Ekonomi Israel Hancur karena Keluarkan Rp4,18 Triliun per Hari untuk Perang Gaza

Senin, 15 Januari 2024 - 17:35 WIB
loading...
Ekonomi Israel Hancur...
Israel mengalami kerugian besar karena biaya yang tinggi dalam perang Gaza. Foto/Reuters
A A A
GAZA - Ada perdebatan mengenai bagaimana mendanai anggaran perang pemerintah Israel pada tahun 2024. Ini adalah diskusi yang sangat sulit. Kenapa? Perang Gaza merugikan Israel sebesar USD269 juta atau Rp4,18 triliun setiap hari. Itu merupakan beban besar bagi perekonomian negara Zionis.

Biayanya bukan hanya untuk mendanai persenjataan. Pemerintah juga membayar para prajurit cadangan, memberi makan mereka, dan menyediakan perumahan bagi mereka.

Dan kemudian biaya perawatan lebih dari 100.000 pengungsi Israel yang meninggalkan komunitas di dekat perbatasan Gaza dan Lebanon. Para pengungsi ini harus ditempatkan di hotel dan dibayar ribuan shekel setiap bulannya oleh pemerintah Israel.

Melansir Al Jazeera, untuk mendanai perang Gaza, beberapa usulan Israel mencakup pemotongan anggaran kementerian pendidikan sebesar USD239 juta, dan pemotongan anggaran Kementerian Kesehatan lebih dari USD100 juta. Banyak hal yang terpengaruh.



Sementara itu, serangan terbaru Israel di Jalur Gaza menyebabkan jumlah korban tewas mencapai lebih dari 24.000 orang sejak perang dimulai.

Jumlah ini mencakup lebih dari 10.400 anak – atau lebih dari 1 persen populasi anak di wilayah kantong yang terkepung.

Setidaknya 61.000 orang juga terluka di daerah kantong tersebut, dan banyak di antara mereka yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan atau obat untuk mengobati luka mereka. Lebih dari 8.000 orang masih hilang, diperkirakan terkubur di antara puing-puing beton.

Kemudian, dengan 70 persen rumah di Gaza hancur selama 100 hari serangan Israel, warga Palestina yang terlantar khawatir mereka tidak punya apa-apa untuk kembali ke kampung halaman mereka setelah perang berakhir.

“Ke mana kami akan pergi ketika kami kembali ke Kota Gaza? Di mana kita akan tinggal?” tanya Shahinaz Bakr, yang kini berlindung di tenda di selatan Gaza bersama keluarganya.

“Semua rumah, pasar, universitas, organisasi kami hancur. Semua yang kita miliki ada di sini. Jika kami kembali ke Kota Gaza, kami akan mendirikan tenda. Apakah sudah takdir kita untuk terlantar? Mengungsi pada tahun 1948 dan sekarang kembali pada tahun 2024,” katanya kepada Al Jazeera.

(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1206 seconds (0.1#10.140)