Masjid Agung Omari, Tempat Ibadah Tertua di Gaza dan Makam Samson yang Dibom Israel
loading...
A
A
A
Pada tanggal 5 Desember 1033, gempa bumi menyebabkan puncak menara masjid runtuh.
Pada tahun 1149, Tentara Salib, yang telah menaklukkan Gaza pada tahun 1100, membangun gereja besar di atas reruntuhan gereja berdasarkan keputusan Baldwin III dari Yerusalem.
Namun, dalam uraian William dari Tirus tentang gereja-gereja besar Tentara Salib, hal ini tidak disebutkan.
Dari tiga lorong Masjid Agung saat ini, diyakini bahwa dua di antaranya merupakan bagian dari gereja Tentara Salib.
Berdasarkan relief Yahudi disertai dengan prasasti Ibrani dan Yunani yang diukir pada tingkat atas salah satu kolom bangunan, diperkirakan pada akhir abad ke-19 bahwa pilar atas bangunan tersebut dibawa dari sinagoga Yahudi abad ke-3 di Kaisarea Maritima.
Penemuan sinagoga abad ke-6 di Maiumas, pelabuhan kuno Gaza, pada tahun 1960-an membuat kolom ini lebih mungkin digunakan kembali oleh masyarakat setempat.
Relief pada kolom tersebut menggambarkan benda-benda pemujaan Yahudi yakni menorah, shofar, lulav dan etrog yang dikelilingi oleh karangan bunga hias, dan prasasti bertuliskan "Hananyah putra Yakub" dalam bahasa Ibrani dan Yunani.
Di atasnya diukir satu menorah dengan shofar di satu sisi dan etrog di sisi lain. Pada akhir abad ke-19, tiang tersebut merupakan bagian dari sinagoga tua di Kaisarea Maritima dan dibawa ke masjid karena dianggap memiliki nilai keagamaan, seperti yang ditunjukkan oleh gereja Kaisarea di Peta Madaba.
Fakta bahwa simbol Yahudi ini dilestarikan selama beberapa dekade di dalam masjid digambarkan sebagai demonstrasi "hidup berdampingan secara damai" oleh sarjana Ziad Shehada.
Relief tersebut dihancurkan antara tahun 1973-1996 dan batunya telah dihaluskan.
4. Gereja Tentara Salib
Pada tahun 1149, Tentara Salib, yang telah menaklukkan Gaza pada tahun 1100, membangun gereja besar di atas reruntuhan gereja berdasarkan keputusan Baldwin III dari Yerusalem.
Namun, dalam uraian William dari Tirus tentang gereja-gereja besar Tentara Salib, hal ini tidak disebutkan.
Dari tiga lorong Masjid Agung saat ini, diyakini bahwa dua di antaranya merupakan bagian dari gereja Tentara Salib.
Berdasarkan relief Yahudi disertai dengan prasasti Ibrani dan Yunani yang diukir pada tingkat atas salah satu kolom bangunan, diperkirakan pada akhir abad ke-19 bahwa pilar atas bangunan tersebut dibawa dari sinagoga Yahudi abad ke-3 di Kaisarea Maritima.
Penemuan sinagoga abad ke-6 di Maiumas, pelabuhan kuno Gaza, pada tahun 1960-an membuat kolom ini lebih mungkin digunakan kembali oleh masyarakat setempat.
Relief pada kolom tersebut menggambarkan benda-benda pemujaan Yahudi yakni menorah, shofar, lulav dan etrog yang dikelilingi oleh karangan bunga hias, dan prasasti bertuliskan "Hananyah putra Yakub" dalam bahasa Ibrani dan Yunani.
Di atasnya diukir satu menorah dengan shofar di satu sisi dan etrog di sisi lain. Pada akhir abad ke-19, tiang tersebut merupakan bagian dari sinagoga tua di Kaisarea Maritima dan dibawa ke masjid karena dianggap memiliki nilai keagamaan, seperti yang ditunjukkan oleh gereja Kaisarea di Peta Madaba.
Fakta bahwa simbol Yahudi ini dilestarikan selama beberapa dekade di dalam masjid digambarkan sebagai demonstrasi "hidup berdampingan secara damai" oleh sarjana Ziad Shehada.
Relief tersebut dihancurkan antara tahun 1973-1996 dan batunya telah dihaluskan.