Objek Wisata
Foto/Reuters
Melansir Channel News Asia, ketika Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin) meninggal pada tanggal 21 Januari 1924, otoritas Soviet atas perintah Stalin mulai membalsem tubuhnya dan membangun sebuah mausoleum.
Kuil batu berpelitur merah dan hitam ini berdiri di jantung Lapangan Merah sejak Oktober 1930, dan sempat menjadi tempat tinggal jenazah Stalin hingga tahun 1961.
Kerumunan besar orang mengantri untuk memberikan penghormatan kepada Lenin pada masa Soviet, namun saat ini, upacara untuk menghormati sang revolusioner kebanyakan dihadiri oleh mereka yang merindukan era komunis, dengan membawa bendera dan anyelir merah di tangan.
Tubuhnya yang dibalsem terutama menjadi daya tarik wisata. Setiap 18 bulan sekali, mausoleum ditutup untuk memungkinkan para ilmuwan membalsem kembali tubuhnya dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh waktu.
"Hanya 23 persen jenazah Lenin yang masih utuh, ditempatkan di sarkofagus kaca dengan suhu konstan 16 derajat Celsius," demikian laporan kantor berita TASS.