Cerita Istri Dubes Rusdi Kirana dan Warung TKI 'Saya Mau Sukses'

Senin, 09 April 2018 - 11:07 WIB
Cerita Istri Dubes Rusdi Kirana dan Warung TKI Saya Mau Sukses
Cerita Istri Dubes Rusdi Kirana dan Warung TKI 'Saya Mau Sukses'
A A A
KUALA LUMPUR - Ada pemandangan tak biasa di kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur, Malaysia. Di pintu sentra pelayanan KBRI terdapat kantin yang produk makanannya olahan tangan para tenaga kerja Indonesia (TKI).

Uniknya, para TKI penjual makanan itu dilatih oleh istri para pejabat KBRI termasuk Iesien Rusdi Kirana, istri Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Rusdi Kirana.

Iesien menggerakkan para istri staf kedutaan untuk aktif menolong para TKI sekaligus menghilangkan asumsi publik bahwa para istri pejabat hanya bergosip ria dan arisan untuk menghabiskan waktunya ketika berkumpul. Istri Dubes Rusdi ini memimpin Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Kuala Lumpur yang turun tangan membantu para TKI yang ditampung di shelter KBRI.

Di tangan Iesien, DWP KBRI merintis dan menjalankan program bernama "Saya Mau Sukses". Program ini salah satunya berupa pelatihan memasak kepada TKI. Hasil olahan tangan para pekerja migran Indonesia itulah yang menghiasi kantin di kompleks KBRI Kuala Lumpur.

Menurut Iesien, pihaknya baru satu bulan terlibat dalam program penolong TKI bermasalah tersebut.

"Kalau untuk kantin baru sekitar satu bulan, kami mendukung dari program Dubes, KBRI membantu bidang konsuler, kami untuk membantu adik-adik ini yang bermasalah. Program Dubes adalah kiranya mereka bisa membuka warung seperti ini. Tapi dari konsuler sendiri ada pelatihan yang lain," katanya kepada SINDOnews.

"Kalau kita fokusnya adalah bisa memberikan mereka, istilahnya itu pulang kampung bisa punya warung seperti itu, warungnya sederhana saja. Sekarang kita baru masak saja, kalau misalnya kerajinan tangan itu sudah ada dari dinas (KBRI) sendiri," ujarnya.

Pelatihan bagi para pekerja migran Indonesia yang bermasalah ini diberikan dari Senin hingga Jumat. "Kami bergantian. Tapi ada beberapa yang bisa aktif sekali, karena ibu-ibu itu kan ada keluarga, ada anak. Jadi, memang itu diberi prioritas, tapi semua anggota kami sudah terjun ke dapur," kata istri diplomat Indonesia ini.

Tak hanya melatih, kelompok pimpinan Iesien ini juga mendanai operasional pelatihan para TKI. Sedangkan KBRI memberikan fasilitas berupa alat-alat dapur dan tempat.

"Kalau pembiayaan saat ini, Dubes menyatakan bisa membantu, tapi sampai saat ini kami masih (memanfaatkan) dana dari kami sendiri. Dari kas DWP, seperti kita pinjam uang seperti itulah untuk shelter. Tapi dari pihak konsuler sebenarnya sudah mengatakan bahwa kami bisa meminta (dana)," imbuh dia.

Kuntungan bagi para TKI melalui program pelatihan di KBRI Kuala Lumpur ini lumayan. Pada minggu pertama, kantin tersebut meraup keuntungan kurang lebih sebesar 500 ringgit Malaysia (sekitar Rp1,6 juta) yang dibagi untuk 10 orang penghuni shelter yang ikut pelatihan.

Hasil pendapatan itu juga menyesuaikan jam operasi kantin yang memang sangat terbatas. Namun, pada minggu kedua, atas arahan dari Dubes Rusdi, kantin itu akhirnya dibuka untuk jangka waktu lebih panjang.

"Minggu kedua dapat 1.800 ringgit Malaysia (sekitar Rp6,4 juta), tapi timnya sudah bertambah jadi 15 orang," ujarnya.

Iesien mengatakan, sebelum para TKI tersebut pulang ke Tanah Air, uang hasil keuntungan dari warung tersebut dititipkan terlebih dahulu kepada KBRI. Hal itu wajar, karena para penghuni shelter tidak diperbolehkan memegang uang tunai.

"Sebagian memang sudah pulang, mereka membawa uang, ada yang 690 ringgit Malaysia (sekitar Rp2,5 juta), dia baru tiga minggu, ada yang dapat 1.000 ringgit Malaysia (sekitar Rp3,7 juta). Jadi mereka yang pulang sudah punya modal. Untuk minggu ini jumlah peserta mencapai 27 orang, yang dibagi tiga kelompok," papar Iesien.

Program "Saya Mau Sukses" sendiri adalah program baru yang dimiliki oleh KBRI Kuala Lumpur. Dengan program ini, para TKI bisa menemukan pekerjaan yang layak ketika pulang ke Tanah Air atau bisa membuka usaha sendiri.

Selain memasak, para TKI penghuni shelter juga diberikan pelatihan menjahit dan therapist spa profesional. Salah satu peserta program "Saya Mau Sukses", Nur Arif Hidayati, pada saat ini sudah bekerja sebagai therapist di salah satu hotel mewah di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4402 seconds (0.1#10.140)