Sosok Jaksa ICC Karim Khan, Pengacara yang Mengaku Muslim tapi Selalu Gagalkan Palestina
loading...
A
A
A
Anggota keluarga jaksa terkemuka lainnya adalah saudaranya, Imran Ahmad Khan, yang menjabat sebagai Anggota Parlemen Inggris antara tahun 2019 hingga 2022.
Dia tetap menjadi Anggota Parlemen untuk Partai Konservatif Inggris, sebelum dikeluarkan dari partai tersebut dan mengundurkan diri sebagai pejabat terpilih, menyusul hukumannya karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak laki-laki berusia 15 tahun.
Karim Khan mengeklaim, tanpa bukti, bahwa setelah serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, bahwa dia tidak diberi izin untuk mengunjungi Jalur Gaza, dan menempatkan dirinya di depan kamera di Kairo, Mesir, untuk menyampaikan kecaman panjang atas serangan terhadap Israel.
Sebaliknya, dia menahan diri untuk tidak menuduh Israel melakukan kejahatan perang dan kemudian terungkap bahwa dia melakukan perjalanan ke Palestina-Israel, atas permintaan keluarga Israel yang terkena dampak serangan 7 Oktober.
Awalnya, dia secara tidak jujur menyatakan bahwa kunjungannya “bukan bersifat investigasi”, kemudian dengan cepat mengatur perjalanan ke Ramallah yang diduduki Israel, di Tepi Barat, untuk bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Namun, organisasi hak asasi manusia Palestina menolak untuk bertemu dengannya, dan malah secara terbuka mengecam kunjungannya.
Dia tetap menjadi Anggota Parlemen untuk Partai Konservatif Inggris, sebelum dikeluarkan dari partai tersebut dan mengundurkan diri sebagai pejabat terpilih, menyusul hukumannya karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang anak laki-laki berusia 15 tahun.
Kunjungan ke Israel
Karim Khan mengeklaim, tanpa bukti, bahwa setelah serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober, bahwa dia tidak diberi izin untuk mengunjungi Jalur Gaza, dan menempatkan dirinya di depan kamera di Kairo, Mesir, untuk menyampaikan kecaman panjang atas serangan terhadap Israel.
Sebaliknya, dia menahan diri untuk tidak menuduh Israel melakukan kejahatan perang dan kemudian terungkap bahwa dia melakukan perjalanan ke Palestina-Israel, atas permintaan keluarga Israel yang terkena dampak serangan 7 Oktober.
Awalnya, dia secara tidak jujur menyatakan bahwa kunjungannya “bukan bersifat investigasi”, kemudian dengan cepat mengatur perjalanan ke Ramallah yang diduduki Israel, di Tepi Barat, untuk bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Namun, organisasi hak asasi manusia Palestina menolak untuk bertemu dengannya, dan malah secara terbuka mengecam kunjungannya.
(mas)