AS: ISIS Jual Minyak ke Turki Mitos, Jualnya ke Assad

Sabtu, 10 Maret 2018 - 04:46 WIB
AS: ISIS Jual Minyak ke Turki Mitos, Jualnya ke Assad
AS: ISIS Jual Minyak ke Turki Mitos, Jualnya ke Assad
A A A
LONDON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebut laporan bahwa kelompok ISIS menjual minyak curian ke Turki adalah mitos. Versi Washington, kelompok radikal itu menjual sebagian besar minyak ke rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Utusan Khusus Presiden AS untuk Koalisi Anti-ISIS,Terry Wolff, memaparkan kondisi kelompok Islamic State atau ISIS yang terus putus asa seiring dengan kekalahannya di Irak dan Suriah.

Berbicara di kedutaan AS di London dengan juru bicara Operation Inherent Resolve Kolonel Ryan Dillon, Wolff mengatakan bahwa menyusutnya wilayah kekuasaan ISIS telah menghasilkan “pukulan palu” bagi keuangan kelompok tersebut.

”Pembiayaan itu terlalu disalahpahami,” kata Wolf, yang memaparkan sekitar 50 persen dana ISIS berasal dari pajak dan pemerasan, ditambah penjualan minyak ke pemerintah Assad di Suriah.

”Ini seperti hidup dengan massa, pajak adalah segalanya. Jika Anda membuat roti, itu akan dikenai pajak, jika Anda mencuri barang antik, itu akan dikenai pajak,” papar Wolf mengacu pada praktik pengumpulan dana ISIS.

”Tiga puluh persen dari apa yang dibuat Daesh (ISIS) berasal dari penjualan minyak dan gas bumi. Jadi dijual ke siapa? Mitos yang ada adalah bahwa telah dijual ke Turki. Sebagian besar dijual ke rezim Suriah,” imbuh Wolf, seperti dikutip news.com.au, Sabtu (10/3/2018).

Data dari koalisi anti-ISIS pimpinan AS, kelompok radikal yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu pernah menguasai wilayah yang menjadi rumah bagi 3,2 juta orang di Suriah dan 4,5 juta orang di Irak.

Wolff kini menghendaki anggota koalisi termasuk Australia berbagi informasi tentang jejak-jejak kelompok radikal itu, termasuk data biometrik mengenai militan asing agar bisa dilacak.

”Itulah masa depan pertarungan global. Orang-orang yang mengisi database Interpol. Saat ini ada 46.000 nama di database Interpol, tapi sampai saat ini (yang diketahui) ada di bawah 10.000 nama. Itu tidak bisa dibiarkan, negara bersangkutan harus melakukan apa yang mereka katakan akan mereka lakukan,” ujar Wolf.

Pertarungan melawan ISIS juga sudah memasuki fase baru, karena kelompok itu semakin putus asa dengan mengubah taktik sebagai imbas dari penyusutan wilayah dan turunnya pendapatan.

”Ini tentang berurusan dengan kemampuan Daesh untuk melakukan serangan teror, menyebarkan propaganda, untuk merekrut pendukung dan untuk mengembangkan tempat berlindung yang aman lainnya,” kata Wolf.

”Pesan tiga tahun yang lalu yang disebarkan Daesh adalah bahwa ada kekhalifahan fisik, setiap orang harus datang. Anda telah menyaksikan perubahan pesan mereka selama dua tahun terakhir. Pesannya sekarang adalah ‘tinggal di rumah dan melancarkan serangan teroris dimanapun Anda tinggal’. Itu benar-benar pesan putus asa,” paparnya.

Sementara itu, Kolonel Dillon mengatakan dari perspektif militer bahwa pertempuran untuk mengusir ISIS keluar dari Mosul telah membantu meningkatkan kepercayaan pada pasukan keamanan Irak.

”Meskipun menghancurkan apa yang disebut khilafah dan mengekspos ideologi Daesh untuk kebohongan tersebut, kita tidak boleh menyerah dalam mengejar teroris apokaliptik ini. Kami memiliki (kekuatan) dan kami akan terus menekan,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3719 seconds (0.1#10.140)